Home
/
News

7 Suara Korban First Travel: Jatuh Sakit hingga Depresi

7 Suara Korban First Travel: Jatuh Sakit hingga Depresi
Wisnu Prasetiyo22 August 2017
Bagikan :

Mayoritas korban First Travel bukanlah orang kaya raya. Wajar jika mereka begitu terpukul uang belasan hingga ratusan juta yang mereka gunakan agar bisa menunaikan ibadah umrah diduga ditilap Anniesa Hasibuan-Andika Surachman untuk foya-foya. 

Siapa yang tak tergiur dengan tawaran paket umrah murah dengan biaya kurang dari Rp 15 juta? Namun, ternyata penawaran itu hanya akal bulus dari Anniesa Hasibuan dan suami untuk memperkaya mereka sendiri. 

Para korban First Travel yang ditaksir mencapai 35.000 orang yang datang dari berbagai daerah itu kebingungan mencari kepastian keberangkatan. Berulang kali mereka harus gigit jari karena terus dijanjikan tanpa pembuktian. 

Preview

Mereka mengadu ke berbagai pihak, dari mulai Kementerian Agama, polisi hingga anggota Dewan. Banyak yang mereka keluhkan, betapa perjuangan mereka untuk berangkat ke Tanah Suci justru dimanfaatkan Andika dan Anniesa Hasibuan. 

35.000 Jemaah tersebut stres bahkan sampai yang ada jatuh sakit memikirkan nasibnya. Berikut kumparan (kumparan.com) rangkum suara hati korban First Travel:

1. Uang pensiunan Zulherian dimakan Anniesa Hasibuan

Preview

Tak sedikit di antara mereka yang membayar umrah tidak untuk dirinya sendiri, tapi juga bersama sanak famili. Zulherian asal Palembang, misalnya, membayar ongkos umrah untuk 7 orang anggota keluarganya. 

Modal didapatnya dari uang pensiunan yang dia peroleh.

"Saya menggunakan uang pensiunan untuk memberangkatkan 7 anggota keluarga saya untuk umrah. Namun, hingga saat ini tidak berangkat," kata Zulherian, korban First Travel asal Palembang seperti dilansir Antara. 

Zulherian jauh-jauh bertandang ke Jakarta untuk mengadu ke anggota DPR bersama ratusan korban First Travel lainnya pada Jumat (18/8). Mereka antara lain diterima oleh anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) H Mukhlisin.

Zulherian menjelaskan pada tahun 2015 dia mendaftar ke agen First Travel dan dijanjikan akan berangkat pada bulan April 2017. Tetapi setelah setor uang senilai Rp 84 jutaan, hingga saat ini belum berangkat.

Preview

2. Merogoh kocek lebih, namun tetap gagal berangkat

Sri Rezeki Dasawarsi juga harus meradang ditipu First Travel. Sri menjelaskan, keluarganya sudah membayar biaya umrah ke First Travel sebesar Rp 14,3 juta/orang. 

Bahkan agar cepat berangkat ke Mekkah, Sri harus merogoh kembali koceknya sebesar Rp 2 juta. Rencananya dia akan berangkat bersama 9 orang anggota keluarganya. 

"Saya sudah membayar Rp 14,3 juta per orang dan ada 9 orang yang akan berangkat. Kakak saya tahun ini bayar biaya Rp 18 juta dan dijanjikan berangkat Mei ini," kata Sri. Tapi janji itu hanya tipuan belaka.

Korban lainnya adalah Azizah dari Bekasi. Dia mengaku sudah membayar sebesar Rp 18 juta. Rencananya dia akan berangkat menunaikan ibadah ke Tanah Suci bersama 4 orang lainnya. Namun First Travel tak juga memberangkatkan mereka.

3. Jatuh sakit karena First Travel

Kunut, pria berusia 75 tahun juga harus gigit jari karena gagal berangkat ke Tanah Suci karena First Travel. Ia bahkan sampai jatuh sakit. 

"Pikiran saya puyeng kalau ingat umrah. Badan saya sepertinya butuh dirawat karena kurang enak terus," kata Kunut, korban First Travel yang merupakan warga RT04 RW09 Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi, Jawa Barat, Minggu (20/8), seperti dilansir Antara.

Kunut mengaku mulai mengalami permasalahan kesehatan yang mengakibatkan penurunan stamina. 

Kunut menyetorkan dana total Rp 32 juta untuk berangkat umrah bersama sang istri ke Tanah Suci. "Uangnya juga dikumpulin dari arisan. Bulanannya sampai sekarang harus saya bayar," katanya.

Kunut bersama keluarganya hanya berharap uang setoran umrah yang diberikan kepada First Travel bisa dikembalikan secara utuh.

"Kami cuma ingin uangnya dikembalikan saja utuh untuk keperluan lain," katanya.

Preview

4. Keluarga Maryanah depresi memikirkan nasibnya

Warga Kota Bekasi, Jawa Barat, yang menjadi korban ada yang depresi dan jatuh sakit.

“Keluarga saya yang tertipu ada enam orang. Mereka sekarang stres karena uang yang sudah disetorkan tidak ada kejelasan," kata salah satu korban, Maryanah (51), di Bekasi, Minggu (20/8), seperti dilansir Antara.

Ia mengaku baru menyadari telah menjadi korban penipuan saat kabar tersebut ramai disampaikan media massa. Ia kerap depresi bila mendengar ada pemberitaan terkait First Travel lewat siaran televisi yang belakangan ini rutin tersiar hampir setiap hari.

"Saya beruntung punya anak yang baik, setiap kali saya stres, ada putra saya yang selalu memberi nasihat untuk bersabar," katanya.

Putra Maryanah, Suhendi (33) mengatakan mayoritas keluarganya yang terkena tipu saat ini mulai menunjukkan gelagat yang kurang wajar.

"Ada keluarga saya bernama Bu Anah yang stres dan sempat guling-gulingan sambil menangis histeris di jalan saat tahu dirinya menjadi korban penipuan First Travel," katanya.

Preview

Namun sang ibu, kata dia, hanya menampakkan gejala depresi yang ditunjukkan dengan menurunnya nafsu makan serta melamun dalam kondisi tertentu.

"Mereka depresi karena uangnya boleh ngumpulin sedikit-sedikit. Rata-rata mereka warga berpenghasilan menengah ke bawah dan sekarang sudah menyetor ke First Travel rata-rata Rp 18 juta," katanya.

Dikatakan Suhendi, keenam anggota keluarganya telah melakukan ratiban sebagai acara syukuran atas rencana keberangkatan untuk umroh ke Tanah Suci sejak awal Januari 2017, namun sampai Agustus 2017 belum ada kejelasan pemberangkatan.

"Awalnya First Travel mengundur keberangkatan karena terjadi pengurangan kuota dari Saudi Arabia, kemudian keluarga saya yang ingin berangkat sesuai dengan jadwal dimintai uang lagi Rp 2 juta dengan alasan untuk sewa pesawat. Sampai waktu yang dijanjikan, belum ada jadwal pemberangkatan umroh yang jelas," katanya.

5. Kecewa ke Kementerian Agama

Ahmad melontarkan kekecewaannya kepada Kementerian Agama karena dinilai tidak tegas terhadap First Travel. 

"Harapan saya hanya negaralah, pemerintahlah dalam hal ini untuk melihat lebih perhatian terhadap korban. Taruhlah rasa kasihan kepada korban yang ingin beribadah tapi tahu-tahu uangnya digelapkan. Sedangkan izin itu kan Kementerian Agama yang memberikan," kata Ahmad (60), di kantor Bareskrim Polri, Kompleks Gedung KKP, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (16/8).

Menurutnya, apabila promo Rp 14,3 juta memang tidak layak, semestinya pemerintah tidak memberikan izin kepada First Travel. Ia menilai Kemenag lamban dalam menangani kasus ini. 

"Dalam pemikiran kita yang informasinya tidak banyak, ketika izin diberikan pasti ada pengawasan dan pembinaan, dan kalau memang dilakukan pengawasan dan pembinaan biaya promo itu kan sangat minim, kalau memang tidak patut dengan biaya itu kenapa tidak sejak awal, jadi korban tidak terlalu banyak," keluhnya.

Preview

Apabila pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama sejak awal tidak memberikan izin kepada First Travel untuk menyelenggarakan biaya promo umrah yang hanya Rp 14,3 juta rupiah, maka korban tidak akan bertambah banyak.

"Salah satu keterangannya (Kemenag) bahwa melakukan promo haji dengan biaya yang tidak patut, dengan Rp 14,3 juta. Kenapa pernyataan itu nggak dilakukan dari awal?" lanjut dia.

6. Tertipu janji manis reschedule First Travel

Salah satu korban yang turut melaporkan First Travel adalah Eti. Ia mengaku sudah mendaftarkan diri berangkat umrah melalui First Travel karena harga promonya yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding agen lain, yaitu selisih Rp 4 juta.

Namun ia mulai mencium gelagat tidak benar ketika First Travel melakukan penjadwalan ulang keberangkatan hingga 3 kali. "Dari 2015 saya sudah reschedule 3 kali," kata Eti di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (10/8).

Tidak hanya belum saja diberangkatkan, Eli mengaku diminta biaya tambahan sebesar Rp 2,5 juta setiap kali penjadwalan ulang. "Katanya untuk tambahan biaya sewa pesawat," ujar dia.

Dari tahun 2015 lalu hingga bulan April 2017, Eti tidak kunjung diberangkatkan. Ketika dikonfirmasi ke First Travel, jawaban mereka selalu sama: ada kendala teknis.

7. Menanti 4 tahun, kemudian 'terhempas'

Preview

Pengalaman serupa juga dialami Aisya. Ia bahkan terdaftar sebagai calon jemaah umrah First Travel sejak 2013, namun belum diberangkatkan. 

"Dijanjikan berangkat Mei 2017, tapi diundur. Dijanjikan berangkat 6 Juni tapi saya nambah Rp 1,5 juta untuk pesawat. Setelah itu malah setop enggak ada pemberangkatan," kata Aisya.

Setelah gagal berangkat itu, Aisya pun mencoba meminta keterangan ke First Travel. Ia lantas dijanjikan berangkat pada bulan Oktober. "Tapi kemudian enggak ada kabar lagi setelah ribut-ribut ini (pemilik First Travel ditetapkan sebagai tersangka)," ujar dia.

Kendati bermasalah dengan jemaah, namun Aisyah mengaku pernah melihat First Travel tetap melakukan promosi umrah di media sosial Facebook. "Saya kasih komen jangan promo, lalu saya diblokir," kata Aisya.

Baik Aisya maupun Eti mengaku tidak mengetahui nasib uang yang telah mereka bayarkan. Aisyah mengaku pernah menanyakan mengenai hal tersebut, namun jawaban yang dia dapatkan dari First Travel dinilainya tidak bertanggung jawab.

"Rahasia dapur perusahaan," kata dia menirukan jawaban salah satu pemilik First Travel, Anniesa Hasibuan, kala itu.

Bagi pembaca yang merasa pernah menjadi korban First Travel dan ingin berbagi cerita silakan buat story di kumparan. Caranya mudah kamu cukup buat akun di kumparan menggunakan akun Facebook atau Google-mu. Sertakan topik First Travel dalam cerita.

Cara lengkapnya bisa cek di sini. Kalau kamu masih menemukan kesulitan bisa kirim email ke info@kumparan.com. 

Preview

populerRelated Article