5 Kali saat PSSI Buat Timnas Indonesia Gagal di Piala AFF
Saat PSSI buat Timnas Indonesia gagal di Piala AFF.
Perjalanan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2018 resmi berakhir lebih awal. Hanya bisa mengharapkan kemenangan Timnas Thailand, Timnas Filipina justru bisa bermain imbang sekaligus mengubur mimpi Tim Garuda lolos ke semifinal. Bermain di Stadion Panaad pada Rabu (21/11/2018), angka 1-1 menghiasi papan skor.Filipina tertinggal lebih dulu lewat gol Supachai Jaided menit 56. Barulah, pada menit 81, Filipina menyelamatkan diri mereka dari ancaman tak lolos. Lewat gol Jovin Bedic, Thailand diimbangi dengan skor 1-1. Dengan sama-sama mengoleksi tujuh angka, duduk di posisi pertama dan kedua klasemen Grup B, kedua tim tersebut sudah tak mungkin terkejar.
Hansamu, Lilipaly dan Gavin Kwan menyambangi Tribun Penonton usai menang 3-1 melawan Timor Leste pada AFF Suzuki Cup 2018 di SUGBK. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Dinyatakan gagal, pelatih kepala Timnas Indonesia, Bima Sakti, mengucapkan permintaan maaf, terutama kepada seluruh publik dan pecinta sepak bola Indonesia karena gagal memberikan prestasi kepada Timnas di Piala AFF 2018. Meski begitu, menurutnya perjuangan belum selesai. Bima berkeinginan menutup pertandingan hari Minggu (25/11) nanti dengan kemenangan.
Walau gagal, sebenarnya tak adil juga menyalahkan Bima Sakti. Dipilihnya Bima sebagai pelatih, justru bisa dibilang menjadi korban dari tidak profesionalnya PSSI. Drama berlarut-larut menyoal kontrak Luis Milla berdampak kepada molornya persiapan Timnas. Minim waktu, Bima Sakti akhirnya terbukti gagal.
Sebenarnya itu bukan kali pertama PSSI punya andil terhadap prestasi buruk Timnas Indonesia di Piala AFF. Berikut lima kali saat PSSI buat Indonesia gagal di turnamen paling bergengsi di Asia Tenggara tersebut.
1. Piala AFF 2007, era kediktatoran Nurdin Halid
Indonesia gagal lolos penyisihan Grup B Piala AFF 2007. (foto: AFP/Theresa Barraclough)
Menggantikan Agum Gumelar sebagai ketua umum PSSI, Nurdin Halid menjadi figur yang penuh kontroversi selama masa kepemimpinannya. Pernah ditahan karena kasus korupsi, memulai naturalisasi, sampai kontra dengan penghentian APBD untuk klub. Kala itu, PSSI bahkan sampai jadi sorotan FIFA.
Piala AFF 2007 masih di bawah kepemimpinan Nurdin Halid. Tahun itu adalah saat pertama kalinya Indonesia gagal lolos dari fase penyisihan grup. Harapan yang diemban kala itu begitu besar, pasalnya dalam lima turnamen terakhir, Indonesia selalu sukses melaju sampai semifinal, tiga di antaranya bahkan sampai final.
Bersama Peter Withe, Timnas Indonesia sebenarnya sukses mengumpulkan lima poin, sama dengan dua tim yang lolos ke semifinal, yaitu Singapura dan Vietnam. Sialnya Tim Garuda harus pulang lebih cepat karena kalah produktifitas gol. Gagal, saat itu pun Peter Withe dipecat dan digantikan Ivan Kolev.
2. Piala AFF 2010, politisasi Timnas berujung kegagalan
Oktovianus Maniani, salah satu pemain kunci Timnas Indonesia Piala AFF 2010. (foto: AFP/Adek Berry)
Sebenarnya, Piala AFF 2010 adalah saat Timnas Indonesia sangat diunggulkan untuk juara. Selain menjadi tuan rumah, kala itu bisa dibilang skuat asuhan Alfred Riedl adalah salah satu yang terbaik sepanjang masa. Hasilnya, di tengah berbagai masalah PSSI, Tim Garuda menjawab harapan dengan tampil gemilang.
Performa positif tersebut kemudian diteruskan Firman Utina dan kolega hingga final. Dari perjalanan ke final, Timnas sukses menarik animo masyarakat yang sudah tinggi, jadi lebih tinggi lagi. Namun, justru dari sana petaka terjadi. Melihat sorotan yang diterima, Timnas pun dijadikan alat politik.
Alih-alih menyiapkan diri demi menghadapi Malaysia, Firman Utina cs malah harus menghadiri beberapa undangan acara politik. Alfred Riedl kala itu sampai geram dan hasil final mengamininya dengan menjadi kekalahan dengan agregat 4-2. Usai Piala AFF, drama luar lapangan pun berlanjut. Suporter meminta Nurdin Halid untuk turun, yang kemudian terealisasikan pada 1 April 2011.
3. Piala AFF 2012, kisruh PSSI vs KPSI
Selebrasi gol Vendry Mofu ke gawang Laos pada Piala AFF 2012. (foto: AFP/Mohd Rasfan)
Status runner-up tak berarti apa-apa buat Timnas Indonesia pada Piala AFF 2012. Edisi tersebut jadi yang kedua kalinya Timnas Indonesia gagal lolos dari fase grup. Kegagalan tersebut tentu ada andil dari kisruh yang terjadi di tubuh PSSI, salah satunya juga menyebabkan dualisme kompetisi yang kontroversial.
Seperti yang telah diketahui, tahun 2012, PSSI yang dipimpin Djohar Arifin Husin berseteru dengan Komite Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), yang diketuai La Nyalla Mattalitti. Alhasil, keduanya menghasilkan dualisme kompetisi, yaitu Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL).
Hasil dari dualisme liga tersebut adalah gagal totalnya Timnas Indonesia di ajang Piala AFF. Pasalnya, Tim Garuda hanya bisa diperkuat para pemain dari IPL, sementara pilar penting yang bermain di ISL tak bisa dipanggil.
Seperti yg disebut sebelumnya, tanpa pemain andalan, Nil Maizar gagal total dengan hanya mengoleksi empat poin. Tim Merah kalah dari Singapura dan Malaysia dengan berada di peringkat ketiga. Usai kompetisi, Nil Maizar langsung dipecat.
4. Piala AFF 2014, dua kali gagal secara beruntun
Selebrasi pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2014. (foto: AFP/STR)
Masih membawa sisa konflik PSSI pada turnamen sebelumnya, Timnas Indonesia kembali gagal pada Piala AFF 2014. Di Grup A, skuat Merah Putih harus bermain imbang 2-2 bersama Vietnam, kalah dari Filipina untuk pertama kali dalam sejarah dengan skor telak 4-0, dan kemenangan 5-1 atas Laos menjadi tak berarti.
Indonesia tersingkir karena hanya bisa meraih empat poin dan duduk di peringkat ketiga klasemen. Tentu kegagalan tersebut tak sesuai target dan membuat PSSI memecat Alfred Riedl. Padahal, kontrak pelatih asal Austria tersebut kala itu masih menyisakan satu tahun lagi.
Konflik organisasi, jadwal padat kompetisi lokal, serta bentrok dengan momen kampanye jelang Pilpres, membuat tim pelatih timnas sulit menyusun jadwal. Alhasil, hanya tiga hari waktu Timnas untuk melakukan persiapan. Minimnya waktu berlatih bersama jadi salah satu faktor utama kegagalan.
5. Piala AFF 2016, kebijakan aneh dua pemain per tim
Abduh Lestaluhu kala bela Timnas Indonesia di Piala AFF 2016. (foto: Bay Ismoyo/AFP)
Pada Piala AFF 2016, Indonesia tak diunggulkan sama sekali. Lagi-lagi karena persiapan pas-pasan dari PSSI. Penunjukkan Alfred Riedl kembali sebagai pelatih pun ditengarai keterbatasan waktu. Kala itu, meski pada edisi sebelumnya gagal total, Riedl dipertimbangkan karena sudah tahu kondisi sepakbola Indonesia.
Baru lepas dari jeratan sanksi FIFA, PSSI terganjal dengan pemain yang tak mau dilepas klub untuk mengikuti Indonesia Soccer Championship (ISC). Alhasil Riedl hanya bisa membawa maksimal dua pemain dari tiap klub. Hal tersebut tentunya semakin membuat Indonesia tak diunggulkan, bahkan hanya untuk lolos fase grup.
Takdir berkata lain dengan secara dramatis Tim Garuda lolos dari fase grup. Semifinal pun secara mengejutkan Indonesia mengalahkan Vietnam yang lebih diunggulkan, unggul agregat 4-3. Namun, nasib baik tersebut hanya sampai situ, karena di babak final, setelah menang pada leg pertama Indonesia harus kembali jadi runner-up usai tumbang dari Thailand. (bob)