icon-category Film

Program-program Bernuansa Mistik yang Kembali Semarak di TV

  • 25 Jun 2018 WIB
Bagikan :

Tayangan bernuansa mistik bakal kembali "menghantui" layar televisi jutaan keluarga di Indonesia. Dalam waktu dekat, salah satu stasiun tv terbesar di Indonesia, Trans TV, bakal melansir tiga acara baru: Liga Paranormal, Gost, dan Gerbang Dunia Lain.

Teaser program-program itu kini mulai disisipi pada segmen jeda komersial. Liga Paranormal, misalnya, memperlihatkan acara serupa talk show yang mengulik fenomena-fenomena mistik dari beberapa narasumber.

Acara itu akan diisi oleh tujuh orang paranormal yang beberapa di antaranya kerap muncul dalam acara-acara mistik pada tahun 2000-an, misalnya Soleh Pati, Haryo Tali Jiwo, Ki Prana Sewu, Ki Seno Wulung, Wirang Birawa, Nymas Lari Anjani dan Ustaz Fauzi. Sekilas acara ini mirip dengan program Karma Show yang tayang di ANTV sejak 27 Desember 2017.

Peneliti lembaga studi dan pemantau media Remotivi, Yovandra Arif, menilai bisa jadi Trans TV menghadirkan program tersebut karena tergiur dengan keuntungan yang diraup oleh Karma Show.

Dipandu Robby Purba dan Roy Kiyoshi—seorang indigo yang bertugas sebagai "pembaca angka"—acara itu memang tengah jadi program unggulan dan digandrungi oleh pemirsa televisi Indonesia. Program ini sempat bertengger di posisi ke-3 dengan rating 3,8 dan share 23,1 persen.

"Saya enggak tahu persis, apakah programming TV itu mempertimbangkan rating Karma apa tidak. Tapi memang trennya begitu, maka bisa disimpulkan demikian," katanya saat dihubungi Tirto, Jumat (22/6/2018).

Masalahnya, rating memang menjanjikan pemasukan yang tinggi lewat iklan, tapi tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas. Itu sebabnya, bagi dunia televisi, program yang sukses adalah program yang rating-nya tinggi, tak peduli acara itu disebut buruk bahkan tidak mendidik.

"Apalagi tayangan bernuansa mistik itu biasanya punya siklus tersendiri. Sekarang kayaknya lagi naik, bagi televisi ini kesempatan untuk mencari rating."

Karena itu pula lah, kata Yovandra, Trans TV nekat memunculkan kembali program Dunia Lain, yang sebetulnya telah berkali-kali ditegur bahkan tidak boleh tayang lagi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

"Ya enggak ada faedahnya. Namanya juga kepentingan pasar. Siapa bisa menghentikan?" sebutnya.

Menurut Yovandra, mistisisme yang ditayangkan secara vulgar seperti praktik magis dan orang kesurupan seharusnya dapat diatur lebih ketat. Soalnya, hal itu tak sejalan dengan semangat KPI untuk menjadikan televisi sebagai ruang publik yang rasional dan modern.

Dalam Survei Indeks Kualitas Siaran Televisi 2015, KPI pernah menempatkan tampilan mistisisme sebagai indikator negatif yang bertentangan dengan tujuan penyiaran untuk "membentuk watak, identitas, dan jati diri bangsa Indonesia."

Sayangnya, menurut Yovandra, dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), aturan penayangan program bernuansa mistik masih terlalu longgar. Dalam pasal 31 beleid tersebut, pembatasan tayangan seperti itu hanya sebatas "disiarkan pada pukul 22.00-03.00 waktu setempat."

Sementara untuk konten tayangan, yang dilarang dipertontonkan dijabarkan dalam 7 poin. Komisioner KPI Nuning Rodiah menyampaikan, poin-poin inilah yang terus dipantau instansinya dan dijadikan dasar untuk memberikan sanksi kepada televisi yang bersangkutan.

Bunyinya: "mayat bangkit dari kubur; mayat dikerubungi hewan; mayat/siluman/hantu yang berdarah-darah; mayat/siluman/hantu dengan panca indera yang tidak lengkap dan kondisi mengerikan; orang sakti makan sesuatu yang tidak lazim seperti: benda tajam, binatang, batu, dan/atau tanah; memotong anggota tubuh seperti: lidah, tangan, kepala, dan lain-lain; dan/atau menusukkan dan/atau memasukkan benda ke anggota tubuh, seperti: senjata tajam, jarum, paku, dan/atau benang."

Karena itu lah, menurut Nuning, program-program mistik tetap diperbolehkan. Yang penting, "genre apa pun yang akan tayang harus mematuhi P3SPS."

Terkait dengan tiga program bernuansa mistik yang bakal tayang di Trans TV, Nuning menolak memberikan komentar. Alasannya: program tersebut belum ditayangkan. "Ada atau tidak ada pengaduan jika konten melanggar pasti akan mendapat sanksi dari KPI," ucapnya.

Vice President Marketing Public Relation Trans TV, A Hadiansyah Lubis, enggan berkomentar terkait kritik yang disampaikan Remotivi. Dihubungi Tirto melalui sambungan telepon, ia hanya menjawab, "nanti lah, lihat saja dulu programnya. Kan belum tayang."

Baca juga artikel terkait DUNIA LAIN atau tulisan menarik lainnya Hendra Friana

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini