Ada yang Salah dengan Bu Dendy..dan Sebutan Pelakor
Uzone.id - Platform Twitter bagaikan Google ke-dua buat gue. Tinggal search aja “Bu Dendy”, yang keluar berbagai macam tweet orang-orang dan video viral yang memang sedang gue cari.
“Yaamplop, bahasa Jawa banget ngomongnya? Mana ngarti!” ucap gue dalam hati.
Di video itu memperlihatkan seorang perempuan berhijab sedang duduk di sofa, diam saja, nunduk, berusaha menelan semua omelan dari orang yang merekam video.
Gak lama setelah ngoceh bahasa Jawa, orang yang merekam itu sesekali menggunakan bahasa Indonesia dengan normal. Dari berbagai ocehan dan umpatan itu, kita dibikin mengerti bahwa nama dia adalah Bu Dendy.
Jujur, dengan pikiran kosong yang gak expect apa-apa dari video itu, gue langsung paham banget ketika Bu Dendy ngomong, “terus, sebutan apa yang pantas saya sematkan untuk Mbak [menyebut nama aslinya]? L**te, cukup ‘ndak?”
Baiklah. Pasti ini soal perselingkuhan, pikir gue.
Tapi, gak ada yang lebih menghebohkan dari aksi Bu Dendy yang secara tiba-tiba melempari perempuan itu dengan duit. Mending dua, tiga lembar. Ini nyawer, guys. Beneran disawer.
Gue tahu, banyak netizen yang gatel berkomentar tentang hal ini, lebih memilih untuk berkicau dengan nada bercanda. Mungkin maksudnya biar lebih rileks (apanya yang rileks padahal?) dan buat lucu-lucuan.
Tapi kenapa gue miris ya, lihatnya?
Gue sama sekali gak sepaham itu soal kelumit rumah tangga Bu Dendy (siapa gue, coba) tapi paling enggak, kalau pada punya hati, harus banget ya ngerekam hal seperti itu dan... upload ke media sosial?
Oke, Bu Dendy boleh jadi dendam kesumat gara-gara perempuan yang diduga jadi selingkuhan suaminya itu selama ini menikmati uang dan kemewahan yang menurut dia, adalah haknya sebagai istri sah.
Ditambah, dari video itu, Bu Dendy sih bilangnya perempuan itu adalah teman baiknya. Maka, boleh jadi Bu Dendy merasa dikhianati.
“Berapa harga dirimu?” tanya Bu Dendy di detik-detik terakhir video viral itu, sambil kembali nyawer uang ke si perempuan.
Murka banget sepertinya Bu Dendy. Rasanya ingin gue bopong ke kamar mandi, nyuruh wudhu dulu biar adem sejenak hati dan pikirannya...
BACA JUGA: Siapa Sebenarnya Bu Dendy?
Gini, lho. Entah kenapa, gue merasa itu udah masuk ranah kekerasan. Bukan kekerasan yang bikin badan jadi babak belur secara fisik. Tapi, kekerasan mental. Semacam bullying gitu lah.
Bu Dendy seakan merasa punya hak untuk nyerang si perempuan karena dia menjadi pihak yang tersakiti (dan pihak yang berduit biar bisa nyawer sepuasnya), seakan-akan kesalahan cuma bertumpu di perempuan itu doang.
Namanya juga selingkuh, pasti dua arah. Dua perasaan, dua aksi, dan dua orang.
Gue bukannya ngarep Bu Dendy turut nyebar video dia marah-marahin suaminya — kalau pun ada — tapi kok gue berpikir, aksi marah-marah sambil nyawer ini ya juga ada dorongan karena tren “pelakor” lagi anget di Indonesia.
Aksi Bu Dendy pun dengan mudahnya dianggap dan ‘diamini’ oleh banyak orang sebagai aksi menciduk “pelakor”.
Bukan spesifik kasus Bu Dendy saja, tapi kalau ngomongin hal selingkuh secara luas, emangnya cuma pihak perempuannya aja yang pantas disalahkan?
Kalau mengacu dari kepanjangan pelakor itu ‘kan Perebut Laki Orang, jadi kesannya si perempuan yang salaaaah banget. Perempuan yang kegatelan. Perempuan hina lah pokoknya.
Yang jelek namanya di mata orang-orang — bahkan mata publik karena sekarang pelakor udah jadi bahan berita nasional — itu sudah pasti si perempuan terlebih dahulu.
Padahal, “selingkuh” gak akan ada kalau gak ada kemauan dari kedua belah pihak, yaitu si perempuan dan laki-laki. Ada ‘kan pasti, laki-laki yang dasarnya genit, pengin punya simpanan buat seneng-seneng, dan lain-lain.
Tapi seakan-akan pihak perempuan yang kerap diberi label pelakor ini yang harus menerima hukuman sosial berupa cercaan dan lain sebagainya.
Kalau balik lagi ke kasus Bu Dendy (meski gue gak tahu di balik layar Bu Dendy telah berbuat apa ke Pak Dendy), tapi yang orang-orang tahu ‘kan dia membully “si pelakor” habis-habisan lengkap dengan lembaran rupiahnya.
Gue juga mendapat kesan, dengan dalam keadaan sadar dan sengaja merekam aksi kayak gitu, Bu Dendy seakan ingin dapat dukungan dari banyak orang bahwa perempuan dari aksi perselingkuhan itu emang layak dihina, direndahkan sedemikian rupa.
Haduuuuh.
Gue yakin, Bu Dendy bukan mau pamer banyak duit, ya Bu? Ibu ikhlas ‘kan, ya Bu, nyawer segitu banyak? Gak nyesel, ‘kan Bu?
Ku hanya takut, di lain hari tiba-tiba kaum lelaki gedor-gedor rumah Ibu untuk meminta keadilan perihal sawer-menyawer, Bu. Berabe nanti~