Bagi jurnalis gaya hidup, bertandang ke kantor retail Kate Spade bisa jadi salah satu momen menyenangkan. Setidaknya itu yang pernah saya rasakan saat datang ke sana untuk memilih properti pemotretan. Lima tahun lalu, kantor lini mode Kate Spade di Indonesia bertempat di salah satu gedung perkantoran di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Tidak ada yang istimewa dengan ruang kantor itu. Kesenangan baru tiba saat public relation Kate Spade Indonesia menuangkan puluhan benda koleksi terbaru desainer di meja yang ada di hadapan mata dan membebaskan saya memilih apapun dan berapapun benda yang diperlukan. Cara menaruhnya seperti meletakkan barang dagangan obral di pasar Tanah Abang. Dituang dari karung plastik atau kardus cokelat usang.
Tas, dompet, buku catatan, sampul paspor, sampai gantungan kunci tumpang tindih di atas meja. Semuanya berwarna cerah. Merah muda, oranye, biru muda, dan kuning ada di sana. Sebagian menampilkan motif menyegarkan mata seperti bunga-bunga dan hewan. Ada tas jinjing kecil berbentuk pop corn dan burung flamingo; serta tas pantai bermotif garis warna warni. Bila tidak mengingat betul tema yang harus ditonjolkan, godaan untuk memilih barang secara subjektif cukup besar.
Kate Spade selalu terkesan ceria. Lini mode ini seolah hanya mengenal musim semi. Produk fesyen tersebut diciptakan Kate Brosnahan dan Andy Spade pada tahun 1993. Label tercipta karena Brosnahan penat melihat tas-tas merek Eropa mengisi kawasan belanja di Amerika Serikat. Aksesori karya desainer mode premium Eropa saat itu sebagian besarpenuh detail, berukuran kecil, dan mahal. Brosnahan paham betul tentang tren aksesori saat itu karena ia bekerja sebagairedaktur aksesoriMademoiselle, majalah gaya hidup perempuan.
Ia lantas menggambar tas berbentuk trapesium, bermotif polos, dan ukuran yang cukup besar. “Saya ingin tas yang fungsional tetapi tetap bisa dijadikan benda untuk bergaya,” katanya. Tas dirancang terbuat dari nilon dan tahan air. Tertuang dalam warna hitam dan berbagai warna cerah. Sang desainer membayangkan tas bisa dikenakan wanita di segala usia, terutama wanita yang punya banyak aktivitas. Nama tas itu Sam Bag. Kate menjadikan Sam Bag sebagai produk bisnis. Modalnya datang dari Andy Spade yang dulu masih jadi pacar Kate.
Ketika Kate bingung memikirkan nama merek, Andy mengusulkan "Kate Spade". Bagi orang yang bertanggung jawab merancang metode pemasaran dari setiap karya Kate, nama tersebut indah dan nyaman didengar. Kate setuju saja. Ia pribadi resmi memakai nama Kate Spade pada tahun 1994 saat mereka menikah.
Dalam hitungan bulan, Sam Bag populer. Benda ini jadi aksesori yang wajib dimiliki perempuan New Yorker. “Kate Spade adalah brand New York, kami juga lahir dan besar di New York. Memakai produk Kate Spade ialah budaya kami,” kata Gillian Greaves Saines,fans Kate Spade dari Upper East Side.
Tas Kate Spade masuk kewish listbarang yang harus dibeli ketika uang sudah di tangan. “Pada tahun 1990an, banyak wanita yang menabung honor tugas menjaga bayi atau pekerjaan tambahan lain agar bisa membeli tas. Selain itu wanita karier yang sudah mapan memakai Sam sebagai pelengkap kostum bekerja berupa suit dan sepatu hak,” tulisNew York Times.
Media tersebut jugapernah melaporkan kisah seorang wanita pendatang di New York yang menunggu diskon produk agar bisa membeli barang Kate Spade. “Saat itu semua rekan kerja wanita di kantor punya tas hitam Kate Spade. Hanya saya yang belum punya tas itu,” kata Cindy Pon yang saat itu ingin bergaya sesuai tren.
Fans tidak cuma terkesima dengan Sam Bag, tetapi juga terhadap sosok Kate.Ellepernah mencatat reaksi salah satu fans ketika Kate memuji karya tulisnya yang mengisahkan tentang produk. Kate merespons karya tersebut dengan kata-kata motivasi bagi si penulis. "Itu ialah pertama kalinya seseorang dari dunia fesyen memromosikan karya saya. Rasanya sungguh luar biasa," tulisElle.
Kepopuleran Kate Spade menghantarkan lini ini padastrategi bisnis baru. Pada tahun 1999, perusahaan retail Neiman Marcus membeli 56% saham Kate Spade. Andy juga menerapkan model linsensi. Kate mulai mendesain tas bayi dan stroller, dan membuat seragam bagi pramugari. Pada tahun 2006, Neiman Marcus menjual lini Kate Spade pada grup retail Liz Claiborne. Bagi grup retail ini, nama Kate Spade menghasilkan keuntungan 114%. Varian produk Kate Spade pun berkembang hingga furnitur dan peralatan makan.
Pada masa ini, Kate memutuskan untuk tidak terlibat lagi dalam Kate Spade. Ia ingin mengurus Frances Spade, putri tunggalnya. “Kami sudah terlalu lama bekerja sangat keras. Dan untungnya kami bisa sampai pada momen yang memungkinkan kami untuk istirahat,” tutur Kate padaCharlotte Observer .
Keputusan itu membuat rekan-rekan Kate gusar dan khawatir terhadap kelangsungan hidupnya. “Rasanya mereka tidak menyadari menjadi orangtua ialah tugas yang sangat berat,” lanjut Kate yang berperan sebagai ibu rumah tangga sepenuhnya selama 11 tahun. Di samping itu ia menjadwalkan diri untuk rutin melakukan kegiatan sosial dengan jadi donatur untuk anak-anak penyintas kekerasan dan anak terlantar.
Dua tahun lalu, Kate kembali ke dunia mode dan merlilis lini aksesori baru bernama Frances Valentine. Ia pun mengganti namanya menjadi Kate Valentine untuk menegaskan pada publik bahwa ia dan lini Kate Spade punya jalan berbeda. Andy sempat meragukan keinginan Kate untuk kembali jadi desainer. Kate merespons keraguan itu dengan berkata bahwadirinya perlu melakukan hal yang dicintai.
Seperti Kate Spade, Frances Valentine kaya warna cerah. “Saya masih jadi orang yang sama. Yang membuat produk sesederhana mungkin tetapi tetap menyiratkan kesan ‘Oh Tuhan, Saya harus memiliki kamu!’ pada orang yang melihatnya,” tutur Kate. Andy fokus memasarkan produk secara daring. Frances Valentine sudah mendapat untung meski tidak sebombastis dulu.
Namun dari warna-warna gelap yang selalu dipilih untuk produknya, ada kegelapan besar dalam diri Kate. Ia tak mampu mengalahkan monster gelap itu. Kate Spade memilih pergi dengan menggantung leher dengan scarf merah di kamar tidurnya. Ia meninggalkan surat untuk Frances. Sebuah pesan cinta dan kalimat agar Frances tidak perlu merasa bersalah atas kepergian ibunya. Kate berpesan pada sang puteri untukbertanya penyebabnya pada ayahnya.
Kate mungkin pergi, tapi karyanya tetap terus diingat. Tahun ini, Sam Bag yang pernah amat populer itu, kembali diproduksi. Deborah Lloyd, direktur kreatif produk perusahaan yang kini dimiliki grup retail Tapestry itu berkata bahwa kustomer loyal Kate masih histeris bila mendengar kata Sam Bag.
“Mereka selalu menginginkan beda ini kembali dijual. Tapi semua benda butuh evolusi karena apa yang seseorang pilih 25 tahun lalu tidak selalu terlihat bagus,”katanya.
Selamat jalan, Kate!
======
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog atau psikiater maupun klinik kesehatan jiwa. Salah satu yang bisa dihubungi adalah Into the Light yang dapat memberikan rujukan ke profesional terdekat (bukan psikoterapi/ layanan psikofarmaka). Baca juga artikel terkaitKATE SPADEatau tulisan menarik lainnyaJoan Aurelia