Ada 12 Influencer di Balik Hoax Anti-Vaksin di Media Sosial
Ilustrasi (Foto: Steven Conrfield / Unsplash)
Uzone.id- Penelitian mengungkapkan bahwa cuma ada 12 orang yang bertanggung jawab atas sebagian besar hoax dan kebohongan soal vaksin Covid-19 di Facebook, Instagram dan Twitter.
Perusahaan media sosial pun telah gagal mengawasi misinformasi yang berbahaya, menurut organisasi yang membuat "Disinformation Dozen".
Para penyebar super itu telah memicu orang enggan divaksin sehingga jadi masalah utama dalam menaklukkan pandemi Covid-19.
"Disinformation Dozen" memuat 65 persen dari bagian informasi yang salah soal anti-vaksin di media sosial, menurut organisasi nirlaba Center for Countering Digital Hate.
BACA JUGA:Pak SBY Muncul di Film The Tomorrow War, Netizen Indonesia Heboh
Laporan yang dirilis pada bulan Maret 2021 itu mencatat bahwa "hidup dalam pandangan penuh publik di internet adalah sekelompok kecil individu yang tidak punya keahlian medis yang relevan."
Organisasi itu juga menambahkan, "menyalahgunakan platform media sosial untuk salah menggambarkan ancaman Covid dan menyebarkan informasi yang salah tentang keamanan vaksin."
Menurutnya, aktivis anti-vaksin di Facebook, YouTube, Instagram, dan Twitter telah mencapai lebih dari 59 juta pengikut, menjadikannya platform media sosial terbesar dan terpenting bagi anti-vaksin.
Yang sangat meresahkan, katanya, para anti-vaksin menggunakan media sosial untuk secara khusus "menargetkan orang kulit hitam Amerika, mengeksploitaasi tingkat keraguan vaksin yang lebih tinggi di komunitas itu, untuk menyebarkan konspirasi dan kebohongan tentang keamanan vaksin Covid."
Para penjual disinformasi anti-vaksin itu sendiri di antaranya pendukung anti-vaksin, pengusaha kesehatan alternatif dan dokter, beberapa di antaranya menjalankan banyak akun di seluruh platform media sosial dan mendapat untung dengan menjual suplemen dan buku.
Di antara 12 yang disebutkan dalam laporan tersebut adalah Joseph Mercola, yang menjual suplemen makanan, dan mitra bisnisnya Erin Elizabeth, yang menjalankan situs web kesehatan alternatif.
Juga terdaftar Robert F. Kennedy Jr, putra mendiang Senator AS Robert F. Kennedy dan ketua Pertahanan Kesehatan Anak, sebuah kelompok anti-vaksin di AS.
Organisasi itu meminta platform media sosial untuk mengambil tindakan yang lebih tegas untuk memberantas kesalahan informasi yang berbahaya tentang vaksin.
"Kegagalan Big Tech untuk bertindak pada Disinformation Dozen mengakibatkan 105 buah disinformasi vaksin dilihat hingga 29 juta kali dalam sebulan terakhir," katanya.
Facebook pun telah melakukan penindakan terhadap beberapa akun. Perusahaan itu menghapus 16 akun yang ditautkan ke 12 akun di Facebbook atau Instagram dan telah membatasi 22 akun lainnya, termasuk memblokir mereka yang mempromosikan diri di iklan berbayar, menurut NPR. (Huffington Post)