3 Jenis Ranjau Paku Paling Berbahaya di Jakarta
Berdasarkan pengalaman relawan Sapu Bersih (Saber) yang sudah memulai menyapu ranjau paku di Jakarta sejak 2010, jumlah ranjau paku saat ini di Jakarta dikatakan masih sangat banyak. Ada beragam jenis ranjau paku yang kerap ditemukan, tiga di antaranya dianggap paling berbahaya buat pengendara.
Menurut kesaksian Siswanto, Ketua Saber, Kamis (20/6), ranjau paku disebar oleh oknum tambal ban yang kerap buka usaha kecil di pinggir jalan. Kata dia, jaringan penyebaran ranjau paku terlalu besar untuk ditangani sendirian oleh tim Saber.
Pada 2016, setelah lebih lima tahun bekerja, berat ranjau paku hasil pembersihan mencapai 4 ton. Saber yang saat ini beranggotakan 33 orang dan dibantu simpatisan biasanya bekerja dua kali sehari, yakni saat sebelum warga Jakarta berangkat beraktivitas pada pagi hari dan sebelum pulang ke rumah menjelang malam.
Berikut jenis-jenis ranjau paku yang kerap ditemukan:
1. Paku
Paku merupakan benda logam yang memanjang, punya bagian runcing di ujung dan kepala di ujung lainnya. Umumnya paku digunakan untuk proyek bangunan dan tidak lazim bila sampai berserakan di jalanan Ibu Kota.
Paku yang ditemukan biasanya berukuran 2-5 cm, semakin panjang berarti mengincar target kendaraan yang lebih besar. Bentuk paku yang ditebar bisa terlihat baru atau berkarat.
Salah satu skenario kerja paku, yaitu ketika kepalanya terinjak mengakibatkan bagian tajamnya terangkat seperti mengacungkan bambu runcing hingga sanggup menusuk ban karena momentum kendaraan.
Namun di luar itu, apapun posisi paku di jalanan tetap berbahaya karena bagian kepalanya yang pipih juga bisa merusak ban.
Selain paku, baut dan mur juga merupakan barang bangunan berbahaya lainnya yang sering ditemukan di jalanan. Cara baut dan mur merusak ban mirip paku.
"Baut kalau kecepatannya tinggi bisa jebol (ban) motor juga. Mur sering masuk, cuma tidak langsung tembus kalau tubeless, mungkin besoknya baru terasa (bocor halus)," ucap Siswanto.
2. Paku Bengkok
Paku bengkok jauh lebih berbahaya ketimbang paku biasa. Dari hasil tangkapan Saber memperlihatkan paku ini merupakan paku yang bagian tengahnya telah dibengkokkan membentuk sudut hingga 90 derajat.
Menurut Siswanto, pembuat paku jenis ini lebih niat 'mencelakai' pengendara karena butuh usaha lebih membengkokkan paku yang dikatakan memakai tang.
Kemungkinan paku bengkok menembus tapak ban lebih besar daripada paku biasa. Bentuknya yang bersudut lebih memungkinkan mengarahkan bagian tajamnya langsung ke arah ban setelah terinjak.
3. Potongan Jari-jari Payung
Paku di jalanan bisa menimbulkan kecurigaan masyarakat sekitar terkait aktivitas penyebaran, sebab itu ada barang lain yang digunakan oknum buat melubangi ban kendaraan, yaitu potongan jari-jari payung. Barang ini lebih mudah disebar dan lebih efektif merusak ban.
Jari-jari payung dibuat dari besi, bentuknya seperti tabung yang dibelah dua dan meninggalkan bagian runcing di tiap belahannya. Biar cepat melubangi ban, jari-jari payung dipotong kecil ukuran 2-5 cm, bekas potongannya juga punya permukaan tajam.
Menurut Siswanto, di antara semua ranjau paku, jari-jari payung yang paling ekstrem. Dia bilang barang ini warnanya hitam hingga sulit terlihat di aspal dan karena ringan mudah sekali lompat ke sana kemari.
"Barang ini murah, mungkin untuk menghilangkan jejak. Kalau buang ranjau paku kan kelihatan, beda dengan ini, orang samar-samar. Ini enteng dan keras, dia kan terbang, begitu terbang jatuh (tegak), menusuk ban. Bisa juga ditabrak ban depan, pas ban belakang lewat tertusuk. Ini pernah saya dokumentasikan, saya zoom, ingin tahu sistem kerjanya," kata Siswanto.
Beda dari paku yang kepalanya tertahan di luar ketika menusuk, jari-jari payung sanggup menembus hingga ke dalam ban. Cara kerja ini bisa bikin korban hanya melihat bekas lubang di ban tanpa tahu penyebab sebelum menemukannya di dalam ban.
Ranjau paku jenis ini 'pemakan segala korban', baik pengguna ban tubetype (ban dalam) ataupun tubeless.
"Kalau jari-jari payung ini juga dia beli, ada refill, kan ada servis payung. Dibeli saja, potongan panjangnya dipotong-potong, ini bukan payung bekas, masih baru dia beli," ujar Siswanto.