icon-category News

5 Kejadian Listrik Padam Terparah di Dunia

  • 05 Aug 2019 WIB
Bagikan :

Hampir empat jam lamanya listrik padam di sejumlah tempat Jakarta dan sekitarnya. Tak hanya Jakarta, sejumlah tempat di Bandung juga terdampak dengan pemadaman listrik.

Akibatnya sejumlah transportasi berbasis listrik seperti Moda Raya Tepadu (MRT), Light Rail Transit (LRT) hingga KRL Commuter Line pun lumpuh total. Semua warga yang menggunakan transportasi tersebut merasakan akibatnya.

Disebutkan setidaknya empat kereta MRT sempat berhenti di bawah tanah. Masyarakat pun harus dievakuasi dari transportasi berbasis listrik tersebut. Seluruh lampu lalu lintas di seluruh wilayah Jakarta turut mati.

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyebut pemadaman kali ini terjadi karena gangguan sistem di wilayah Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Diketahui sedikit wilayah Jawa Tengah seperti Brebes terdampak karena alirannya dipasok dari Jawa Barat.

Dirangkum CNNIndonesia.com dari berbagai sumber lainnya, terdapat kejadian listrik padam atau 'blackout' yang besar di seluruh dunia beberapa waktu terakhir.

Pertama, pemadaman listrik di Venezuella baru-baru ini pada 7 Maret hingga 1 Agustus 2019. Dalam kasus ini, Presiden Nicolas Maduro mengklaim ada upaya sabotase dan menyatakan kejadian ini akibat serangan senjata elektromagnetik.

Berdasarkan wawancara CNNIndonesia.com dengan WNI di Venezuela, sejumlah pemilik gerai, terutama makanan sempat, cemas jika hal ini terjadi terus menerus bisa merusak peralatan elektronik mereka. Imbasnya adalah kualitas bahan-bahan yang mereka simpan bisa menurun dan mereka harus merogoh kocek lagi untuk perbaikan jika peralatan mereka rusak.

Maduro selalu memberikan alasan sabotase jika terjadi pemadaman listrik, tetapi tidak pernah memberikan bukti. Sedangkan menurut kelompok oposisi pimpinan Juan Guaido hal itu menunjukkan pemerintah gagal menjamin kebutuhan warga karena maraknya korupsi.

Kedua, pemadaman listrik di Argentina, Paraguay dan Uruguay pada 16 Juni 2019. Setidaknya 48 juta masyarakat terdampak akibat pemadaman listrik. Insiden ini diduga karena kegagalan menghubungkan jaringan listrik antar-negara yang tidak dapat dijelaskan. Otorita berwenang bekerja keras untuk memulihkan jaringan listrik ini tetap hingga siang hari baru menjangkau setengah juta warga di Argentina.

Pemadaman ini terjadi ketika para pemilih sedang memberikan suara dalam pemilihan gubernur di Argentina, sehingga mereka terpaksa menggunakan cahaya telfon seluler untuk memilih. 

Ketiga, pemadaman listrik di Pakistan pada 26 Januari 2015 yang berdampak pada sekitar 140 juta jiwa. Disinyalir pemadaman dilakukan akibat saluran transmisi listrik utama di negera itu yang dirusak oleh serangan pemberontak, memperparah krisis energi yang melumpuhkan negara itu.

Kegagalan dalam pengelolaan energi, salah satu yang terburuk Pakistan, menyebabkan aliran listrik putus di kota-kota besar di seluruh negeri, termasuk ibu kota Islamabad.

Keempat, pemadaman listrik di Bangladesh pada 1 November 2014 dan berdampak pada 150 juta penduduk. Pemadaman listrik berskala luas melanda Bangladesh karena pasokan daya listrik dari India terhenti akibat kerusakan jaringan listrik.

Bangladesh mulai mengimpor listrik dari India sejak Oktober 2013 lalu melalui saluran transmisi 400 kilovolt. Jaringan listrik ini membentang dari wilayah Baharampur di negara bagian Benggala Barat ke kota Bheramara, di wilayah badat daya Bangladesh.

Terakhir, pemadaman listrik Jawa Bali pada 18 Agustus 2005 yang listriknya mati total selama tiga jam. Selain itu, terdapat pula pemadaman di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Mati listrik ini terjadi akibat kerusakan di jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali.

Peristiwa ini dimulai saat terhentinya operasi PLTU Suralaya unit 6 dan 7, sehingga sistem kekurangan pasokan sebesar 1.200 megawatt. Untuk mengembalikan sistem ke kondisi normal, PLN langsung menggunakan PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTGU Muara Tawar yang biasanya baru beroperasi saat beban puncak.

Akibat pengoperasian ketiga pembangkit tersebut, aliran daya pada SUTET 500 KV Saguling-Cibinong menjadi semakin besar, mendekati batas aman 2.000 Ampere. Kemudian pada pukul 10.23, tiba-tiba SUTET Saguling-Cibinong terbuka sehingga sistem Jawa-Bali terpisah dua bagian. Gangguan ini mengakibatkan beberapa unit pembangkit besar lepas dari jaringan, yakni PLTU Paiton unit 7 dan 8 serta enam unit PLTU Suralaya.

Jaringan yang terganggu adalah jalur Cilegon-Cibinong-Saguling. Jaringan ini merupakan satu-satunya jaringan penghubung daya dari PLTU Paiton di Jawa Timur ke Jawa Barat. Sebelumnya, pada September 2002, jalur yang sama pernah terganggu dan menyebabkan listrik mati selama dua hari.

Mati listrik ini merupakan mati listrik terbesar dalam sejarah dalam jumlah orang yang terpengaruh. PLN memperkirakan sekitar 3,2 juta pelanggan yang terkena pemadaman total, terutama di daerah Jakarta dan Banten.

Sebanyak 42 perjalanan kereta rel listrik (KRL) rute Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi dibatalkan, dan 26 KRL yang sedang beroperasi tertahan di beberapa perlintasan. Diperkirakan hal ini menyebabkan kerugian yang mencapai Rp200 juta.

Berita Terkait

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini