Resensi Film 'Dua Garis Biru': Konflik Remaja Ibu Kota yang Menguras Air Mata
Uzone.id- Entah gue yang lagi sensitif, atau karena gue yang juga sudah menjadi seorang ibu, tapi filmDua Garis Biruini sangat amat sukses menguras air mata gue sendiri,gaes.
Buat Uzoners yang mau menonton film ini, setidaknya jangan lupa untuk sedia tisu sebelum menonton ya!
Disutradarai oleh Ginatri S. Noer yang juga merangkap sebagai penulis naskah, film ini menawarkan cerita yang sangat relevan, natural dan tanpa dibuat-buat.
Baca juga: Resensi Film Spider-Man: Far From Home
Semua konflik yang dituangkan ke dalam film ini disusun dengan sangat apik sehingga penonton bisa merasakan emosi yang seakan terus diombang-ambing.(Nangis mulu gue, asliii!!)
Berawal dari cerita Bima yang diperankan oleh Angga Yunanda yang jatuh cinta dengan sahabatnya yaitu Dara, dimainkan oleh Adhisty Zara JKT 48. Keduanya yang masih menginjak usia 17 tahun dan duduk di bangku SMA nekat melakukan hubungan yang tak seharusnya mereka lakukan.
Tanpabakbikbuk,Dara pun ternyata positif hamil setelah ia memberanikan diri membeli test pack dan mengujinya, daaan dari sanalah permasalahan mulai muncul satu persatu.
Sekilas, mirip sama filmJuno (2007)ya? Ya, engga bisa berkilah sih. Film ini memang mengangkat latar cerita yang sama tetapi mungkin yang berbeda adalah kemasannya, di mana kalau Juno kan ya disesuaikan dengan budaya Amerika sendiri, sementara kalau di Indonesia ya permasalahan kayak begini tuh pasti engga cuma bentrok di budaya aja, tapi juga agama.
Gue pribadi sih menikmati film ini dan bisa merasakan bagaimana kebimbangan, kegelisahan, sekaligus emosi yang coba dimainkan oleh para pemeran di dalam film ini.
Mulai dari sosok para orangtua yang dibawakan oleh Dwi Sasono dan Lulu Tobing (orangtua Dara) serta Cut Mini dan Arswendy Bening Swara (orangtua Bima). Mereka semua tampak proporsional, tidak berlebihan dan sejujurnya amat sangat natural dengan beragam dialog yang diutarakan di dalam film ini.
Sesuai banget dengan kondisi yang hampir mungkin akan terjadi 'kalau lo tau anak lo hamil tapi masih sekolah, SMA pula!'
Keluguan serta kenaifan Dara dan Bima pun cukup mencuri perhatian gue, di mana dua bocah yang masih ingusan ini sok-sokan mampu untuk mengemban tanggung jawab sebagai orangtua. Egonya masih sama-sama tinggi dan ya namanya bocah, engga bisa lepas dari orangtua pastinya.
Sejujurnya sih gue ga heran kenapa gue bisa cengeng banget menonton film ini. Yaps, semua karena Ginatri. Film-film yang ia tulis skenarionya memang selalu sukses membuat gue cengeng. Sebut aja filmAyat-Ayat Cinta, Hari untuk AmandaatauHabibie & Ainun.
Baca juga: Film 'Uka-uka' Siap Tayang
Film-film tersebut adalah beberapa karyanya yang berhasil memecahkan rekor, mulai dari jumlah penonton hingga masuk nominasi di Festival Film Indonesia.
Kesimpulannya, film ini gue kasih nilai3,5/5 deh dan gue pribadi sih menganjurkan banget film ini ditonton oleh remaja-remaja Indonesia. Pasalnya, banyak banget pelajaran yang bisa diambil di dalam film ini.
Mulai dari akibat kalau lo berhubungan badan tapi masih kecil banget usianya dan belum menikah. Film ini bisa jadi gambaran tentang masalah apa aja yang bakal lo hadapin nanti, dansorry-not-sorry, engga ada solusi yang ideal coyyy kalau lo udah terjerumus di lubang setan ini haha.
Selain itu, film ini juga bisa jadi pengingat buat gue dan para orangtua di luar sana tentang situasi di mana anak remaja berhubungan di luar nikah tuh kayaknya sudah bukan hal yang baru lagi, apalagi di kota-kota besar kayak di Jakarta, misalnya. Kudu waspada dan banyak-banyak kasih perhatian ke anak deh biar engga salah langkah.
Makanya, engga heran film ini sempat dilarang penayangannya dan sampai akhirnya tayang pun, film ini dikasih rated 13+ oleh Lembaga Sensor Film Indonesia.