Sponsored
Home
/
Lifestyle

6 Fakta yang Perlu Diketahui Sebelum Menikah Muda

6 Fakta yang Perlu Diketahui Sebelum Menikah Muda
Preview
Redaksi Esquire Indonesia04 April 2017
Bagikan :

Banyak orang di angkatan usia muda, dan mungkin juga Anda, begitu terobsesi untuk segera menikah. Dengan demografi yang lebih besar di usia muda, serta mulai meningkatnya taraf hidup masyarakat menjadi dua dari beberapa alasan mengapa banyak orang di Indonesia berorientasi menikah dini. 

Namun, apakah semudah itu memutuskan untuk menikah? Apakah nantinya sejoli yang memutuskan menikah muda mampu menjalani kehidupan rumah tangga langgeng dalam waktu lama? Sebenarnya tidak ada yang salah untuk menikah muda atau tidak, namun setidaknya beberapa fakta hubungan asmara di bawah ini dapat menjadi panduan dalam memantapkan diri untuk berjalan menuju pelaminan.

1. Memutuskan menikah di bawah usia 23, memiliki risiko cerai yang lebh tinggi

Sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan oleh University of North Carolina di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa sebanyak 60 persen pasangan yang menikah di rentang usia akhir belasan dan awal 20-an, cenderung tidak mampu mempertahankan biduk rumah tangga dalam waktu lama. Alasan klasik yang kerap mencuat terkait hal ini adalah ketidak siapan pasangan dalam menghadapi problematika rumah tangga yang berbenturan langsung dengan ego personal usia muda. Hal ini berkaitan dengan anggapan umum di ranah psikologi yang menyebut bahwa usia matang (baik dalam berpikir maupun bersikap) adalah di atas usia 23 tahun.


2. Pernikahan yang berawal dari persahabatan cenderung langgeng

Preview

Berdasarkan hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Biru Riset Ekonomi Nasional Inggris, disebutkan bahwa pernikahan yang berawal dari persahabatan cenderung berjalan harmonis dan berusia panjang. Hal ini disebabkan karena persahabatan telah mendorong masing-masing pihak dalam sebuah pasangan telah saling mengerti dan memahami satu sama lain sejak dini. Adapun pernikahan berfungsi sebagai perekat hubungan intim yang telah dijalankan keduanya.



3. Pasangan sebaya adalah pasangan ideal

Dalam sebuah studi ilmiah yang dilakukan terhadap 3.000 pasangan di AS oleh Departemen Psikologi Universitas California of Los Angeles (UCLA), ditemukan fakta bahwa pasangan sebaya, atau dengan perbedaan rentang usia yang tidak terlalu jauh, memiliki kurang dari 10 persen masalah rumah tangga besar. Adapun semakin banyak rentang usia di dalam pasangan menikah, banyak mencuatkan fakta mengenai sulitnya menjalin komunikasi, mudah emosi satu sama lain, dan masih ada rasa enggan untuk benar-benar bersikap terbuka satu sama lain.

(Baca juga artikel: Berencana Segera Menikah? Baca Ini Dulu)

4. Pasangan ideal adalah pasangan yang saling membanggakan

Bukan berarti Anda dan pasangan memamerkan kemesraan berlebih di hadapan orang lain, melainkan selalu mendukung satu sama lain dalam berbagai situasi. Selain itu, selalu ingat untuk memperkenalkan (atau setidaknya menunjukkan) pasangan masing-masing ketika berada di keramaian adalah bentuk pernyataan bahwa Anda dan pasangan adalah sejoli yang saling mencintai. Sebagai contoh, ketika Anda dengan bangga dan percaya diri menyantap bekal makan siang buatan psangan terkasih, maka Anda telah menunjukkan dukungan tulus kepadanya, dan orang lain akan segan sekaligus salut melihatnya.


5. Utamakan kualitas dalam berhubungan seks, bukan kuantitas

Preview

Banyak yang menyebut bahwa semakin sering bercinta, maka hubungan sebuah pasangan akan semakin harmonis. Memang ada benarnya, namun mengutip dari artikel ilmiah yang dimuat oleh harian The New York Times, penelitian selama 90 hari menemukan fakta bahwa pasangan yang sering bercinta, cenderung melakukannya dalam waktu singkat, sehingga tidak bisa benar-benar memuaskan kedua belah pihak. Sebaliknya, pasangan yang memilih bercinta setidaknya dua kali dalam seminggu, cenderung lebih menikmati momen intim tersebut, sehingga berdampak pada terjaganya rumah tangga yang harmonis.



6. Standar pernikahan yang berubah

Psikolog kenamaan dunia, Eli Finkel, pernah menuliskan studi ilmiahnya yang menyebut bahwa terdapat tiga perubahan standar pernikahan yang terjadi di sepanjang sejarah abad modern. Pertama, sebelum akhir abad 19, pernikahan adalah bentuk kebutuhan manusia untuk menghasilkan keturunan, memiliki rumah dan hidup mandiri. Sedangkan pada rentang waktu antara awal abad 20 hingga awal dekade 60-an, pertumbuhan industri dunia menuntt pasangan untuk mencari penghidupan yang lebih baik secara finansial. Adapun pada rentang waktu di atas dekade 60-an hingga kini, pasangan yang menikah memiliki banyak dimensi harapan, di mana salah satunya adalah mencari pengakuan atas eksistensi diri.


Baca juga artikel:
10 Fakta yang Terjadi Saat Anda Jatuh Cinta
Pasang Surut Kisah Cinta Kim Kardashian dan Kanye West
Dilema Orang Tua Tunggal untuk Menikah Kembali







TEKS: HAPPY FERDIAN
FOTO: DOK. ESQUIRE

populerRelated Article