5 Film Lawas Indonesia Terbaik Sepanjang Masa yang Masih Relevan Ditonton Saat Ini
Seiring perkembangan teknologi perfilman Indonesia, film-film lawas Indonesia hanya tinggal cerita saja. Penggunaan efek yang seadanya dan jalan cerita yang sederhana membuat film lawas kalah bersaing dengan film-film baru Indonesia.
Tapi jangan salah, 5 film lawas Indonesia ini menjadi yang terbaik sepanjang masa di Indonesia, karena ceritanya masih relevan untuk ditonton saat ini.
Berikut 5 Film Lawas Indonesia Terbaik Sepanjang Masa.
Meskipun secara teknik dan penggunaan efek kalah jauh dengan film-film Indonesia saat ini, namun jalan cerita 5 film lawas Indonesia ini masih sangat relevan untuk ditonton. Mari simak film lawas apa saja yang dimaksud.
Darah dan Doa (1950)
FilmDarah dan Doamerupakan film resmi pertama yang diproduksi pasca Indonesia merdeka. Tanggal syuting pertamanya (30 Maret 1950) kemudian ditetapkan sebagai Hari Film Nasional Indonesia.
Disutradarai oleh legenda perfilman Indonesia, Usmar Ismail,Darah dan Doamenceritakan seorang tentara pejuang Siliwangi yang jatuh cinta kepada seorang gadis Jerman yang ia temui saat dalam pengungsian.
Film ini mengisahkan tentang perjalananlongmarchtentara divisi Siliwangi dari Jogja menuju Bandung, karena Jogja saat itu berhasil dikuasai oleh pasukan Belanda. Film diakhiri denganlongmarchyang berhasil dilalui dan Indonesia menerima pengakuan dan kedaulatan secara penuh pada tahun 1950.
FilmDarah dan Doamasih sangat relevan untuk ditonton saat ini. Selain kandungan nilai perjuangan, bumbu percintaan yang dramatis pun menjadi pelengkap film dan menjadikanDarah dan Doamenjadi salah satu film lawas Indonesia terbaik sepanjang masa.
Lewat Djam Malam (1954)
FilmLewat Djam Malam (1954)diproduksi saat Indonesia belum genap 10 tahun merdeka, menceritakan tentang kondisi Indonesia masa perang revolusi melawan pemerintah Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
Masih disutradarai oleh Usmar Ismail,Lewat Djam Malammenceritakan tentang seorang mantan tentara bernama Iskandar yang telah pensiun dan pindah ke Bandung.
Iskandar menghubungi teman-teman seperjuangannya saat masa kemerdekaan dan akhirnya mengetahui bahwa teman-temannya melakukan tindak korupsi mengatasnamakan perjuangan mereka saat masa kemerdekaan. Dilema bercampur amarah dirasakan Iskandar dalam menghadapi teman-temannya.
Film ini masih sangat relevan ditonton saat ini, walaupun teknik dan efek masih sangat sederhana namun ceritanya masih sangat layak dan relevan mengingat korupsi di Indonesia masih terus berlanjut.
Si Kabayan (1975)
CeritaSi Kabayandiadaptasi dari cerita tradisional Sunda. Kabayan merupakan sosok pria Sunda yang pemalas, cerdik dan bertingkah lucu. Peran Kabayan dimainkan oleh pelawak legendaris dari Bandung, Kang Ibing.
Film ini menceritakan tentang segala perilaku Kabayan yang menimbulkan tawa. Saat Kabayan melamar Iteung, walaupun semula ditolak oleh ayahnya Iteung, namun dengan segala kecerdikan Kabayan, dia berhasil menikah dengan Iteung.
Namun Iteung malu dengan tingkah Kabayan yang pemalas dan doyan tidur, hingga akhirnya Iteung memutuskan untuk kabur ke kota meninggalkan Kabayan. Di kota Iteung diculik dan konflik dimulai di sini, dengan segala cara cerdik dan lucu Kabayan.
Gita Cinta dari SMA (1979)
FilmGita Cinta dari SMAdiproduksi pada tahun 1979, memunculkan sosok Rano Karno dan Yessy Gusman sebagai aktor dan aktris muda saat itu. Film ini diarahkan oleh sutradara Arizal.
Gita Cinta dari SMAmerupakan film laris saat itu, hingga mampu meraih 160.050 penonton. Alur ceritanya juga selayaknya kisahRomeo dan Julietkarya Shakespeare, seputar hubungan asmara yang tidak direstui.
Film bertemakan asmara masih begitu diminati hingga saat ini, dan ini yang menjadikanGita Cinta dari SMAmasih relevan ditonton saat ini. Film ini merupakan film terbaik sepanjang masa karena pencapaian penontonya.
Sebagaimana filmGita Cinta dari SMAyang menjadi ikon film asmara Indonesia saat itu, saat ini adafilm Dilan 1991yang menjadi ikon film asmara Indonesia dengan daya tarik gombalannya.
Naga Bonar (1987)
Naga Bonardiproduksi pada tahun 1987, yang mengambil latar cerita masa perang revolusi (1945-1950) di Sumatra Utara. Skenarionya ditulis oleh Asrul Sana dengan arahan sutradara M. T. Risyaf.
Naga Bonar merupakan film komedi yang menceritakan tentang seorang pencopet terkenal dan sudah sering tertangkap berkali-kali oleh tentara Jepang yang bernama Naga Bonar.
Alur cerita mengarahkan Naga Bonar untuk menjadi tentara dan itu yang membuatnya bertemu dengan Kirana, seorang perempuan yang ia cintai. Di balik kekocakannya sepanjang film, film ditutup dengan orasi dari Naga Bonar yang membakar semangat pemuda Medan untuk mengusir Belanda.
Naga Bonarmenyabet pengahargaan film nasional bergengsi saat itu, dan mengokohkan Naga Bonar sebagai salah satu fim lawas Indonesia terbaik sepanjang masa.
Ulasan 5 film di atas merupakan film lawas Indonesia terbaik sepanjang masa yang masih relevan untuk ditonton saat ini. Jangan ragu untuk menonton kelima film di atas dan selalu bangga dengan perfilman Indonesa, ya!