5 Hal yang Diinginkan Kim Jong-un dari Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan memberikan bantuan ekonomi bagi Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un jika Korut melakukan denuklirisasi. Lantas, apakah itu yang diinginkan Kim?
Dalam berbagai kesempatan Trump menyampaikan bahwa dialognya dengan Kim di Singapura pada Selasa (12/6) akan membahas soal denuklirisasi dan perdamaian Perang Korea.
Ia juga meminta Korea Selatan, Jepang, dan China, untuk memberi dukungan ekonomi untuk Korut bila pertemuan Selasa (12/6) berjalan lancar. Trump bahkan tak menutup kemungkinan membangun hubungan bisnis AS-Korut untuk pertama kalinya.
Namun nyatanya, Kim menginginkan lebih dari sekadar yang Trump tawarkan. Dikutip dariUSA Today, berikut lima harapan Kim Jong-un dari pertemuannya dengan Donald Trump.
1. Jaminan keamanan dari AS
Pada Mei lalu, juru bicara Kim menyampaikan bahwa Korut tak akan melucuti senjata nuklirnya, apabila tidak ada jaminan keamanan dari AS.
Korut menjadi waswas untuk melucuti senjata nuklirnya setelah Penasihat Keamanan John Bolton mengatakan AS akan menerapkan "model Libya" untuk Korut. Model Libya yang dimaksud adalah pembunuhan Moammar Gaddafi usai Libya menghapuskan program nuklir mereka.
Hingga saat ini, nuklir adalah alat tawar nomor wahid bagi Korut.
2. Perdamaian dengan AS
Sikap Korut akhir-akhir ini yang dinilai lebih membuka diri dan menyetujui untuk bertemu Trump, mengindikasikan bahwa Kim ingin menstabilkan hubungan dengan AS.
"Kim mungkin bersedia untuk denuklirisasi bila Trump berjanji untuk mengakhiri hubungan yang buruk dengan Korut, dan benar-benar melakukannya," sebut Leon Sigal, penulis 'Disarming Strangers: Nuclear Diplomacy with North Korea'.
3. Perkembangan Ekonomi
Kim dalam video propaganda beberapa waktu lalu terlihat menangis lantaran merasa tidak mampu memperbaiki perekonomian Korut. Sanksi dan embargo Barat atas nuklir Korut semakin "menggigit".
Dalam video itu, terlihat Kim berdiri di tepi pantai, memandang nanar ke garis cakrawala. Terlihat, tetes air mata mengalir di pipinya.
Hingga pada pidato tahun baru, Kim Jong-un mengatakan Korut siap bangkit dari kemiskinan dan akan mengembangkan sektor ekonominya. Hal ini didukung oleh Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, yang berjanji akan memodernisasi jalur transportasi Pyongyang.
Untuk mewujudkan janji itu, Korsel butuh keringanan sanksi dari Dewan Keamanan PBB. Akan tetapi Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, menegaskan tidak akan meringankan sanksi hingga Korut melucuti semua senjata nuklirnya.
4. Mengulur waktu
Pengamat Korea dan China di International Assessment and Strategy Center, Washington D.C., Richard Fisher, menilai Kim Jong-un tengah mengulur waktu sembari melakukan sejumlah negosiasi dengan pemimpin negara.
Fisher menyebut Kim mungkin saja masih menyempurnakan senjata nuklirnya agar bisa menyerang AS kapanpun.
"Mereka (pernah) melakukan uji coba dua rudal balistik antarbenua yang mampu mencapai AS. Saya yakin mereka bekerja siang dan malam untuk mengembangkan nuklirnya," kata Fisher.
5. Memperbaiki citra
Lebih lanjut Fisher menilai negosiasi Kim dengan Trump dan Moon, hanya untuk membuatnya terlihat layak di mata dunia, agar dapat mengurangi peran AS di timur laut Asia. Selain itu agar Kim dapat menjalin kerja sama dengan negara lain seperti China dan Rusia.
"Sebelum sejumlah negosiasi ini, Kim dilihat sebagai 'manusia roket' yang mengancam keamanan dunia. (Oleh karenanya Presiden Xi Jinping) tak bisa menerima dia,"
"Kini dengan dilakukannya sejumlah negosiasi, Xi dapat mulai menerima Kim dan memperkuat hubungan mereka yang sudah sangat dekat," jelas Fisher.
Tak hanya Xi Jinping, sejumlah pemimpin negara lainnya seperti Rusia dan Suriah juga mulai melirik Kim Jong-un.
Rusia telah mengundangnya untuk datang ke konferensi di Vladivostok pada September, sedangkan media pemerintah Korut, KCNA, menyebut Presiden Bashar Assad akan menjadi pemimpin pertama setelah Presiden Korut yang mengunjungi Kim di Pyongyang.