Kalau Menkominfo Diganti, Gimana Nasib Penyebaran Hoaks di Indonesia?

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

(Foto: Uzone.id/Hani Nur Fajrina)

Uzone.id-- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) untuk kabinet baru periode 2019-2024 memang belum diumumkan, namun Rudiantara sudah memberi sinyal bahwa dirinya siap pensiun.

Ada satu hal yang kemudian membuat penasaran sebagian besar warga: bagaimana memerangi hoaks di Indonesia untuk tahun-tahun berikutnya?

Peran Rudiantara sebagai Menkominfo dalam memerangi hoaks di negeri ini belakangan memang gak jauh-jauh dari pembatasan akses media sosial. Bekerja sama dengan perusahaan operator, Kominfo membatasi layanan data agar masyarakat sulit membuka Instagram, Facebook, hingga WhatsApp.

Selebihnya, hoaks diperangi melalui layanan aduan masyarakat dan mesin AIS yang dioperasikan oleh tim Kominfo sendiri.

Baca juga:Pesan Rudiantara untuk Menkominfo Baru: Cetak 20 Startup Unicorn!

Mesin AIS yang berfungsi sejak 28 Desember 2018 ini berfungsi untuk mengais konten negatif di internet. Mesin sensor internet ini memiliki nilai sebesar Rp200 miliar dan selama ini digunakan untuk memberantas konten pornografi, radikalisme, hingga hoaks di jagat maya.

Nah, ditanya soal ini, Rudiantara berharap ke depannya pihak Kominfo bisa lebih memanfaatkan lagi mesin AIS yang ada.

“Hoaks gak akan pernah berhenti. Kalau kalian sadar, hoaks itu sudah ada dari zaman Nabi Isa, Nabi Muhammad. Itu hoaks sudah ada. Jadi sekarang fokusnya bagaimana membuat masyarakat punya daya tahan terhadap hoaks,” ungkap Rudiantara saat ditemui sejumlah awak media di kediaman dinasnya di Widya Chandra belum lama ini.

Kemudian Rudiantara langsung menyinggung soal pemanfaatan AIS. Alih-alih menyarankan penambahan mesin, Rudiantara justru berharap pemerintah bisa melakukanupgradefungsinya.

“Gak usah nambah mesin, tapi kemampuannya yang harus ditingkatkan. Sekarang bisacrawling[mengais],profiling, nanti bisa saja jadi big data analytic, jadi data sudah terkumpul di big data itu. Lalu saya juga berharap bisa jadi AI [artificial intelligence] untuk pemerintah,” sambung pria yang akrab disapa Chief RA itu.

Dengan kata lain, mesin AIS diharapkannya akan menjaditoolbermanfaat yang dapat membantu menangkal kabar-kabar palsu yang menyesatkan.

Baca juga:5 Situs dan Aplikasi yang Diblokir Menkominfo Sepanjang 2014-2019

“Pokoknya bukan berarti harus beli lagi, tapi fungsinya dikembangkan, entah itu prosesornya diganti agar lebih cepat, yang jelas fungsinya di-upgardelah. Mesinnya gak harus nambah,” ungkapnya.

Selebihnya, Rudiantara juga berharap masyarakat bisa semakin teliti dalam mencerna informasi. Peningkatan literasi juga menjadi PR besar bagi Indonesia.

“Bisa berkaca pada negara-negara Skandinavia. Di sana negaranya maju-maju, tapi tetap ada hoaks, lho. Tapi kayaknya masyarakatnya pada cuek-cuek aja, karena mereka sudah terbiasa mencerna informasi jadi gak termakan kabar palsu. Indonesia harus fokus juga pada literasi, ini memang jangka panjang tapi ya gak boleh nyerah,” tutupnya.

Rudiantara menjabat sebagai Menkominfo per Oktober 2014 ketika dirinya dipilih oleh Presiden Joko Widodo untuk masuk ke dalam gerbong kabinetnya. Lulusan Universitas Padjajaran ini memang telah lama berkecimpung di industri telekomunikasi.

Selama menjabat, Rudiantara dikenal berhasil mewujudkan jaringan 4G LTE di Indonesia dan backbone infrastruktur Palapa Ring untuk daerah-daerah terpencil agar tetap terkoneksi dengan internet.