3 Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Membuat Game Free-to-Play

pada 7 tahun lalu - by

Skemafree-to-playataufreemiummerupakan salah satu jenis monetisasi yang sangat populer di duniavideo game.

Dengan menyediakan konten secara gratis, developer bisa menjangkau jumlah pemain yang banyak dengan cepat.

Pemain pun diuntungkan karena bisa mendapat hiburan tanpa harus membayar di muka, bahkan berkesempatan mencicipigameyang mungkin tidak akan dikenal bila dijual secara premium.

Meski punya banyak keuntungan,free-to-playjuga bisa berdampak burukketika tidak dieksekusi dengan baik. Apa saja hal yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan pengalamanfree-to-playyang memuaskan? Valentinus Rama Kurniangga, kepala divisimobiledari Agate Studio, berbagi ilmu kepadaTech in Asia Indonesia untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Pahami jenis-jenis perilaku pemain

Pemaingame free-to-playmemiliki perilaku yang berbeda dengan pemaingamepremium. Oleh karena itu, pria yang akrab disapa Valent itu mengatakan bahwa skema monetisasi harus diputuskan di awal. Tentukan apakahgameyang kamu buat akan dijual secarafreemiumatau premium, baru kemudian susun desaingamesesuai skema monetisasi tersebut.

Perbedaan terbesar antara dua jenisgametersebut terletak pada apa yang disebut sebagaihook, alias keberhasilan “memancing” minat pemain.

Ketika sebuahgamedijual secara premium, pemain yang membeli bisa dipastikan sudah berminat terhadapgametersebut. Tapi untukgame free-to-play, pemain yang melakukan instalasigamebelum tentu sudah tertarik memainkannya.

“Digamepremium, karena sudah beli, kita anggap dia pasti akan main sigame. Developer tinggal pusinggameituworth to buyatau tidak. Kalau difree-to-play,gameitu bahkan harusworth to trydulu,” demikian jelas Valent.

Agar pengguna langsung merasa bahwagameyang mereka unduh itu layak dimainkan, developerfree-to-playharus bisa membuat pemain mencapai suatu progres dalam waktu singkat. Progres yang dimaksud bisa bermacam-macam, seperti keberhasilan menyelesaikan pertarungan, perolehanreward, dan sebagainya.

Jangka waktu yang dibutuhkan pemain untuk mencapai progres disebut sebagaisession time, dan merupakan hal terpenting ketika mendesain sebuahgame free-to-play.

Menurut Valent,session timeideal untukgame free-to-playadalah sekitar tiga menit. “Itu buatfree-to-play mobileya. Kalaufree-to-playdi PC sih bisa lebih panjang dari tiga menit,” ujarnya.

Pertahankan minat dengan berbagai cara

Setelah berhasil memancing minat pemain, bukan berarti pekerjaan developer sudah selesai. Justru pekerjaan berikutnya yang lebih berat menanti, yaitu mempertahankan pengguna yang sudah ada.

Berhubunggametersedia secara gratis, bila pemain bosan ia bisa dengan mudah menghapusgame tersebut dari perangkat miliknya lalu pindah kegamelain.

Persaingan ini lebih ketat lagi dimobile, di mana perhatian pengguna juga akan terbagi dengan aplikasi lain seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, dan sebagainya.

Game sepak bola adalah contoh genre dengan metagame yang cukup mendalam.

Meskipun demikian, kualitasgameplaytetap jadi prioritas nomor satu. Bila dari segigameplaysendiri tidak menyenangkan, tentunya pemain tidak akan betah main berlama-lama. Selanjutnya, tergantung dari jenisgameyang dibuat, developer bisa memanfaatkan setidaknya tiga strategi di bawah untuk membuat para pemain mau terus bermain, dan pada akhirnya juga mau membayar. Ketiga strategi tersebut adalah:

1. Menjual konten utama

Contohnya bisa kita lihat dalamgamesepertiLayton Brothers: Mystery RoomdanSuper Mario Run. Pengguna bisa mencoba awalgamesecara gratis, tapi harus membeli semacam DLC bila ingin memainkanstageatau cerita selanjutnya. Nintendo menyebut praktik seperti ini sebagai skemafree-to-start.

2. Memasukkan unsurmetagamedalam permainan

Metagame adalah berbagai strategi dan fitur yang bisa diulik pemain untuk menambah kekuatannya di dalamgameplayutama. “Biasanya dalamgameyangmidcorepasti ada, seperti pengaturandeck, pengaturanparty,leveling,upgradesenjata, dan lain-lain,” kata Valent menambahkan.

Metagame bisa ada baik digamekompetitif (player versusplayer) ataupun nonkompetitif (playerversusenemy). Yang jelas, keberadaanmetagameakan membuat pemain penasaran, sehingga terdorong untuk terus main dan memperkuat diri. Developer kemudian bisa menawarkan IAP untuk mempercepat progresmetagametersebut.

3. Menumbuhkan keinginan untuk pamer

Strategi ketiga yaitu menjual konten tambahan yang menumbuhkan keinginan untuk pamer (bragging rights). Wujud paling sederhana adalah menjual kosmetik. Penjualan kosmetik ini dapat digabungkan dengan strategi penjualan lain. Contohnya bisa kita lihat dalamOverwatchyang dijual secara premium tapi juga terus menawarkan konten kosmetik secara berkala.

Desaingamedan monetisasi harus sama-sama baik

Harga IAP juga merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan.

Pada akhirnya, tujuan pembuatangamemaupun strategi-strategi di atas sama, yaitu mendatangkan uang. Tapi terlalu fokus pada monetisasi juga tidak baik karena berpotensi mengorbankan kualitas produk yang dihasilkan. Menurut Valent, prioritas yang dipikirkan ketika membuatgamesebaiknya mengikuti urutan berikut:

  1. Gameplay(kualitasgameitu sendiri)
  2. Retention(membuat pengguna betah)
  3. Monetization(mendapatkan uang)

Ricardo Vladimiro dariMiniclippernah berkata dalam tulisannya,“Make a great game, the money will follow it.”Developer bisa saja memanfaatkan cara-cara kotor untuk membuat pengguna kecanduan sehingga terdorong untuk terus-menerus menggelontorkan dana. Tapigameterbaik baru akan muncul dari keseimbangan antara desaingame dan monetisasi yang baik pula.

“Make a great game, the money will follow it.”

Sama seperti skema penjualangamepremium,free-to-playhanyalah alat.Gameyang menggunakan sistemfree-to-playbelum tentu lebih buruk darigamepremium, begitu juga sebaliknya. Apakah produk yang dihasilkan baik atau buruk, itu tergantung dari bagaimana alat ini digunakan oleh para developer.

Lewatfree-to-play,gameberkualitas bisa dinikmati oleh lebih banyak orang, bahkan bisa merangkul masyarakatnon-gameruntuk beralih menjadigamer. Peningkatan jumlahgamerakan ikut mendorong pertumbuhan industrigame, dan hal ini tentunya mendatangkan manfaat, baik bagi para pelaku industri ataupun paragameritu sendiri.

The post3 Hal yang Perlu Developer Perhatikan Ketika MembuatGame Free-to-Playappeared first onTech in Asia Indonesia.