Perlukah Kode Etik untuk YouTuber?

pada 4 tahun lalu - by

(Ilustrasi foto: Unsplash)

Uzone.id-- Nama Ferdian Paleka belakangan ini sedang santer dibicarakan warga internet lantaran dirinya bikin kontroversi melalui video prank memberi sembako berisi sampah. Konten seperti ini dianggap merugikan.

Dari pandangan Heru Sutadi selaku Executive Director Indonesia ICT Institute, konten merugikan yang beredar di platform besar seperti YouTube sangat memprihatinkan karena banyak dibikin untuk meningkatkan subscriber.

“Ini sangat memprihatinkan. Banyak yang dorong generasi milenial, generasi kita menjadi YouTuber tanpa diberikan edukasi yang baik. Akhirnya konten aneh, gila, dan prank banyak dibuat untuk meningkatkan subscriber,” tutur Heru saat dihubungiUzone.id.

Menurut Heru, konten YouTube di Indonesia masih kebanyakan yang saling tiru dan ikut-ikutan sesuatu yang sedang heboh pada waktu tertentu.

Baca juga:YouTuber 'Sembako Sampah' Ferdian Paleka Akhirnya Ditangkap Polisi

“Ada yang cerita soal hantu di rumah, ramai-ramai bikin konten hantu. Ada cerita kasih orang tua rumah, yang lain kasih rumah, mobil. Satu keluarga jalan-jalan ke luar negeri, keluarga lain jalan-jalan ke luar negeri juga. Konten prank juga diikuti dan banyak dibuat dari satu YouTuber ke YouTuber lain. Kita memang harus kreatif, tapi jangan merugikan orang,” lanjut Heru.

Melihat kondisi seperti ini, apakah perlu kode etik untuk YouTuber? Heru meyakini yang diperlukan adalah edukasi yang diberikan kepada para pembuat konten, dalam hal YouTuber.

“Harusnya ada edukasi dan pemberdayaan diberikan, termasuk kepada YouTuber yang juga orang-orang yang sudah top berasal dari dunia artis. Bikin konten jangan yang halu dan berikanlah edukasi pada masyarakat dan follower dalam konten yang kita buat,” kata Heru.

Baca juga:Viral Video 'Tapi Bohong' Ferdian Paleka vs Polisi

Sementara sejauh ini, jika melihat dari kebijakan yang dimiliki oleh YouTube, platform digital milik Google ini sudah menerapkan kebijakan tegas soal pelecehan atau mengancam seseorang.

“Kami memiliki kebijakan yang tegas untuk konten yang mengancam individu dan menargetkan individu melalui penghinaan yang berkepanjangan atau kejam berdasarkan atribut intrinsik, termasuk status grup yang dilindungi atau ciri-ciri fisik. Termasuk yang menghasut orang lain untuk melecehkan atau mengancam seseorang di dalam atau di luar YouTube,” ungkap Feliciana Wienathan selaku Communication Manager Google Indonesia kepadaUzone.id.

Jika hal tersebut dilanggar, maka YouTube berhak menurunkan atau menghapus konten tersebut.