5 Hal Wajib Diketahui Sebelum Liburan ke 'Desa Lompat Batu' di Nias

pada 5 tahun lalu - by

Ilustrasi. (Foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata)

Uzone.id- Kamu masih ingat gambar gundukan batu dengan orang melompat pada uang kertas seribu rupiah edisi lama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada 1992?

Yup, gambar pada salah satu sisi uang kertas itu sebenarnya diambil dari salah satu desa di Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Namanya Desa Bawomataluo.

Desa ini dikenal sebagai desa para pelompat batu. Atraksi lompat batu alias Hombo Batu di Desa Bawomataluo menjadi salah satu tradisi yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Tradisi ini sekaligus menjadi ikon yang menarik wisatawan.

Lantas apa lagi hal menarik dari Desa Bawomataluo? Simak fakta-fakta berikut ini sebelum kamu liburan ke Desa Bawomataluo.

Baca juga:5 Minuman Unik Ini Cuma Ada di Indonesia

Hombo Batu

MengutipPesona Indonesia, Hombo Batu adalah tumpukan batu-batu setinggi dua meter, lebar 90 cm, dan panjang 60 cm.

Dahulu tradisi lompat batu dilakukan untuk menguji kemampuan fisik seorang pemuda untuk maju perang kapan saja.

Kini tradisi lompat batu dilakukan sebagai ritual dan simbol budaya orang Nias. Pemuda Nias yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan matang secara fisik sehingga dapat menikah.

Kadang, orang yang berhasil melakukan tradisi ini juga dianggap menjadi pembela desanya jika terjadi konflik.

Pemuda Suku Nias punya teknik sendiri untuk melompati Hombo Batu dan mendarat dengan tepat. Salah sedikit saja, bisa menyebabkan cedera otot hingga patah tulang.

Baca juga: Pulau Komodo Masuk Daftar 10 Pulau Tercantik Dunia Versi CNN

Bukit matahari

Menurut siaran pers dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Bawomataluo dalam bahasa Nias berarti bukit matahari. Bawomataluo memang dibangun di atas bukit dengan ketinggian 324 meter di atas permukaan laut semenjak berabad-abad lalu.

Untuk menuju desa para pelompat batu itu, dibutuh waktu tiga jam dari Bandara Binaka di Gunungsitoli atau 40 menit dari Teluk Dalam, ibu kota Kabupaten Nias Selatan.

Masyarakat yang sangat memegang teguh adat istiadat

Desa Bawomataluo ditinggali oleh setidaknya seribu kepala keluarga. Masyarakat di dalamnya sangat memegang teguh nilai adat istiadat dari leluhur.

Beragam pusaka budaya yang dulu dimiliki oleh para leluhur masyarakat Nias masih disimpan dan dirawat dengan seksama. Beberapa di antaranya, yaitu situs megalitikum, pelestarian tari-tarian, hingga atraksi lompat batu alias hombo batu.

Gakheran, atraksi-atraksi tersebut menjadi magnet bagi para pelancong untuk singgah di desa di atas bukit ini.

Warga yang tinggal di dalamnya terus melestarikan budaya Bawomataluo secara turun-temurun dari generasi ke generasi, rumah-rumah adat di dalamnya juga diturunkan ke anak cucu.

Baca juga: 4 Rekomendasi Aktivitas Seru saat Berlibur ke Yogyakarta

Rumah adat

Omo Hada adalah rumah adat tradisional masyarakat setempat. Omo Hada terbuat dari kayu namun tanpa paku. Ada sekitar 147 Omo Hada yang masih utuh sejak dibangun ratusan tahun yang lalu.

Patung kuno

Selain Omo Hada, kamu juga bisa melihat Omo Sebua (rumah adat besar/rumah raja) di Kecamatan Fanayama.

Terdapat pula Omo Bale (Balai Desa) yang sering digunakan untuk tempat berkumpul masyarakat. Desa Bawomataluo juga terkenal dengan arsitektural serta patung-patung kuno.