2025, Ekonomi Digital Indonesia ‘Diramal’ Capai Rp1.460 Triliun
Uzone.id -- Seperti yang beberapa kali disebut oleh Presiden Joko Widodo, ekonomi digital Indonesia punya potensi besar untuk terus berkembang hingga beberapa tahun ke depan agar menjadi industri kuat. Baru-baru ini, sebuah laporan riset dari Google dan perusahaan asal Singapura, Temasek memaparkan data yang bikin semakin semangat nih, gaes.
Laporan tahunan Google dan Temasek memang selalu menarik. Dari laporan “e-Conomy SEA” tahun ini, kawasan Asia Tenggara ‘diramal’ sanggup meningkatkan pendapatan dari sektor ekonomi digital mencapai US$240 miliar hingga 7 tahun ke depan, yakni pada 2025.Asia Tenggara memiliki pengguna internet sebanyak 350 juta user yang tersebar di enam negara terbesar seperti Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan tak lupa Indonesia.
Baca juga: Langkah Telkom Akselerasi Ekonomi Digital
Melihat kondisi tersebut, Google dan Temasek memprediksi perekonomian dari internet di Asia Tenggara akan menyentuh angka US$72 miliar di tahun ini yang terdiri dari pendapatan dari berbagai sektor. Pertama, e-commerce di angka US$23 miliar, media online US$11 miliar, dan transportasi online US$8 miliar. Tiga sektor ini pun diramal akan terus meningkat hingga 2025.
(Google/TechCrunch)
Nah, baru masuk ke Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar ke-empat di dunia, Indonesia diprediksi sanggup mencapai US$100 miliar atau setara Rp1.460 triliun dalam kurun tujuh tahun dari sekarang, alias per 2025.
Angka tersebut jauh lebih besar dari ‘ramalan’ untuk Thailand (US$43 miliar) dan Vietnam (US$33 miliar).
Uniknya, laporan Google dan Temasek ini memfokuskan pada sektor ride-hailing, alias transportasi online. Seperti dikutip dari TechCrunch, layanan panggilan transportasi dengan bantuan aplikasi menjadi salah satu primadona di industri ekonomi digital Asia Tenggara dengan dinamika yang selalu menarik perhatian.
(Google/TechCrunch)
Awal tahun 2018 saja sudah diwarnai oleh bersatunya Grab yang mengakuisisi Uber. Hal ini tentu menarik bagi pasar Indonesia yang kini diisi hanya oleh dua pemain besar, yakni Grab sendiri dan Gojek.
Pengguna harian transportasi online di 2018 dilaporkan meningkat sebanyak 8 juta user dari 1,5 juta user pada 2015. Sementara pertumbuhan pengguna bulanan mencapai 35 juta user dari 8 juta di periode yang sama.
Dijelaskan lebih detail, pertumbuhan pendapatan ini dicapai lebih cepat berkat layanan antar makanan ketimbang layanan transportasi yang menjadi inti dari bisnis perusahaan. Hal ini tetap membawa kabar baik bagi pemain lokal seperti Gojek dan Grab yang memang sudah memperluas layanan antar makanan dengan agresif.
(Google/TechCrunch)
Data yang dipaparkan menunjukan, layanan antar makanan dan transportasi online Indonesia di tahun 2018 ini menyumbang angka US$3,7 miliar. Sedangkan pada 2025, prediksi angkanya akan melambung menjadi US$14 miliar.
Keren, ya?
Laporan prediksi pertumbuhan ini juga menekankan sekaligus menjadi pengingat mengenai dorongan pendanaan bagi startup-startup di Asia Tenggara secara keseluruhan demi menjaga ekosistem yang semakin segar dan tumbuh dengan sehat agar dapat bersaing serta menyumbang lebih banyak bagi perekonomian negara.