Ditanya Kapan Go International, CEO Tokopedia: Boyolali Lebih Penting dari Bangkok
(Foto: Uzone.id/Hani Nur Fajrina)
Uzone.id — Sebagai salah satu startup digital yang telah menyandang status unicorn, Tokopedia kerap menerima pertanyaan soal kapan go international. Hal ini tampaknya masih jauh dari strategi perusahaan.Sebenarnya gak ada yang salah dengan pertanyaan mengenai rencana ekspansi keluar negeri, mengingat Tokopedia usianya telah mencapai angka 10 tahun.
Yup, 17 Agustus 2019 menandai genap usia 1 dekade Tokopedia telah berdiri di Indonesia. Jika melihat startup unicorn Indonesia lain seperti Traveloka dan Gojek, keduanya sudah memperluas pasar di negara tetangga.
Khusus Gojek, ekspansinya menghebohkan Indonesia sejak tahun lalu mengingat strategi yang dilakukan terasa begitu cepat.
Lalu bagaimana Tokopedia sendiri?
Co-founder sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, perusahaannya belum berencana melakukan ekspansi keluar Indonesia.
“[Startup] unicorn lain mungkin memang sudah ada yang ekspansi keluar negeri, tapi kami punya prinsip belum akan go international selama go local masih banyak peluang,” ungkap William saat konferensi pers yang digelar di Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (10/10).
Menurutnya, Indonesia masih memiliki banyak daerah terpencil yang belum sepenuhnya tersentuh digitalisasi. Hal ini yang membuatnya merasa belum saatnya go international.
“Perdesaan itu masih sangat menarik dan layak disorot. Bagi saya, Boyolali lebih penting daripada Bangkok,” lanjut William.
Secara langsung, William mengatakan minat besarnya dalam memberdayakan penduduk di luar kota-kota besar seperti nelayan dan petani agar lebih bisa memanfaatkan teknologi.
Strategi yang digunakan untuk memperluas rencana go local tersebut adalah dengan menggandeng pemerintah provinsi dan pemerintah daerah setempat untuk kolaborasi dalam melakukan penetrasi teknologi dan digitalisasi.
“Contohnya kerja sama kami dengan Kota Bandung. Kami merangkul Ridwan Kamil untuk mendekatkan Tokopedia ke 5.000 desa Jawa Barat. Dari situ kami berkolaborasi agar bisa menciptakan desa digital, PAUD by Tokopedia Center, balai kota digital,” terang William.
Selain itu, William juga masih menyimpan perhatian bagi toko kelontong dan warung-warung kecil di desa agar bisa ‘naik kelas’ melalui teknologi.
“Kami beri literasi keuangan di daerah, bagaimana mendapatkan barang dengan harga transparan, dan seperti apa keuntungan jika jadi penjual di ranah digital, dalam hal ini Tokopedia,” tutup William.
Selama 10 tahun berdiri, tercatat ada 5 juta merchant yang terdaftar di Tokopedia pada akhir 2018, dan angka itu bertambah menjadi 6,4 juta per 2019 ini.
Di antara 6,4 juta merchant tersebut, 86,55 persennya adalah penjual atau pengusaha baru yang sebelumnya belum pernah berdagang.
Tokopedia juga mencatat telah menyumbang 10,3 persen dari total lapangan kerja baru dan meningkatkan penjualan sebesar 22 persen kepada para merchant.