2018, E-Commerce Diyakini Makin Pesat

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Tahun depan, pasar e-commerce Indonesia diprediksi akan semakin mekar. Hal itu tidak terlepas dari kian menanjaknya jumlah pengguna internet yang juga aktif berbelanja online.

Demikian diungkapkan Head Digital Marketing Bro.do, Rizki Arief Dwi P., pada "Sharing Vision E-Commerce & Fintech Update 2017 & Trends 2018" di Trans Luxury Hotel, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung. Menurut dia, terus menanjaknya transaksi online sudah dirasakan banyak pelaku e-commerce tahun ini.

"Transaksi kami juga terus meningkat," ujarnya.

Saat ini penyedia sepatu kulit anak muda itu bisa menjual hingga 5.000 pasang sepatu per hari dengan kisaran harga Rp 300 ribu sampai Rp 800.000.

Semakin menjanjikan

Senada dengan Rizki, Chief Executive Officer (CEO) TaniHub, Ivan Arie Sustiwan, juga mengatakan, ke depan e-commerce akan semakin menjanjikan. Platform TaniHub sendiri, sekalipun baru berdiri kurang dari dua tahun, saat ini sudah dipercayai banyak pihak dan akan segera melakukan ekspansi pada tahun depan.

"Saat ini kami baru ada di Pulau Jawa, tapi tahun depan rencananya buka cabang sedikitnya di lima kota besar di luar Jawa. Sejauh ini respon sangat baik, jadi kami berani ekspansi," katanya.

TaniHub adalah platform yang menghubungkan pelaku agribisnis dengan masyarakat sebagai investor. Selain terjadi proses e-commerce, di dalamya platform tersebut dilakukan implementasi financial technology (fintech). 

Kondisi tersebut sesuai prediksi Co-founder Bandung Initiative Movement, Nur Javad Islami. Ia mengatakan, industri e-commerce masih memiliki area luas untuk berkembang. 

"Sekalipun memang sudah terjadi pengerucutan kepada pemain-pemain besar, bisnis ini akan terus berkembang," katanya.

Salah satu hambatannya, menurut dia, adalah kesulitan penetrasi ke beberapa daerah akibat minimnya infrastruktur jaringan internet. Jika seluruh daerah sudah terhubung jaringan internet, ia optimistis, laju pertumbuhan e-commece bisa mencapai lebih dari dua kali lipat realisasi saat ini.

Hambatan lainnya adalah ketergantungan masyarakat terhadap dana tunai juga masih tinggi. Mayoritas masyarakat Indonesia tidak memiliki kartu kredit ataupun rekening bank, sehingga kesulitan bertransaksi pada e-daring. 

"Disinilah pentingnya peran pemerintah dalam perencanaan pembangunan infrastruktur, jaringan dan juga ekosistem secara keseluruhan. Dengan demikian, e-commerce bisa berkembang pesat seperti negara-negara lain," ujar alumni SBM ITB tersebut. 

Pertumbuhan pesat

Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Dimitri Mahayana, mengakui, nominal transaksi e-commerce di Indonesia memang masih kecil. Namun, menurut dia, pertumbuhannya sangat pesat.

"Pertumbuhan e-commerce di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan rata-rata global. Saat ini kontribusi e-commerce terhadap seluruh sektor perdagangan baru mencapai 2%-3%. Tahun depan akan naik menjadi 5%," tuturnya.

Potensi e-commerce di Indonesia tumbuh 39,6% per tahun. Tahun ini transaksinya diprediksi mencapai Rp 561,8 triliun dan diperkirakan akan menyentuh Rp 1.500 triliun pada 2020.

Selain Bro.do dan TaniHub, pada kegiatan tersebut hadir Alibaba Indonesia, Bukalapak, Starthub.id, Inagri, Ngatur Acis, Pedals.id, Pasarantar, Seviyo, Halal Digital Indonesia, Finansialku.com, Khuzaimah Fashion, Sinergi Sukses Digitalindo, dan Startup Bandung. ***