Yuk, Jangan Cuek sama Keamanan Data di Aplikasi kayak FaceApp
-
Uzone.id — Kalau kamu mengaku sebagai generasi digital yang gak bisa lepas dari gadget, media sosial, dan segala tren di dalamnya, pasti familiar dengan FaceApp. Baru viral lagi, aplikasi ini disorot banget karena isu privasi.
Berbagai wajah tua yang malang-melintang di linimasa medsos hingga muncul #AgeChallenge memang berakar dari FaceApp, aplikasi asal Rusia yang bisa mengolah swafoto jadi punya gaya rambut berbeda hingga tampil tua. Semuanya pakai teknologi Artificial Intelligence (AI).Kalau kamu termasuk yang ikut-ikutan tren “wajah tua”, ya gak apa-apa sih, gak salah juga. Namanya juga tren. Tapi, FaceApp sedang dipertanyakan soal keamanan pengguna.
Baca juga: Dibilang Bisa Curi Foto, ini Bantahan Bos FaceApp
Gini, gini. Biar gak bingung, kita semua bisa setuju kalau FaceApp bisa viral itu gara-gara semua orang dari berbagai negara itu kompak mengunduh dan pakai aplikasi ini, ‘kan.
Karena viral dan banyak yang pakai, maka muncullah tren “wajah tua”. Gitu, ‘kan? Sampai sini paham ‘kan, gaes?
Nah, karena jadi tren di dunia maya, orang-orang gak punya waktu dan gak peduli untuk memperhatikan detail seperti keamanan dari aplikasinya.
Download, ceklis persetujuan dari aplikasi, pilih foto atau langsung jepret, pilih filter muka tua, voila! Yang penting cepet-cepet pakai dan unggah di medsos biar gak keburu basi.
Ternyata kebiasaan “takut ketinggalan tren” ini bisa jadi penyebab sikap acuh tak acuh kita sebagai pengguna untuk memperhatikan keamanan data, lho.
Bagi generasi milenial dan centenial, pasti gak asing dengan istilah Fear of Missing Out alias FOMO.
“FOMO atau fear of missing out bisa menghapus kebiasaan keamanan dasar seperti waspada dalam memberi izin aplikasi,” ujar General Manager Kaspersky Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong dalam pernyataannya yang diterima Uzone.id pada Jumat (19/7).
Baca juga: 3 Tipe Netizen yang Repot-repot Ikutan #AgeChallenge di Medsos
Kita pause dulu sebentar ya, gaes.
Mungkin sebagian dari kalian belum tahu kalau FaceApp itu dianggap bisa menyebarkan, menyimpan, hingga menjual foto pengguna untuk tujuan komersial, bahkan jika foto tersebut telah dihapus.
Hal ini ada di dalam Terms and Conditions (T&C) sebelum memakai aplikasi. Seperti biasa, memang bagian ini sering diacuhkan oleh pengguna karena… membosankan. Bawaannya mau langsung pencet “I Agree” aja. Ya, gak?
Padahal… ada tulisan FaceApp yang kebanyakan orang lewat setelah mengklik tanda centang. Kira-kira berbunyi:
“Anda memberi FaceApp lisensi yang berlaku selamanya, tidak dapat dibatalkan, tidak eksklusif, bebas royalti, dibayar penuh, untuk mereproduksi, memodifikasi, mengadaptasi, memublikasikan, menerjemahkan, membuat karya turunan, mendistribusikan, memajang karya di hadapan publik, dan menampilkan konten milik Anda dengan nama, nama pengguna, atau bentuk apa pun yang diberikan dalam semua format dan saluran media, tanpa kompensasi kepada Anda.”
Dengan kata lain, siapapun yang pakai FaceApp telah memberikan izin hak atas foto yang diunggah ke pihak developer.
Tentu hal ini bahaya banget, gaes. Pihak FBI aja sampai diminta penyelidikan.
Nah, balik lagi ke soal FOMO. Menurut Tiong, Kaspersky telah menemukan bahwa mayoritas konsumen memang gak baca soal lisensi aplikasi.
“63 persen konsumen tak membaca perjanjian lisensi dan 43 persen hanya mencentang semua izin privasi saat memasang aplikasi baru,” kata Tiong.
Ikutan tren boleh, cuek jangan!
Mungkin pesan dari Tiong adalah, gak apa-apa kalau mau jadi generasi yang selalu mengikuti tren, asal jangan terlampau cuek.
Karena mau bagaimana pun semua kontrol konten ada di tangan kita masing-masing. Gak mau ‘kan data pribadi kita tiba-tiba disalahgunakan oleh pihak lain?
Belum lagi jika ada aplikasi yang viral banget, lalu hal ini dimanfaatkan oleh oknum jahat untuk menyusupi virus berbahaya yang ujung-ujungnya bikin runyam semua.
Sebagai pengingat, ada beberapa kiat di bawah ini nih agar kita tetap waspada dan gak cuek-cuek amat ketika habis download aplikasi.
- Pilih-pilih aplikasi dengan bijak
- Unduh aplikasi dari sumber terpercaya, jangan gegabah asal download
- Biasakan baca ulasan atau review aplikasi itu dulu
- Baca perjanjian lisensi dengan cermat
- Perhatikan daftar izin yang diminta si aplikasi
- Hindari klik “next” selama instalasi aplikasi
- Kalau mau effort sedikit, bisa instal solusi keamanan di ponsel sebagai lapisan keamanan tambahan