5 Sampah Luar Angkasa yang Jatuh di Indonesia

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Benda bulat serupa kendi jatuh dari langit di Sungai Batang, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Objek janggal itu mendarat di Bumi dengan dentuman keras yang mengagetkan warga sekitar pukul 09.30 WIB, Selasa (18/7).

Benda itu kemudian diidentifikasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai sampah luar angkasa. Dan bukan satu-satunya yang jatuh di Indonesia,

Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, Rabu (19/7), mengatakan Indonesia sudah beberapa kali menjadi lokasi jatuhnya benda langit yang masuk dalam kategori sampah antariksa. Kapan dan di mana saja?

Gorontalo, 1981

Thomas mengatakan, tahun 1981 di Gorontalo, jatuh tabung bahan bakar USSR. Benda tersebut, berdasarkan catatan LAPAN, jatuh pukul 20.31 WITA pada 26 Maret 1981.

LAPAN mengetahuinya setelah mendapat informasi dari warga setempat. Hasil identifikasi menunjukkan benda langit itu adalah bagian motor roket Cosmos-3M/Space Launcher 8 (SL-8)/11K65M milik Rusia (saat itu Union of Soviet Socialist Republics; USSR).

Roket tersebut berfungsi untuk meluncurkan Interkosmos 20, satelit penginderaan jauh untuk penelitian laut dan permukaan bumi pada 1 November 1979.

Lampung, 1988

Pada 16 April 1988, sebuah benda langit jatuh di Lampung. Setelah diselidiki, objek itu adalah salah satu bagian roket Soyuz A-2 Space Launcher 4 milik Commonwealth of Independent States (CIS) atau Persemakmuran Negara-negara Merdeka (PNM) Rusia.

Bagian roket yang terjatuh juga tabung bahan bakar. Ia lepas dari Soyuz A-2 Space Launcher 4--roket yang berfungsi sebagai peluncur Cosmos 1938, satelit mata-mata militer milik PNM Rusia.

PNM Rusia adalah organisasi regional beranggotakan negara-negara eks-Uni Soviet yang dibentuk saat pembubaran Uni Soviet.

Bengkulu, 2003

Pagi hari, 14 Oktober 2003, sebuah pecahan roket milik Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ditemukan di kebun karet di Desa Bukit Harapan IV, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.

Sore hari sebelumnya, 13 Oktober 2003, terdengar ledakan di arah barat laut yang menimbulkan getaran seperti gempa. 

Berdasarkan data space-track.org, diketahui bahwa benda itu jatuh pada 13 Oktober 2003 sekitar pukul 16.36 WIB. Dilakukan pula pengukuran untuk mengetahui koordinat lokasi jatuhnya benda tersebut.

Selanjutnya diketahui identitas benda tersebut adalah pecahan roket CZ-3A (Chang Cheng/Long March 3), nomor katalog 23416, kode internasional 1994-080B.

Roket diluncurkan pada 29 November 1994 untuk mengirim satelit komunikasi DHF-3 ke luar angkasa.

Madura, 2016

Senin, 26 Septmber 2016, sekitar pukul 09.26 WIB, sebuah benda yang diduga kuat sebagai bekas roket FALCON 9 R/B jatuh di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil identifikasi yang menemukan adanya kesesuaian antara lintasan benda hasil pengamatan dan model, dengan fakta di lapangan.  

FALCON 9 R/B adalah roket untuk meluncurkan satelit komunikasi JCSAT 16 milik Jepang. Ia kepunyaan Space-X, Amerika Serikat, dan diluncurkan dari Cape Canaveral Air Force Station, Florida, 14 Agustus 2016. 

Benda yang ditemukan di Sumenep itu adalah bagian dari tingkat atas roket tersebut.

Tingkat pertama roket sebelumnya telah jatuh lebih dulu tak lama setelah peluncuran dilakukan, dan mendarat di landasan khusus yang ditempatkan di Samudra Atlantik. 

FALCON 9 merupakan jenis roket pertama di dunia yang dilengkapi teknologi untuk mendaratkan kembali bagiannya di permukaan bumi.

Agam, 2017

Benda bulat serupa kendi yang jatuh dari langit di Sungai Batang, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada Selasa, 18 Juli 2017, juga diidentifikasi sebagai sampah luar angkasa.

Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menyebut sampah luar angkasa itu adalah bagian dari roket Chang Zheng 3-A yang digunakan untuk meluncurkan Beidou M1, satelit navigasi milik China yang diluncurkan pada 13 April 2007.

“Setelah dicocokkan dengan database sampah antariksa, benar itu adalah bagian dari roket yang meluncurkan satelit milik RRT (China),” kata Thomas. 

Sebelum jatuh ke Bumi, benda yang diduga sebagai bagian dari tangki kendali roket itu sempat mengorbit Bumi selama lebih dari 10 tahun. 

“Titik (jarak) paling tinggi 2.000 kilometer dan titik terendahnya 200 kilometer. Jadi orbitnya lonjong. Kemudian secara perlahan karena hambatan udara, (ketinggian) orbit (jadi) makin rendah, (dan akhirnya) baru jatuh kembali ke bumi,” ujar Thomas.

Jadi, jika ada kepingan dari roket atau satelit yang diluncurkan baru jatuh bertahun-tahun setelah peluncurannya, penyebabnya ada pada gesekan atau hambatan udara yang melawan gaya gerak puing itu untuk mengorbit, sehingga membuat ketinggian puing roket atau satelit itu dalam mengorbit jadi semakin rendah. 

Semakin rendah lokasi orbitnya, akan semakin dekat jarak ia dari permukaan bumi. Dan semakin dekat dengan bumi, ia semakin terpengaruh gravitasi dan akhirnya jatuh ke Bumi. 

Apakah anda pernah menjadi saksi jatuhnya benda langit?