icon-category Gadget

Review iQOO 11: Gak Cuma Ngandelin Prosesor Doang

Bagikan :

Uzone.id - Gak pake produk coba-coba yang harganya lebih murah, iQOO malah merilis smartphone flagship dengan teknologi terbaru ke Indonesia, yakni iQOO 11. Smartphone ini menjadi ponsel pertama di Indonesia yang ditenagai prosesor Snapdragon 8 Gen 2, bahkan ‘melangkahi’ Samsung dan Xiaomi yang biasanya suka dulu-duluan menghadirkan smartphone dengan prosesor yang baru.

iQOO 11 dijual dengan harga yang tak murah, tapi sepadan dengan teknologi dan spesifikasi yang ditawarkannya. Smartphone ini dijual dengan harga Rp10.999.000, tergolong begitu mahal buat sebuah merek baru yang beredar di Indonesia.

Saya pun sudah menggunakan smartphone ini kurang lebih dua minggu, tentunya sebagai daily driver dengan sedikit treatment berbeda. Perlakuan yang dimaksud adalah dengan ‘menyiksanya’ sedemikian rupa untuk benar-benar mengetahui apakah smartphone ini punya kinerja yang stabil atau tidak.

Berikut ini review lengkap iQOO 11, siapa tau kalian yang berencana membelinya dapat insight yang lebih lengkap setelah membaca ulasan lengkap khas tim Uzone.id.

Baca juga: Review Poco M5: Pas untuk Harian

Smartphone gaming, tapi berbahan kulit

alt-img

Kesan sporty begitu terlihat dari iQOO 11. Salah satu opsi warna yang ditawarkan kepada konsumen adalah iQOO 11 Legend yang memadukan warna putih bersih dengan list atau garis dan warna khas BMW Motorsport. 

Tapi beda dengan smartphone gaming seperti Asus ROG Phone 6 atau Poco F4 GT yang desainnya ekstrem dengan bodi dari kaca, iQOO 11 justru menggunakan material vegan leather dan fiberglass.

Dari luar, memang tak terlihat 'gaming banget'. Namun setidaknya ini menjadi cara bagi iQOO untuk menjangkau semua orang, gak cuma gamer hardcore saja.

Pemilihan material vegan leather merupakan strategi yang pintar buat sebuah smartphone dengan prosesor kencang seperti iQOO 11. Kita tau, Snapdragon 8 Gen 2 memiliki kinerja yang ngebut, dan chipset yang kencang erat kaitannya dengan suhu ponsel yang meningkat dan jadi tak nyaman saat digunakan.

Namun dengan material vegan leather, tak akan terlalu berasa rasa hangat di tangan saat bermain game atau saat menjalankan proses yang berat, seperti rendering atau multitasking.

Baca juga: Review Performa Asus Zenfone 9: Si Mungil Tenaganya Luar Biasa

Desain belakang yang menonjol

alt-img

Bodi belakang iQOO 11 terlihat menonjol dan berbeda ketimbang smartphone lain di belakangnya. Bukan hanya karena warnanya yang merepresentasikan BMW Motorsport saja, tapi juga karena bentuk bingkai kameranya yang besar.

Unit kamera iQOO 11 dibuat bak sebuah smartphone dengan kamera terbaik. Frame-nya begitu besar, berbentuk persegi panjang yang memadukan sepotong kaca berwarna hitam dan aluminium di bagian bawahnya.

alt-img

Di bagian atasnya, terdapat tiga lingkaran kamera yang turut dilengkapi dengan tulisan ‘V2’ dan LED flash. V2 sendiri merupakan sebutan untuk chip kustom buatan perusahaan yang mampu meningkatkan proses pencitraan saat pengambilan gambar berlangsung.

Sementara di bagian bawah, iQOO mengukirnya dengan proses CNC untuk membubuhi tulisan ‘Ultra Sensing’. Perpaduan antara smartphone gaming dan ponsel yang menonjolkam kamera begitu kental di iQOO 11.

Baca juga: Review Huawei MatePad Pro 11 2022: Ekspektasi Tinggi Dibayar Lunas!

Gak ada IP rating

alt-img

iQOO 11 sebenarnya layak disebut sebagai smartphone flagship. Smartphone ini mempunyai build quality yang mahal berkat penggunaan material berkualitas tinggi.

Bingkainya terbuat dari bahan aluminium, begitu juga dengan bagian depan yang dilapisi oleh kaca Gorilla Glass Victus yang lebih tangguh.

Hanya saja, tak ada jaminan ketahanan dari iQOO apabila pengguna membawanya ke lingkungan yang lumayan ekstrem. Sebab, iQOO 11 tak mengantongi sertifikat IP rating, baik itu IP68, IP67 atau minimal IP54 tahan percikan air. 

Kualitas layar dan audio Top

alt-img

iQOO 11 bukan saja menjadi smartphone pertama di Indonesia dengan Snapdragon 8 Gen 2 saja, tapi juga menjadi ponsel paling awal yang mengusung layar E6 LTPO AMOLED buatan Samsung.

Panel layar berkualitas tinggi ini berukuran 6,78 inci, beresolusi 1440p dan mendukung refresh rate yang adaptif hingga 144Hz. Ya, adaptif di sini, ketika ponsel dalam keadaan idel atau layar yang menyala tanpa digunakan, refresh rate-nya bisa diturunkan hingga 1Hz.

Layarnya mendukung HDR10+, dan menjanjikan intensitas cahaya latar hingga 1.100 nits yang pas banget untuk penggunaan di luar ruangan dengan cahaya matahari yang terik. 

Menggunakan panel E6 LTPO AMOLED yang baru, kualitas warna yang ditampilkannya beneran memanjakan mata. Detailnya pun tinggi, terutama saat layar diset ke resolusi paling mentok.

Nonton konten HDR di platform live streaming bikin saya merasakan eyegasm. Kalau internet full speed dan stabil, nonton video HDR di YouTube dengan resolusi tertinggi bukan masalah lagi buat iQOO 11.

alt-img

Seperti smartphone high-end kebanyakan, iQOO 11 sudah dilengkapi dengan speaker yang stereo. Speaker utamanya terletak di bagian bawah, sementara speaker sekunder menyatu dengan earpiece di atas layar.

Kualitas sama bagusnya dengan layar. Suaranya jernih, treble yang kaya, dan mampu menyuguhkan suara low-mid-high dengan baik dan jelas. Diset ke volume tertinggi, keluaran audionya tak pecah sama sekali. 

Speaker iQOO 11 cocok banget buat tipikal pengguna yang senang main game FPS atau nonton film perang tanpa ribet menggunakan headset atau TWS

Baca juga: Review Galaxy Buds2 Pro, TWS Samsung Sesungguhnya

Funtouch 13 punya seabreg fitur gaming 

alt-img

Kalau di China, sistem operasi yang digunakan adalah Origin OS berbasis Android, kalau versi global, iQOO 11 berjalan di Funtouch 13 berbasis Android 13 terbaru. Boleh diakui, Funtouch 13 menjadi salah satu UI (user interface) favorit yang tampilannya bersih dan gak ada iklannya, juga membawa fitur gaming yang lengkap.

Ada banyak fitur untuk menunjang aktivitas gaming penggunanya. Ultra Game Mode salah satunya, dimana pengguna bisa mengaktifkan Game Sidebar saat sedang bermain, mengaktifkan Esports Mode, hingga menyalakan feedback getaran 4D saat bermain game tertentu.

Di Game Sidebar, ada beberapa fungsi yang dapat dimanfaatkan. Monster Mode misalnya, yang benar-benar membuat performa 100 persen diberikan untuk menambah experience gaming.

Kemudian ada pengaturan untuk membuat macro pada layar, yang cocoknya dimanfaatkan saat bermain game FPS. Macro ini memungkinkan gamer untuk melakukan mapping tombol R dan L untuk menekan fungsi tertentu saat bermain game.

alt-img

Fitur ini mirip-mirip seperti air triggers pada Asus ROG Phone 6. Bedanya, tidak ada tombol fisik di sisi kanan bodi atau atas (dengan posisi ponsel horizontal). Mapping dilakukan pada area kiri dan kanan layar, tentu dengan responsivitas yang bisa disesuaikan juga di menu pengaturannya.

Yang menarik sih 4D Game Vibration, dimana gamer akan mendapatkan sensasi getaran seperti saat menggunakan controller pada konsol. Getarannya halus, dan sesuai dengan aksi-aksi saat bermain game.

Baca juga: Review Garmin Venu Sq 2: Fiturnya Lengkap, Nyaman Buat Harian

Performa gak ngotak, gaming maksimal

alt-img

Prosesor Snapdragon 8 Gen 2 pada iQOO 11 memang over powered banget. Ditambah RAM berjenis LPDDR5X dan penyimpanan UFS 4.0, membuatnya langsung jadi smartphone paling kencang di AnTuTu benchmark, berdasarkan fitur Ranking setelah saya melakukan pengujian.

Lagi-lagi, iQOO 11 menjadi yang pertama di Indonesia yang mengusung RAM dan penyimpanan internal jenis terbaru. Kapasitasnya gak tanggung-tanggung, RAM iQOO 11 seluas 16 GB yang bisa ditambah sampai 8 GB secara virtual, sementara memori penyimpanannya 256 GB walau tak bisa ditambah lagi dengan microSD.

Dari pengujian menggunakan AnTuTu Benchmark, iQOO 11 mencatatkan skor yang luar biasa tinggi. Smartphone ini meraih skor 1,27 juta poin, bahkan melampaui Asus ROG Phone 6 yang sebelumnya bertengger di posisi pertama AnTuTu Benchmark.

Baca juga: Review Benchmark Asus ROG Phone 6: Skornya 'Maxed out'!

alt-img

Saya sempat mengulas Asus ROG Phone 6, dan skor benchmark yang diperolehnya gak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan iQOO 11. Untuk diketahui, Asus ROG Phone 6 yang telah diulas sebelumnya mencatatkan nilai 1,11 juta poin.

Hasil benchmark yang impresif juga dicatatkan iQOO 11 di PCMark. Skornya 12.673 poin, salah satu yang tertinggi sejauh ini.

Padahal, performa yang disuguhkan Snapdragon 8 Gen 2 ‘tak terlalu maksimal’, seperti yang ditampilkan pada grafik PCMark. Rata-rata, tenaga yang disemburkan chipset ini berada di kecepatan 1,2 GHz hingga 1,8 GHz saja.

alt-img

Untuk menguji kinerja GPU-nya, 3DMark dimanfaatkan dalam proses benchmark iQOO 11. Dua skenario tes dilakukan, dimana keduanya sama-sama di level tertinggi ‘Extreme’.

iQOO 11 mendapatkan skor 3.750 poin dengan rata-rata frame rate (FPS) 22,50 FPS. Rentang frekuensi FPS yang diperoleh smartphone di pengujian tersulit 3DMark ini adalah 13-28 FPS dengan suhu tertinggi mencapai 27 derajat Celcius.

Tes paling menyulitkan adalah Wild Life Stress Test. 20 menit dihabiskan untuk benchmark ini, dengan skor tertinggi 11.964 poin dan terendah 8.253 poin. 

Di 3 menit pertama, performa iQOO 11 masih kencang walau cenderung menurun meski tak tajam. Dari menit ke-4 hingga ke-7, kinerjanya tetap menurun tapi terbilang stabil. Penurunan kinerja GPU terjadi di menit ke-8 sampai akhir, tapi tidak terlalu signifikan.

Baca juga: Review Realme Pad Mini: Tablet Pertama Realme yang Mengesankan

alt-img

Stabilitasnya lumayan tinggi mencapai 69 persen, dengan titik frame rate tertinggi mencapai 92 FPS. Suhunya meningkat tajam menjadi 38 derajat Celcius, tapi belum overheat dan masih nyaman digenggam berkat bodi belakangnya yang terbuat dari vegan leather.

Snapdragon 8 Gen 2 di iQOO 11 memang gak ada obatnya. Ngegas di segala skenario penggunaan, termasuk gaming kelas berat. Main game Android AAA seperti Call of Duty Mobile saja, grafis rata kanan dengan frame rate tinggi yang stabil bisa saya rasakan.

Tower of Fantasy dan sejumlah game berat lainnya pun, dapat dimainkan di grafis ‘rata kanan’ tanpa khawatir ngelag. Bug di Asus ROG Phone 6 dan Poco F4 GT saat bermain game ringan, tak kejadian juga di iQOO 11.

alt-img

Seperti diketahui, kedua smartphone yang pernah saya review itu memiliki anomali yang mana game ringan seperti Stumble Guys dijalankan pada frame rate ekstra rendah. Alhasil, game receh yang ada di Android, ditampilkan dengan grafis yang patah-patah dan tak enak buat dimainkan.

Ngomongin baterai, iQOO 11 ditopang oleh baterai dengan kapasitas 5.000 mAh. Fast charging yang didukungnya hingga 120W, sementara adaptor bawaannya pun punya output yang sama dan bisa digunakan untuk ngecas perangkat lain yang mendukung Power Delivery 3.0.

Dari pengujian menggunakan simulasi dari PCMark, screen on-time yang dicatatkan iQOO 11 adalah 16 jam 24 menit. Perolehan tersebut harusnya masih bisa diperpanjang, lantaran baterai iQOO 11 tersisa 15 persen.

Adapun untuk kecepatan ngecasnya, butuh waktu sekitar 22 menit saja untuk mengisi baterai iQOO 11 hingga penuh. Kecepatan ngecas yang full diberikan hingga persentase baterai mencapai 80 persen, kemudian kecepatannya diturunkan hingga baterai benar-benar penuh.

Kamera bikin takjub

alt-img

Ini smartphone gaming, tapi kameranya beneran bikin saya terpukau. iQOO 11 punya konfigurasi kamera ala-ala smartphone flagship, antara lain kamera utama 50 MP dengan sensor Samsung ISOCELL GN5 yang sudah didukung OIS atau optical image stabilization. Kapan lagi kan, smartphone gaming punya kamera dengan OIS?

Kemudian ada kamera tele 13 MP dengan 2x optical-zoom dan kamera 8 MP dengan lensa ultrawide. Adapun di depan, kamera selfienya cuma 16 MP saja.

Di sektor kamera, iQOO 11 juga memanfaatkan chip image signal processor (ISP) kustom buatan Vivo, namanya V2. Chip ini menambah kemampuan pemrosesan gambar pada smartphone, ditambah dengan efisiensi daya yang tinggi dan tak membebani baterai secara signifikan.

Vivo V2 berguna untuk pemotretan dengan shutter speed yang tinggi, mengambil foto atau video malam atau pencahayaan yang rendah, dan memungkinkan pengguna untuk mengabadikan foto dengan kualitas detail yang jernih.

Penggunaan chip Vivo V2 ini berdampak signifikan pada kualitas gambar yang dihasilkan iQOO 11. Jujur, kualitas kamera smartphone ini jadi salah satu favorit deh. Mau siang ataupun malam, motret ataupun ngerekam video hasilnya bagus.

Saya mengambil beberapa foto dengan skenario yang cukup sulit, seperti memotret dengan lensa menghadap cahaya matahari misalnya. Kamera utama iQOO 11 berhasil memperbaiki warna subjek yang terkena backlight dengan sangat baik. 

Baca juga: Review Kamera Infinix Zero Ultra: Gimmick atau Beneran Bagus?

Saturasi warnanya memang terasa dinaikkan, namun ini tak jadi masalah ketimbang hasil foto yang jadinya gelap karena backlight. Apalagi, detail yang dihasilkan juga sangatlah baik.

Motret di malam hari juga bukan jadi kendala buat kamera iQOO 11. Mau memotret dengan kamera utama, telephoto atau ultrawide, hasilnya sama-sama bagus. Warnanya jernih, detail yang baik, serta minim noise.

Mengambil video dengan kamera iQOO 11 juga jadi kenikmatan sendiri. OIS-nya bekerja dengan baik, walau tak sestabil saat menggunakan Vivo X80 Pro atau Asus Zenfone 9 dengan teknologi gimbal-OIS.

Kendati demikian, hasilnya patut untuk diapresiasi, apalagi melihat kalau smartphone ini merupakan ponsel gaming yang ‘sewajarnya’ tak terlalu fokus di sektor kamera. 

Secara overall, tak ada cela untuk kamera iQOO 11. Hasilnya bagus, efek bokeh saat memotret dengan mode portrait juga rapi, pokoknya instagramable banget deh.

Hasil foto:

HASIL FOTO IQOO 11

Kesimpulan

alt-img

Jadi produk perdana, iQOO berhasil memperoleh nilai positif berkat iQOO 11. Dari desainnya yang ikonik, kinerjanya yang super kencang berkat Snapdragon 8 Gen 2, kamera yang bikin takjub, dan serangkaian teknologi yang benar-benar baru dihadirkan pada smartphone ini.

Snapdragon 8 Gen 2 memang jadi selling point dari smartphone ini, tapi tak serta merta sisi lainnya dihiraukan begitu saja. iQOO 11 boleh dibilang menjadi smartphone dengan fitur all-rounder

Buat gamer hardcore bisa, pengguna kasual atau mainstream juga pantas. Hanya saja, ada beberapa catatan minus alias kekurangan dari iQOO 11. 

Baca juga: Review Oppo Reno8 5G: Performanya Bikin Kagum, Tapi 'Over Price'

Paling kentara dan fatal menurut saya adalah ketiadaan IP rating yang membuatnya tahan air dan debu. Sayang banget, smartphone potensial seperti ini tak memiliki fitur yang tahan terhadap air dan debu, alhasil ngonten pun bakal jadi terbatas.

Ya, iQOO 11 cukup memuaskan saya selama menggunakannya sebagai daily driver. Kinerjanya luar biasa, layarnya menakjubkan, baterai yang tahan lama dengan pengisian super cepat, serta kamera yang surprisingly menghasilkan gambar yang berkualitas tinggi.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini