icon-category Digilife

Virtual Reality Akan Jadi Tren Dunia Pendidikan Masa Depan

  • 22 Feb 2020 WIB
Bagikan :

Uzone.id - Dunia pendidikan di Indonesia ternyata masih memiliki disparitas yang menganga lebar. Kesenjangan infrasttuktur, tenaga pengajar hingga akses literasi masih rendah sehingga dibutuhkan teknologi untuk mengisi kesenjangan tersebut.

Yang menarik, pendiri Kelas Pintar, Fernando Uffie, mengatakan jika di masa depan untuk mempersempit kesenjangan itu maka semua model interaksi belajar akan berbasis teknologi, termasuk menyajikan konten dengan virtual reality.

"Jika kita bicara content, maka video learning dan mixed reality, dimana perangkat dan konten Virtual Reality akan membantu siswa untuk bereksperience secara lebih nyata, akan menjadi tren di dunia pendidikan di masa yang akan datang. Nantinya, orang tua tidak lagi bertanya tentang nilai anaknya tapi mereka bertanya tentang analisa data dari siswa, untuk bisa memprediksi, mengantisipasi dan mencegah siswa dari kegagalan," kata Uffie dalam seminar nasional Tren Edutech 2020 di Jakarta, kemarin.

Dikatakannya, jika berbicara mengenai arah pengembangan pendidikan berbasis teknologi, pertama kali yang disentuh adalah akses. Untuk itu, kolaborasi antara dunia pendidikan dan penyedia infrastruktur internet sudah menjadi sebuah keniscayaan. Dari segi perangkat, pun smartphone akan jadi perangkat akses utama.

Baca juga: Nadiem Makarim Klarifikasi Bayar SPP Pakai Gobills

Lalu, tambah dia, ada Collaborative Platform, dimana semua model interaksi antara stake holder dunia pendidikan, harus bisa diakomodasi oleh platform pendidikan berbasis teknologi. Dan di dalamnya kita juga bicara tentang blended learning lengkap dengan teknologi pendukung seperti Artificial Intelligent dan Machine learning.

Ini bisa menjadi solusi dari permasalahan pendidikan di Indonesia yang ada saat ini. Pasalnya, menurut Gogot Suharwoto, Ph.D, Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekom), ada empat masalah pendidikan di Indonesia yang semuanya berawal dari kesenjangan. Baik kesenjangan konten dan media ajar, kompetensi TIK guru, kesenjangan generasi sampai kondisi geografis.

Untuk mengatasi kesenjangan itu, pemerintah sudah menggunakan segala basis teknologi yang ada Mulai dari cloud computing, kecerdasan buatan, internet of things, 5G, digitalisasi dan big data.

"Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan semua teknologi tersebut.  Cloud computing misalnya, kita sudah menggunakannya di UNBK, e-rapor, dan sebagainya. AI menjadi kunci layanan pembelajaran berbasis personalisasi, sementara IoT mendukung pembelajaran yang kolaboratif dan kreatif di kelas. Saat ini, intinya kita sudah menggunakan teknologi terkini di dunia pendidikan," kata Gogot.

Baca juga: Tuai Pro dan Kontra, Gojek Klarifikasi Pembayaran SPP Lewat GoBills

Tantangan lainnya, kata Prof. Dr. Waras Kamdi, M.Pd, perwakilan dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), adalah menggabungkan dua kelompok masyarakat pada 2045, masyarakat terbuka dan tradisional.

Masyarakat terbuka adalah masyarakat yang responsif terhadap perubahan dan hidup dalam hiper-inovatif. Tetapi, disisi lain ada juga masyarakat tradisi yang bertahan pada ikatan-ikatan “dalam” seperti tradisi, agama, adat, kepercayaan, dan lainnya.

"Nantinya 30 tahun mendatang, Indonesia akan memiliki dua tipe masyarakat ini. Dan, tugas pendidikan adalah menjaga hubungan antara masyarakat terbuka dan tradisi," katanya.

Menurut data yang ada, di Indonesia ada lebih dari 300 ribu sekolah dan 50 juta siswa yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau. Wajar jika akses pendidikan berkualitas dianggap masih menjadi sesuatu yang 'mahal' di Indonesia. Disparitas-nya masih menganga lebar. Kesenjangan infrastruktur, tenaga pengajar, hingga akses terhadap literasi masih menjadi kendala.

Apalagi 335 juta pengguna telepon selular. Di mana 171 juta di antaranya adalah pengguna internet. Dari 171 juta tersebut, 130 juta di antaranya menggunakan mobile phone.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : kelas pintar 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini