Tips Aman Berpuasa untuk Penderita Hipertensi

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Penderita hipertensi harus pandai betul dalam mengelola penyakitnya. Apalagi saat ini sedang memasuki bulan ramadhan yang harus berhenti mengonsumsi makanan dalam kurun waktu belasan jam.

Ahli kardiologi dari Aster Clinic, Al Muteena (DMPC) di Dubai, Dr Srinivasan Ravindranath mengungkapkan tak ada cara permanen untuk menyembuhkan hipertensi, namun gejalanya bisa dicegah agar tak semakin parah.

Cara yang bisa dilakukan antara lain mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak, menghindari jus terlalu manis dan mengurangi minuman berkafein agar tak dehidrasi.

Sebaiknya konsumsilah buah-buahan dan sayuran segar setelah berbuka puasa dan sahur untuk membantu mengontrol tekanan darah tinggi. Selain itu, hindarilah makanan mengandung lemak tinggi bisa menjadi cara berikutnya mengatur tekanan darah.

Ravindranath mengingatkan, penderita hipertensi agar rutin melakukan latihan fisik untuk menjaga kebugaran tubuhnya sekaligus mengendalikan tekanan darah mereka.

Penderita hipertensi juga harus selalu memperhatikan gejala seperti sakit kepala dan pusing.

Ingatlah, merokok sebagai salah satu faktor yang meningkatkan tekanan darah dan Ramadan bisa menjadi satu kesempatan untuk menghentikan kebiasaan itu.

Jangan lupa memeriksakan tekanan darah secara rutin untuk memastikan kondisi Anda mengalami hipertensi atau tidak. Demikian seperti dilansir al arabiya.net.

Hipertensi terjadi saat tekanan darah sistolik berada di atas 140 mmHg. Pasien hipertensi seringkali diobati agar tekanan darahnya turun ke tingkat normal, yakni kurang lebih 120 mmHg.

Berdasarkan American Heart Association, seperti dikutip Antara, tekanan darah sistolik optimal adalah kurang dari 120 mmHg dan semakin rendah tekanan darah adalah lebih baik.

Meskipun tekanan darah rendah biasanya dianggap aman, tekanan darah kronis disertai tanda dan gejala tertentu dapat menjadi berbahaya. Gejala seseorang menderita tekanan darah rendah di antaranya pusing, pingsan, dehidrasi, kurang konsentrasi, penglihatan kabur, mual, pernapasan tak normal, kelelahan dan depresi.