1,7 Juta Warga 3T Tak Pakai Internet, Harga Kuota Jadi Biangnya

pada 3 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id —Pemerataan internet ke daerah pelosok seperti 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) masih terus dilakukan oleh berbagai pihak, salah satunya Kementerian Kominfo lewat Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).

Terbaru, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo mengungkapkan bahwa dari 9.823.575 masyarakat di daerah 3T, sebanyak 82,6 persen (8,1 juta) diantaranya sudah terhubung dengan internet.

Sayangnya, 17,4 persen (1,7 juta) lainnya masih belum terhubung akses internet dan hal ini menjadi perhatian besar APJII serta pemerintah Indonesia.

Jumlah ini tercatat dalam survei terbaru APJII dan BAKTI berjudul ‘Tingkat Penetrasi Pengguna Internet Daerah Tertinggal 2024’ yang dirilis hari ini, Selasa, (17/09).

 

 

Dalam acara peluncuran survei tersebut, Muhammad Arif selaku Ketua Umum APJII, mengungkap beberapa alasan yang menjadi ‘penghalang’ kenapa 1,7 jiwa di daerah 3T tersebut belum terkoneksi dengan internet.

“Kami menemukan bahwa 14,8 persen masyarakat menyebut biaya kuota internet yang terlalu mahal sebagai alasan utama mengapa mereka belum terhubung dengan internet,” ungkapnya.

Meski biaya internet jadi alasan utama, namun alasan nomor satu warga tak terhubung ke internet adalah karena tidak punya perangkat untuk terhubung ke internet, hal ini terlihat dalam survey dimana 30,20 persen warga tak punya gadget atau komputer.

Alasan kedua, sebanyak 26,4 persen warga 3T mengaku bahwa di daerahnya belum memiliki jaringan internet. Sementara, sebanyak 21,1 persen mengaku tidak tahu cara menggunakan perangkat yang terkoneksi dengan internet dan 5,7 persen mengaku merasa tak aman saat menggunakan internet.

Masyarakat daerah 3T tercatat sudah melek dengan kegunaan internet semenjak usia remaja. Dimana sebanyak 36,07 persen mulai tersentuh internet semenjak umur 13-14 tahun, dan 31,9 persen menggunakan internet mulai di usia 19 hingga 34 tahun.

Pengguna internet ini kebanyakan menggunakan internet untuk berbagai aktivitas seperti sosial media (47,6 persen), mencari informasi dan berita (15,6 persen), mengakses konten hiburan (12,5 persen) dan lainnya.

Melihat adanya 1,7 juta warga yang masih belum terjamah internet, tentu hal ini jadi ‘PR’ baru untuk BAKTI dan penyelenggara ISP untuk terus bergerak di daerah-daerah tersebut serta memberikan informasi terkait layanan-layanan mereka.

 

 

“APJII akan terus mendorong kebijakan yang mendukung hal ini agar para penyedia layanan internet dapat lebih termotivasi untuk memperluas cakupan layanan mereka,” tambah Arif.

Fadhilah Mathar, Direktur Utama BAKTI Kominfo mengatakan bahwa estafet digitalisasi perlu mendapatkan perhatian serius.

“Masih ada 17,4 persen masyarakat di daerah tertinggal yang belum memiliki akses internet, dan kita memiliki landasan strategis untuk menyelesaikan masalah ini dalam lima tahun ke depan," jelas Fadhilah.

Menurut Aju Widya Sari, Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kominfo, saat ini masih ada 1.020 desa telah diidentifikasi membutuhkan sinyal internet, di mana sekitar 464 desa telah disolusikan, sementara 556 desa masih dalam proses.