5 Nama Kuliner Asli Indonesia Ini Berbau Vulgar, Tapi Rasanya Diburu

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Nusantara memang punya banyak ragam kuliner. Bahkan, ada kuliner yang dkenal sampai manca negara, seperti rendang, sate, hingga nasi goreng. 

Orang Indonesia memang reatif dalam hal memasarkan produk ke konsumen.  Salah satunya pakai strategi pemasaran dengan mencantumkan nama kuliner yang bikin orang geleng-geleng kepala. Seperti 5 kuliner di bawah ini:

1. Kue tete

Ayo, siapa yang belum pernah mencicipi kue tete! Kuliner yang mudah ditemui di pinggir jalan ini selalu bikin kangen orang untuk melahapnya.

Selain mantap di lidah, kue ini juga menyimpan kenangan bagi generasi Y.

 

2. Es Dawet Jembut Kecabut

Eh, jangan ketawa saat tahu nama kuliner ini es dawet jembut kecabut. Ini adalah kuliner yang sudah melegenda di kawasan Purworejo, Jawa Tengah.

Nama itu sebetulnya singkatan dari nama lokasi dawet hitam itu dijual, yakni Jembatan Butuh, Kecamatan Butuh. 

Dawet hitam yang rasanya nampol di lidah ini pertama kali dijajakan oleh (alm) Mbah Ahmad Dansri di tahun 1950-an.

 

3. Kue Kentut

Ini lagi, namanya nasi kentutgaes!

Meskipun namanya nasi kentut, tapi tidak mengeluarkan gas amoniak. Nasi ini khas Medan dan rumah makannya berada di Jalan Wahidin No. 24.

Penyajiannya, nasi diletakkan di atas daun pisang dan disertai lauk pauk yang sudah dimasak pakai racikan rempah.

 

4. Kue K*nt*l Sapi

Ya, ampun. Kok bisa ya namanya kue k*nt*l sapi. Pedagangnya ada di Pasar Kelapa, Cilegon, Banten.

Kalau niat pedagang kue racikannya ingin dikenal luas tampaknya berhasil. Gara-gara namanya yang unik. Memang sih, kue sama sekali tak berhubungan dengan sapi, apalagi dengan anunya.

Kue ini terbuat dari adonan tepung terigu dan kelapa yang digoreng, kemudian ditaburi tepung gula. Kalau kita ke Bogor, kue ini mirip dengan kue gemblong.

 

5. Kue K*nt*l Gejepit

Kue adrem atau k*nt*l gejepit ini bisa ditemukan di pasar Turi dusun Turi, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Jawa Tengah.

Adrem dibuat dari adonan tepung beras dicampur gula jawa kemudian digoreng. Konon, dahulu makanan ini banyak dijual saat panen padi. Membelinya bukan pakai rupiah, tapi pakai hasil panen.