icon-category News

95% Bahan Baku Farmasi Indonesia Masih Impor 

  • 16 Mar 2017 WIB
Bagikan :

Ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku obat masih sangat tinggi. Untuk mengurangi ketergantungan akan impor, pemerintah harus menarik investasi pengembangan industri bahan baku farmasi.

Berdasarkan data dari Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) lndonesia, ketergantungan impor bahan baku obat sangat tinggi yakni mencapai 95%. Indonesia mengimpor bahan baku farmasi sebagian besar dari Tiongkok, India, Jepang, dan beberapa negara di Eropa. 

"Paling besar impor farmasi kita dari Tiongkok dan India karena mereka menguasai pasar," kata Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) dan Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia, Kendrariadi Suhanda, saat diskusi farmasi di Hotel Century Park, Jakarta, Kamis 16 Maret 2017.

Dia menjelaskan, Tiongkok dan India merupakan dua negara yang memulai ekspor ke luar negeri. Mereka berani melakukan itu lantaran pemerintah masing-masing memberi kemudahan kepada para pelaku industri, baik insentif maupun fasilitasi ekshibisi di luar negeri.

Menurut Kendrariadi, salah satu fokus utama pemerintah dalam mendorong investasi industri farmasi adalah dengan mengembangkan industri bahan baku farmasi dengan membuat pabrik bahan baku farmasi. Porsi bahan baku akan berpengaruh terhadap struktur obat sekitar 20%-30% dari harga jual dari pabrik.

Untuk itu, kata Kendrariadi, pemerintah Indonesia harus mencoba menyusun bukan hanya perkembangan industri hilir, melainkan juga pengembangan bahan baku. Pengembangan industri bahan baku farmasi dapat mengurangi impor sehingga dapat menekan harga obat di Indonesia agar menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat.

President Director of PT Kimia Farma (Persero) Tbk., Rusdi Rosman menambahkan, Indonesia harus mampu mengembangkan industri bahan baku obat atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang merupakan komponen penting yang turut menentukan kualitas dan harga obat. Tantangan bagi industri bahan baku farmasi di Indonesia adalah investasi awal yang sangat besar. 

Dengan dukungan pemerintah, Rusdi meyakini, perusahaan farmasi lokal seperti Kimia Farma dapat mendapatkan investasi dari perusahaan yang berasal dari Korea Selatan, Sungwun Pharmacopia Indonesia, untuk mengembangkan pembangunan API di Indonesia.

"Kerja sama antara Kimia Farma dan Sungwun Pharmacopia lndonesia membentuk joint venture (JV) company mendirikan anak perusahaan baru PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia," tuturnya.

Dia menerangkan, pembangunan pabrik API merupakan langkah yang dilakukan Kimia Farma untuk mendukung terciptanya industri farmasi yang terintegrasi, dari produksi API, penguasaan teknologi, hingga peningkatan ekspor. Dengan adanya pembangunan pabrik APl ini, diharapkan Indonesia ke depan dapat memiliki kemampuan untuk mengembangkan API secara mandiri dengan melakukan riset dan pengembangan, khususnya untuk pengembangan API.***

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : Industri Farmasi 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini