Home
/
Sport

Agen Pemain: Hobi Orbitkan Darah Muda hingga Tergiur Talenta Asing

Agen Pemain: Hobi Orbitkan Darah Muda hingga Tergiur Talenta Asing

Anju Christian P. Silaban29 December 2018
Bagikan :

Namanya Muly Munial. Jaringannya di mancanegara tidak usah diragukan. Dialah sosok di balik kedatangan Cristiano Ronaldo ke Indonesia pada 2005 silam. Rapor suksesnya bertambah dengan kunjungan Rio Ferdinand, Cesc Fabregas, Jose Antonio Reyes, dan Pep Guardiola.

Berbekal koneksi tersebut, Muly seharusnya tak kesulitan untuk mencari pemain asing yang bersedia merumput di Liga 1. Tetapi bukan itu orientasi pemilik Munial Sport Group (MSG) ini. Bagi dia lebih menarik untuk mengorbitkan talenta-talenta lokal ketimbang menguras rekening klub demi mengimpor pemain asing.

Begitulah Muly menyikapi pemilik salah satu klub yang meminta bantuan dalam merekrut pemain asing. Sosok dengan perawakan gemuk ini malah menentang, alih-alih tergiur meraup keuntungan dari kontrak pemain impor yang notabene lebih mahal dibandingkan lokal.

"Untuk pemain asing, saya bisa membawa siapa pun yang terbaik ke Indonesia. Banyak juga yang mengantre untuk bermain di Indonesia," ucap Muly dalam wawancara kepada kumparanBOLA

"Namun, saya menantang mereka: Apakah bisa mendapatkan pemain seperti Evan Dimas, Hansamu Yama, Bambang Pamungkas, dan Andik Vermansah lagi? Saya rasa itu terbatas. Jadi, selama ini saya memprioritaskan atlet lokal," tuturnya.

Keberpihakan Muly terhadap produk dalam negeri tercermin dari daftar kliennya. Terdapat sekitar 60 pemain yang bernaung di bawah payung MSG dan inilah jumlah klien terbanyak untuk agen pemain lokal di Indonesia. Menariknya, hanya satu pemain Muly yang berlabel asing.

Dalam menancapkan pengaruh di pasar pemain lokal, Muly tak melulu merekrut pemain yang sudah matang. Dia tergolong rajin meneropong darah-darah muda dengan mengunjungi Sekolah Sepak Bola (SSB) top macam ASIOP Apacinti atau melakukan scouting di turnamen usia muda seperti Liga Kompas Gramedia (LKG) dan Liga TopSkor.

Salah satu bukti adalah bagaimana Muly mengendus bakat Rendy Juliansyah. Dia bergerak cepat setelah Rendy menggondol penghargaan Pemain Terbaik LKG U-14 2016 dan pencetak gol terbanyak Liga TopSkor U-16 dua tahun berselang. Keputusan Muly jitu karena striker berpostur 165 sentimeter ini terus berkembang sampai mengantarkan Timnas U-16 Indonesia besutan Fakhri Husaini menjuarai Piala AFF 2018.

Preview

"Muly harus kita apresiasi karena speed tinggi dalam membaca peluang," ucap Eddy Syahputra yang sudah beroperasi sebagai agen pemain sejak 2002.

Muly tinggal memanen kesabarannya membimbing Rendy. Pertengahan Desember 2018, dia mengantarkan Rendy untuk menjalani trial dengan klub Spanyol. Keduanya sempat bersua Luis Milla Aspas yang sempat membesut Timnas Indonesia serta eks Sekjen PSSI sekaligus pengurus ASIOP, Ade Wellington.

Mengorbitkan pemain ke klub mancanegara seperti sudah agenda rutin Muly. Tahun 2015 lalu, misalnya, dia sempat mengantarkan Adam Alis untuk menjajal karier di Bahrain. Rutinitas tersebut berlanjut sampai awal musim 2017. Dua kliennya, Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn, berangkat ke Malaysia demi memperkuat Selangor FA. 

"Target saya sekarang supaya di setiap negara pemain Indonesia. Saya mau anak-anak kita mendapatkan pengalaman di luar, menjadi pemain lebih baik, dan mencapai tujuan akhir membela Timnas Indonesia," ucap Muly.

Kolaborasi Dua Agen Super

Dalam mengantarkan anak asuhnya merumput di luar negeri, Muly tak bergerak sendiri dan sering membuka pintu kerja sama. Salah satu rekan favoritnya dalam kolaborasi adalah Gabriel Budi dari Indobola Mandiri.

"Di antara semua agen, saya cukup kenal dan dekat dengan Gabriel Budi," ujar Muly.

Lagi-lagi contoh kasusnya Evan. Oktober 2018 lalu, Chonburi dari Thailand sempat menaruh minat kepada eks pemain Timnas U-19 era pertama Indra Sjafri ini. Muly meresponsnya dengan meminta bantuan Gabriel. Alhasil, Gabriel menjadi representasi Evan dalam berbicara kepada manajemen Chonburi.

Kepercayaan Muly kepada Gabriel tidak cuma dilatarbelakangi kedekatan. Reputasi Gabriel di Negeri Gajah Putih sudah terbukti lewat kesuksesannya mengantarkan Ryuji berkarier di PTT Rayong pada awal musim 2018. Menjadi pengalaman mengesankan pula buat Ryuji karena klubnya menjuarai kompetisi level kedua alias Thai League 2 sekaligus merebut tiket promosi.

Selain Ryuji, Gabriel juga sempat mencapai kesepakatan lainnya dengan klub Thailand lewat transfer Sylvano Comvalius dari Bali United ke Suphanburi. Sayang, jalan ceritanya tak semanis Ryuji lantaran Comvalius tampil tumpul di klub barunya setelah menggondol predikat topskorer Liga 1 2017 bersama Bali United.

Preview

Sebagai sesama agen super, Muly dan Gabriel saling melengkapi. Apabila Muly membidik pasar lokal, Gabriel lebih fokus dengan pemain-pemain asing. Dari 37 klien --terbanyak setelah Muly, kebanyakan di antaranya merupakan produk impor. 

Kesuksesan menjaring begitu banyak pemain dicapai Gabriel melalui jalan yang cukup berliku. Dia memulai kariernya sejak 2010 dan baru mencapai kesepakatan di Liga Primer Indonesia (LPI) setahun berselang. Itu pun cuma dua pemain, yakni Michael Cvetkovski di Persebaya Surabaya serta Andrija Jukic di Bogor Raya.

Empat tahun setelahnya, Gabriel menemukan ujian berat bersama 10 agen berlisensi FIFA lainnya. PSSI dibekukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan kompetisi Indonesia Super League secara otomatis berhenti di tengah jalan. Dampaknya, para pemain, termasuk mereka yang berada di bawah naungan Gabriel, mengalami pemutusan kontrak secara sepihak.

Bagi sebagian besar agen pemain, periode pembekuan adalah bencana. Tidak begitu dengan Gabriel. Saat kompetisi resmi di Indonesia vakum selama dua tahun, dia mengasah kemampuan sebagai agen untuk menjajakan kliennya ke mancanegara.

"Puji Tuhan pasar luar negeri semakin terbuka waktu itu. Saya mengalihkan dari 70% di Indonesia dan 30% di luar negeri, lalu berbalik 30% di Indonesia serta 70% di luar," kata Gabriel ketika mengunjungi kantor kumparan.

Di momen kelam itulah, Gabriel bersinar lewat kiprah impresif anak-anak asuhnya. Ilija Spasojevic menjadi sampel. Dua tahun berkarier di Malaysia, dia mampu mendulang 30 gol dari 35 penampilan bersama Melaka United.

Tidak cuma melebarkan sayap lewat transfer pemainnya, Gabriel sekaligus menambah relasi dari agen dan klub luar negeri. Dari situlah, dia mendapatkan akses ke pemain-pemain berkualitas yang belum pernah menjajal kompetisi di Indonesia.

Preview

Gabriel memetik hasilnya ketika kompetisi resmi kembali bergulir dengan balutan nama Liga 1 pada 2017. Merespons aturan marquee player, dia menawarkan sejumlah pemain top ke klub-klub Tanah Air, di antaranya Julio Baptista, Javier Saviola, Wilson Palacios, Shane Smeltz dan Didier Zokora

Dua nama terakhir akhirnya berlabuh di Tanah Air. Smeltz berseragam Borneo FC dan Zokora membela Semen Padang. Sebuah citra positif untuk kompetisi Liga 1 karena mereka sempat mencicipi Piala Dunia.

Belum lagi pemain asing tanpa label marquee player yang semakin mengharumkan nama Gabriel. Dialah sosok di balik kedatangan striker-striker tajam. Ada Comvalius sang topskorer Liga 1 2017, Marko Simic yang merebut predikat serupa di Piala Presiden 2018, dan Aleksandar Rakic yang keluar sebagai topskorer Liga 1 2018.

Bagi Gabriel, penting untuk merawat relasi dengan pemain-pemain asuhannya, terutama mereka yang telah terbukti tampil apik. Maka, dia tetap bersedia menangani Comvalius meski sang pemain telah hijrah ke Thailand di akhir musim 2017. 

Bagaimana Gabriel menjaga relasi dengan para pemain juga bisa dilihat dari Spasojevic. Keduanya sudah bekerja sama selama delapan tahun. Berkat hubungan baik itulah, dia bisa merayu Spasojevic untuk kembali ke Indonesia setelah tampil tajam bersama Melaka. Ketajamannya pun dinikmati oleh Bhayangkara FC pada paruh kedua musim 2017 dan Bali United pada 2018.

"Saya sebagai football player agent bekerja untuk long term, bukan short term. Jadi saya bekerja untuk pemain jangka panjang dan harus ada untuk pemain saat suka dan duka. Saat mereka punya masalah, saya harus ada untuk mereka," ujar Gabriel.

Bukan Monopoli

Muly dan Gabriel boleh saja mendominasi berbekal jumlah klien berjibun. Kendati begitu, dunia agen pemain bukan milih mereka berdua saja. Masih ada nama-nama lain yang beroperasi dengan daftar klien lebih sedikit.

Ya, dunia agen pemain memang bukan sesuatu yang baru di Tanah Air. Indonesia sempat memiliki 11 agen berlisensi FIFA, termasuk Gabriel, sebelum 'Regulations on Working with Intermediaries' diberlakukan pada 2015.

Beberapa nama telah menghentikan manuvernya. Eko Subekti yang merupakan mentor Gabriel kini menjalani masa rehat. Jaime Rojas dan Jules Onana --dulu agen langganan PSM Makassar-- tak lagi terdengar pergerakannya.

Ada pula yang berupaya mempertahankan eksistensi di tengah dominasi Gabriel dan Muly. Salah satu contoh adalah Ratna Mustika. Wanita dengan profesi dokter ini dulu dikenal karena kerap membawa pemain Eropa ke Indonesia, tetapi mengalihkan pasarnya ke Asia dalam dua tahun terakhir.

Meramaikan Liga 1 2018, Ratna mendatangkan trio Tajikistan. Di antaranya Manuchekhr Dzhalilov (Sriwijaya FC), Nuriddin Davronov (Madura United), dan Fatkhullo Fatkhulloev (Persela). Selain itu, Turut hadir Rohit Chand (Persija Jakarta) sebagai nama top di daftar klien Ratna.

Beda cerita dengan Eddy Syahputra selaku agen berlisensi FIFA lainnya. Tak seperti Ratna, dia sempat vakum pada musim 2018. Sosok yang sempat menangani pelatih Rahmad Darmawan alias RD ini baru berencana memulai lagi kiprahnya pada musim mendatang.

"Untuk asing ada 12 dan baru semua. Ada dari Brasil, Jepang, Korea Selatan, dan Polandia. Yang Polandia itu playmaker bagus. Ada pula Argentina dan Afrika. Kalau lokal kurang lebih 12 dan lima pemain tergolong bagus karena saya pantau selama Liga 2," ucap Eddy ketika ditemui kumparanBOLA.

Preview

Selain dominasi dua agen besar dan eksistensi agen lama, peta persaingan turut memunculkan nama baru seperti Daniel Karamoy. Dialah aktor di balik transfer penting Mitra Kukar pada musim 2018, termasuk RD yang ditanganinya setelah berstatus tanpa agen karena Eddy memutuskan vakum,

Kisah Daniel sendiri cukup menarik. Begitu besar keinginannya untuk menjadi pesepak bola profesional sehingga sempat bermain di kompetisi antarmahasiswa di tengah kesibukan menjalani pendidikan di Sterling College, Kansas, Amerika Serikat. Selepas lulus pada 2013, Daniel menerima tawaran trial dari Madura United dan Persebaya Surabaya. Mimpinya terkubur gara-gara cedera parah di bagian tendon dan Daniel banting setir ke dunia agen.

"Waktu di Persebaya, itu RD yang panggil. Sekarang RD yang saya urus," kata Daniel.

Sebagai agen yang bergerak secara individu, Daniel tergolong sukses. Dia tak cuma menangani RD, tetapi juga dua pemain asing Mitra Kukar, yakni Danny Guthrie yang sempat memperkuat Liverpool dan Fernando Rodriguez.

Kendati begitu, Daniel mengakui daerah operasinya cukup terbatas karena bekerja tanpa payung perusahaan. Fokusnya pun tertuju ke beberapa klub saja. Selain Mitra Kukar, dia mengaku cukup dekat dengan Persija Jakarta, Bhayangkara FC, dan Barito Putera.

"Ambil yang risikonya paling kecil. Saya maunya jangka panjang sehingga fokus dengan area tertentu yang sudah saya kenal. Kalau sudah siap, saya move ke yang lain. Saya juga harus lihat manajemen dan pelatihnya. Mengapa saya tidak pernah ke Persib Bandung? It's too much," tutur Daniel.

---

Seperti kata Daniel, setiap agen memang memiliki target pasar masing-masing. Ada yang menetapkannya berdasarkan lokal atau asing, koneksi di negara tertentu, atau klub-klub yang berhubungan baik. Karena memang tak seorang pun agen mampu menguasai sekitar 450 pemain di Liga 1.

Kini, seiring penerapan Regulations on Working with Intermediaries oleh FIFA tiga tahun silam, setiap orang memiliki peluang berkarier sebagai agen. Masih adakah pasar yang belum tergarap sehingga melahirkan nama-nama baru sekaligus meramaikan persaingan agen pemain di Indonesia?

====

*kumparanBOLA membahas cerita-cerita perihal pekerjaan agen pemain di sepak bola Indonesia. Anda bisa menyimaknya di topik 'Suka-Duka Agen Bola'.

populerRelated Article