Kebanyakan Selfie Picu Epilepsi

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Siapa yang tak suka berswa-foto atau selfie? Di zaman modern dengan kamera canggih yang melekat dalam ponsel pintar, mengambil foto diri sendiri menjadi mudah dengan hasil yang bagus.

Tak jarang, galeri foto dalam ponsel seseorang didominasi foto selfie.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa terlalu banyak melakukan selfie, terutama dengan lampu flash di kamera depan, memiliki ancaman tersendiri bagi kesehatan: epilepsi.

Pada sebuah kasus, ada seorang remaja yang gemar berselfie mengalami kejang pada aktivitas otaknya setelah memotret dirinya menggunakan lampu kilat atau flash kamera depan.

Seorang dokter di Kanada kemudian menyimpulkan bahwa remaja tersebut memiliki respons fotosensitif. Dan pemicu kejangnya otak adalah akibat hobi selfie dengan flash tersebut.

Studi kasus baru-baru ini menentukan bahwa mereka yang memiliki epilepsi fotosensitif dapat mengalami kejang yang disebabkan oleh kilasan cahaya terang, dan disebut fenomena 'selfie-epilepsy'.

Temuan ini menjadi penilaian terbaru terhadap kebiasaan selfie orang zaman sekarang. Sebelumnya, selfie juga 'disalahkan' menjadi penyebab kulit wajah keriput karena radiasi telepon. Pun kaitan hobi selfie dengan masalah citra diri atau rasa kepercayaan diri seseorang.

Laporan tersebut disatukan oleh dokter anak-anak di Universitas Dalhousie di Kanada dan dipublikasikan di jurnal medis Seizure, seperti diberitakan DailyMail.

Para ahli medis melakukan eksperimen pada remaja tadi untuk mencari tahu pasti penyebab kejang otak atau epilepsi yang ia alami. Gadis itu dihubungkan ke electroencephalogram, atau EEG.

Dokter melihat bahwa saat berada di ruangan gelap, ia melakukan selfie dengan lampu kilat. Kilatan tersebut menyebabkan mata merah yang berdenyut, kemudian berlanjut pada lonjakan yang tidak biasa di gelombang otaknya.

Lonjakan seperti kejang ini membantu dokter mendiagnosis anak perempuan tersebut punya respons fotosensitif terhadap selfie.

Orang dengan kondisi ini bisa mengalami kejang yang dipicu oleh cahaya berkedip, cahaya alami dan bahkan pola visual.

Hal ini paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Gejala kian berkurang seiring pertumbuhan anak yang lebih tua.

Temuan ini memang baru disimpulkan dari satu kasus, sehingga masih diperlukan penelitian lebih besar untuk dapat menentukan, benarkah selfie menjadi pemicu masalah fotosensitivitas seseorang.