5 Tipe Penonton Indonesia di Bioskop yang Nyebelin
-
Uzone.id - Siapa yang enggak suka nonton di bioskop? Fasilitas menyenangkan ini menyajikan film-film terbaru, dari dalam dan luar negeri.
Bioskop pun pada umumnya selalu diramaikan oleh para moviegoers alias para penikmat film. Mereka, termasuk saya, datang dengan penuh semangat enggak sabar untuk membeli tiket lalu masuk studio dan siap menonton.
Berkali-kali datang dan menonton bioskop ternyata ada aja hal-hal khas yang dilakukan oleh penonton Indonesia. Hal nyebelin, lebih tepatnya. Jangan-jangan kamu juga pernah atau sering ngalamin?
Penonton lelet pilih kursi
“Yah, best seat-nya udah keisi nih, yank. Gimana dong? Mau di mana?”
Lhaaaa tinggal pilih kursi lain, susah amat? Kalau bingungnya udah selevel ketika kamu ngerjain soal integral, aljabar matematika, ya sudah batal aja! Atau buru-buru pilih film di jam lain, ‘kan bisa. Kzl level kuadarat lima...
Penonton human-giraffe
Human-giraffe itu istilah yang gua pakai sehari-hari kalau ada orang super tinggi. Mungkin karena gua seperti penonton pada umumnya enggak tinggi alias mungil nan lucu, jadi mereka yang tinggi itu sering nyebelin.
Gua cuma bisa terima nasib kalau orang yang duduk persis di depan saya itu orang super tinggi.
Ya iya, mereka enggak berdiri juga nontonnya. Tapi tetep aja, duduk pun kepalanya tetap nongol dan nutupin sebagian gambar atau subtitle.
Kadang saya mengakalinya dengan tukeran kursi dengan teman di samping saya, tapi bete kalau kursi asli saya itu sebenarnya udah paling enak posisinya alias best seat. huhuhu…
Penonton nendang kursi
Kalau lagi nonton di studio reguler, jarak kursi tiap row itu ‘kan enggak terlalu jauh. Nah, sering banget penonton di belakang gua enggak bisa diem!
Kamu pernah ngalamin kah? Mereka yang duduk di belakang persis itu mungkin sedang encok, pegal linu jadi merasa berhak meluruskan kakinya yang sebenarnya merugikan orang di depannya.
Kaki mereka itu dengan enaknya jedug-jedugin kursi gua! Selain bikin enggak nyaman, jadi nggak konsen nontonnya.
Penonton yang membawa anak tak sesuai batasan usia film
Ini serius, nih… Gua penasaran banget apa yang ada di pikiran penonton dewasa yang sengaja membawa anaknya yang masih kecil nonton film yang kurang suitable?
Beberapa kali saya ngalamin hal ini. Contohnya, kamu tahu film ‘War of the Planet of the Apes’? Terlepas filmnya memang seru, harusnya paham film ini penuh adegan kekerasan seperti senjata api, berantem, dan darah di mana-mana.
Nah, penonton di belakang saya ini pasangan suami istri yang membawa anak kecilnya. Masih balita, sekitar umur 3 atau 4 tahun lah. Sepanjang film, anaknya berisik nanya terus ke ibunya.
“Itu kenapa monkey-nya, bun? Kok dia ditembak? Dia mati, ya? Kenapa berdarah?” Pertanyaan seperti itu diakhiri dengan si anak nangis walaupun enggak lama. Tahu enggak, ujung-ujungnya mereka keluar studio sebelum filmnya selesai.
Penonton medsos mania
Namanya juga hidup di zaman now yang serba digital dan pamer sana-sini berkat kehadiran media sosial, saya sering banget menyaksikan penonton yang merekam adegan film pakai ponselnya.
Buat apa lagi selain diunggah ke Instagram Story dan Snapchat?
Yang paling miris itu, penonton yang nonton di studio kelas Premiere, Gold Class, atau bahkan Velvet Class. Kenapa? Karena harganya lebih mahal dari studio reguler, serta kesempatan merekam lebih leluasa berkat tempat duduk yang nyaman serta jarak tiap barisan cukup jauh.
Mereka sanggup bayar dengan harga mahal, tapi kelakuannya masih kayak gitu. Biar dibilang paling wow atau paling hits? Bajakan itu hitungannya, grrr!