icon-category News

10 Kecamatan di Bandung Berpotensi Terjadi Likuefaksi

  • 12 Oct 2018 WIB
Bagikan :

Fenomena pencairan tanah (likuefaksi) tengah menjadi perbincangan panas di Indonesia, setelah gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo dan tsunami menghantam Sulawesi Tengah. Fenomena likuefaksi membuat rumah-rumah di Petobo bergerak dan amblas.

Namun likuefaksi juga mengancam Bandung. Kasubit Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bappelitbang Kota Bandung, Andry Heru Santoso, menyatakan setidaknya ada 10 kecamatan di Kota Bandung yang berpotensi besar terjadi likuefaksi akibat efek gempa bumi patahan atau sesar Lembang.

"Ada 10 kecamatan yang tanahnya berpotensi besar likuefaksi akibat efek gempa bumi. Di antaranya adalah Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astana Anyar, Regol, Lengkong, Bandung Kidul, Kiaracondong, dan Antapani," kata Andry di Bandung, Kamis (11/10).

Dipaparkan Andri, data potensi terjadinya likuefaksi di Kota Bandung ini adalah hasil penelitian yang dilakukan Bappeda (sekarang Bappelitbang) bersama pusat mitigasi bencana ITB dan United Nation PBB. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu tahun 1992 hingga 2000. 

"Ini sebenarnya penelitian lama, artinya perlu dikaji kembali. Informasi ini juga jangan jadi ketakutan, karena ini baru melihat bahwa potensinya di situ. Kejadian gempa juga tidak tahu kapan tapi untuk mempersiapkan diri lebih baik," dia menegaskan.

Andri mengimbau masyarakat Kota Bandung tidak perlu terlalu khawatir terhadap informasi ini. Sebab, data yang diungkapkannya ini bukan dibeberkan dikarenakan ada kejadian di Sulawesi Tengah, namun telah diperhitungkan sejak lama dan dibuat sejumlah langkah antisipasi.

"Kita harus bisa mencontoh seperti di Jepang, warganya berteman dengan gempa. Banyak langkah antisipasi yang dilakukan salah satunya menyiapkan rumah antigempa dan lainnya," tegasnya.

Agar kesadaran masyarakat Kota Bandung terhadap bencana alam semakin meningkat, Andri menyatakan Pemerintah Kota (Pemkot) akan mengevaluasi sejumlah bangunan, utamanya bangunan yang tinggi. Kemudian sosialisasi dan simulasi kebencanaan juga terus gencar dilakukan.

"Kita akan coba evaluasi perizinan persyaratan bangunan, minimal ada upaya untuk meminimalisir risiko, dipersiapkan di dalam bangunan juga ada jalur evakuasi. Jadi persiapan secara teknis kita perkuat tentang bangunan gedung dan jalur evakuasi bagaimana kalau terjadi gempa ini harus mulai diinformasikan kepada masyarakat. Jadi intinya informasi ini bukan untuk membuat panik tapi harus siap," katanya. (Utara Jaya)

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini