#2019GantiMobil, Kita Sambut Capres-Cawapres Mobil Baru 2019

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Keriuhan tahun politik 2019 sepertinya bakal punya pesaing yang gak kalah riuh, karena tahun 2019 juga bakal jadi tahunnya mobil-mobil baru. 

Kalau dibuat hastag, barangkali seperti ini; #2019GantiMobil

Dan pastinya, hampir semua orang di Indonesia maunya mobil-mobil yang nomor satu dong ya, paling bagus, paling laris. 

Nah, yang disebut terakhir ini penting, bagus-tidaknya sebuah mobil di Indonesia ini masih dilihat dari seberapa banyak penjualannya. 

Dan sudah jamak mobil yang paling laris dianggap sebagai mobil nomor satu, alias presidennya mobil di Indonesia!

Sama halnya dengan dunia politik nih, para pabrikan juga sudah mempersiapkan mobil-mobilnya untuk maju bertarung di panasnya pasar otomotif di Tanah Air.

Dan memang setelah proses penjaringan yang panjang, tentu gak semua mobil yang berani dan bakal maju sebagai capres dan cawapres untuk mobil baru di 2019 mendatang.

Sama juga dengan politik, sejauh ini sudah ada petahana yang lebih dari satu dekade berkuasa di Indonesia sebagai pasangan mobil paling laris. 

Ya!, apalagi kalau bukan duet maut Avanza-Xenia.

Namun, kubu Avanza-Xenia bakal kedatangan rival yang gak kalah menantang untuk tahun depan, itu muncul dari koalisi, eh, aliansi Nissan-Mitsubishi, melalui duet Xpander dan Livina.

Maka lengkap sudah, dua kubu yang bakal bersaing jadi mobil sejuta umat di Indonesia tahun depan, mobil nomor satu, presidennya roda empat di Tanah Air.

Ini dia dua kubu yang siap bersaing; Avanza-Xenia vs Xpander-Livina.

 

Kenapa pertarungan dua kubu ini bakal menarik? 

Pertama, kedua kubu ini hadir dengan spesies MPV, jenis mobil yang paling banyak peminatnya di Indonesia, paling gemuk pasarnya dan gak jarang dijuluki mobil sejuta umat, karena hampir semua umat menggunakannya.

Kedua, disaat elektabilitas petahana, yakni Avanza-Xenia mulai stagnan, Mitsubishi memunculkan kadernya Xpander yang langsung melejit elektabilitasnya.

Terbukti dari pencapaian penjualan 100 ribu unit lebih hanya dalam waktu 1 tahun sejak dimunculkan di kancah politik, maksudnya, di pasar otomotif Indonesia.

Elektabilitas Xpander yang sedang moncer tersebut, bakal disandingkan dengan Nissan Livina terbaru, yang kencang dikabarkan bakal juga menggunakan ekstrak dari si Xpander.

Jadi banyak pengamat juga survei-survei yang memprediksi kesuksesan duet maut Xpander-Livina ini bakal menjungkalkan petahana Avanza-Xenia yang selama ini berjaya.

Namun, pihak petahana juga gak akan tinggal diam melihat elektabilitasnya pelan tapi pasti mulai digerogoti Xpander. 

Karena itu, dimunculkan isu kalau awal tahun depan, model terbaru dari Avanza-Xenia siap dinikmati publik.

Nah, panasnya pertarungan dua kubu ini diprediksi gak akan berbeda dengan panasnya pertarungan dua kubu Jokowi-Ma’Ruf vs Prabowo-Sandi. 

Bahkan, semua yang dilakukan kedua kubu dalam konteks politik tersebut, terjadi juga dalam konteks otomotif.

Kekuatan kedua kubu ini juga berimbang sebenarnya. Avanza-Xenia berjaya karena disokong raksasa bisnis Astra, sehingga menang dalam segala hal, baik itu produknya, sampai jaringan purna jual yang tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia.

Begitu juga dengan Xpander-Livina. Kedua mobil ini punya beking aliansi raksasa global Renault-Nissan-Mitsubishi, yang tahun lalu saja jadi perusahaan gabungan dengan penjualan nomor dua terbanyak di dunia, setelah Volkswagen grup. Ngeriiii…

Memang, beberapa waktu terakhir ini, kubu petahana seolah senyum-senyum sendiri, karena aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi terus dirudung masalah, utamanya banyak isu-isu negatif yang masih belum diputuskan Bawaslu, apakah itu termasuk kampanye hitam atau putih atau abu-abu.

Paling terakhir dan paling heboh, adalah skandal bos besar dari aliansi tersebut, yakni Charles Ghosn yang ditangkap polisi di Jepang, karena kasus pemalsuan laporan keuangan perusahaan.

Diciduknya sang bos besar, meski secara operasional tidak akan menggangu, namun sudah memunculkan sentimen negatif, baik untuk calon konsumennya, sampai investornya, terbukti dari menurunnya saham Indomobil yang menaungi Nissan sampai 7 persen karena skandal tersebut.

Ya, sebagaimana halnya dunia politik, dunia otomotif juga gak terlepas dari isu-isu negatif yang digoreng sedemikian rupa, agar publik tidak meliriknya.

Sang petahana pun bukan berarti anteng-anteng aja. 

Entah sudah berapa kali percobaan pembunuhan karakter dimunculkan terhadap Avanza-Xenia.

Dianggap mobil usang lah, ketinggalan jaman karena penggerak rodanya masih di belakang, sungguh tidak kekinian.

Dianggap mobil kaleng lah, kesenggol sedikit penyoknya macam habis tabrakan beruntun, sampai gelar mobil sejuta umat yang bisa direpresentasikan secara bias, pujian atau cibiran.

Belum lagi ancaman money politik. Ini juga terjadi lho di dunia otomotif. Biasanya sodoran menggiurkan seperti ini terjadi saat konsumen hendak beli mobil.

Diskon gila-gilaan yang kadang gak masuk akal. Apalagi jelang berganti tahun seperti ini, nominal diskon Rp 20 juta sampai Rp 50 juta untuk sebuah low MPV sih dianggap kecil.

Dan siapa yang gak panas coba, kalau sudah susah-susah seting harga agar kompetitif dengan harga kompetitor, kemudian dipublish secara resmi. Eh, giliran faktanya dilapangan, harganya banyak yang jauh lebih murah dari harga resmi, karena diskon gila-gilaan tersebut.

Perang diskon seperti ini bukan hal yang sepele. Saking pentingnya diskon untuk membeli mobil baru, banyak calon pemilih yang akhirnya berpindah kubu, mengalihkan pilihannya dari satu merek ke merek yang lain, karena tawaran diskonnya lebih aduhai.

Juga urusan spesifikasi dan fitur-fitur yang biasanya jadi olok-olokan pendukung kedua kubu. 

Cebong dan Kampret-nya otomotif siap membully habis-habisan mobil-mobil dari kubu lawan yang dianggap kurang dan lemah.

Karenanya, kedua kubu ini memang harus hati-hati dalam menawarkan spesifikasi dan fitur agar paslon usungannya bisa berjaya di tahun 2019, sekaligus meredam tekanan cebong dan kampret yang selalu ada aja yang bisa dijadikan titik terlemah dari sebuah mobil.. Begitu barangkali..

Nah cebong dan Kampret, mana suaranya nih?