89 Persen Efektif, Pil Pfizer Diklaim Ampuh Redam Resiko Tinggi Covid-19

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Foto:Volodymyr Hryshchenko/Unsplash

Uzone.id- Sebuah pil Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan AS Pfizer dengan nama ‘Paxlovid’ diklaim dapat mengurangi resiko kematian sebesar 89 persen pada orang dewasa yang rentan penyakit parah.

Dikutip dariLiveMint.com, obat buatan Pfizer tersebut dapat mengurangi resiko rawat inap atau kematian  sekitar 89 persen pada subjek penelitian dengan gejala Covid-19 ringan hingga sedang jika mereka meminum pil dalam waktu 3 hari setelah diagnosis, klaim perusahaan.

CEO Pfizer juga berjanji akan membuat ‘senjata baru’ untuk melawan pandemi Covid-19 ini tersedia secara global secepat mungkin.

Hasil uji coba perusahaan juga menunjukkan bahwa obat Pfizer dapat melampaui pil Merck & Co, Molnupiravir, yang diklaim dapat mengurangi setengah dari resiko kemungkinan kematian atau kemungkinan rawat inap untuk pasien Covid-19 yang memiliki resiko tinggi penyakit serius.

Menunggu persetujuan pemerintah AS

Pil Pfizer dengan nama ‘Paxlovid’ ini dapat memperoleh persetujuan peraturan AS pada akhir tahun ini. Pihaknya berencana untuk menyerahkan hasil uji coba mereka ke Food and Drug Administration (FDA) sebelum 25 November mendatang.

Presiden Joe Biden mengatakan bahwa pemerintah AS telah mengamankan jutaan dosis obat Pfizer tersebut.

“Jika disahkan oleh FDA, kami mungkin segera memiliki pil yang mengobati virus pada mereka yang terinfeksi,” kata Biden, dikutip dari Reuters, Senin, (08/11/2021).

“Terapi ini akan menjadi alat lain pada pengobatan kami untuk melindungi pasien dari hasil terburuk Covid,” tambahnya.

Pfizer juga siap dikirim ke negara-negara lain. Menurut CEO Pfizer, Albert Bourla, mereka sedang dalam diskusi aktif dengan 90 negara mengenai kontrak pasokan untuk pil buatannya.

"Tujuan kami adalah agar semua orang di dunia dapat memilikinya secepat mungkin," kata Bourla.

Harga dan perawatan

Untuk negara-negara dengan penghasilan tinggi, harga perawatan untuk Pfizer diharapkan mendekati harga obat Merck. Di AS, harga terapi per lima hari untuk Merck berkisar USD700 atau sekitar Rp10 jutaan.

Namun, hal ini diharapkan tidak menghalangi negara-negara berpenghasilan rendah untuk mendapatkan perawatan Pfizer ini. Bourla mengatakan bahwa Pfizer sedang mempertimbangan beberapa opsi dengan tujuan tak ada penghalang bagi mereka untuk mendapatkan akses perawatan.

Pil Pfizer diberikan dalam kombinasi dengan antivirus yang lebih tua yang disebut Ritonavir. Perawatannya terdiri dari tiga pil yang diberikan dua kali sehari. Untuk pengembangannya, pil Pfizer ini telah dilakukan selama hampir dua tahun.

Para ahli mengatakan, meski potensi yang ditawarkan pil Pfizer dan Merck terdengar menjanjikan, pencegahan infeksi Covid-19 melalui vaksin menjadi cara terbaik untuk mengendalikan pandemi yang sudah merenggut lebih dari 5 juta jiwa di seluruh dunia.

Lebih dari 7 miliar dosis vaksin tengah disebar ke seluruh dunia, ini masih mencakup setengahnya dari populasi dunia saat ini. 

Vaksin Covid-19 di dunia

"Vaksin akan menjadi alat paling efektif dan andal yang kita miliki di masa pandemi ini," kata Dr. Grace Lee, profesor pediatri Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, dikutip dari Reuters.

"Obat oral ini akan meningkatkan kemampuan kita untuk mengurangi risiko penyakit parah, rawat inap, dan kematian, yang sangat besar, tetapi tidak akan mencegah infeksi,” tambahnya.

Analis Mizuho, Vanil Divan memperkirakan ‘dampak yang sangat kecil’ dari obal pil Pfizer dan ini akan berasal dari mereka yang tidak ingin divaksin atau mendapat suntikan booster.

“Saya pikir akan ada sebagian kecil orang yang mungkin memutuskan untuk tidak divaksinasi karena ada pilihan pengobatan yang baik,” katanya.

Berdasarkan CEO Pfizer, pil ini menargetkan produksi 180 ribu kursus perawatan pada akhir tahun, dan setidaknya 50 juta pada kahir tahun depan, termasuk 21 juta di paruh pertama 2022.

Efek dan dampak serta hasil penelitian pil Pfizer

Analisa terencana dilakukan pada 1.219 pasien yang didiagnosis dengan Covid-19 ringan hingga sedang dengan setidaknya memiliki satu faktor risiko untuk mengembangkan penyakit parah, seperti obesitas atau usia tua.

Diantara mereka yang diberi obat Pfizer dalam waktu 3 hari setelah gejala timbul, pil tersebut menurunkan kemungkinan rawat inap atau kematian orang dewasa yang beresiko mengalami gejala Covid-19 yang parah hingga 89 persen. 

Di antara pasien tersebut, 0,8 persen yang dirawat di rumah sakit tidak mengalami kematian dalam 28 hari perawatan.

Untuk efeknya sendiri, Pfizer tidak merinci efek samping apa yang akan dialami pasien namun mereka menyebut jika efek samping terjadi pada sekitar 20 persen pasien perawatan dan plasebo.

Kemungkinan efek yang ditimbulkan termasuk mual dan juga diare.