AI Lebih Baik Jadi Bos Ketimbang Manusia? 34 Persen Orang Setuju

pada 4 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id— Tidak bisa dipungkiri kalau AI saat ini sudah merambah ke semua sektor kehidupan, bahkan perusahaan dan pendidikan kini mulai mengadopsi AI di lingkungan karyawan serta mahasiswa.

Misalnya, popularitas ChatGPT saat ini terus meroket, dari catatan Similar Web, chatbot AI dari OpenAI Ini memperoleh 153 juta kunjungan pada bulan pertama setelah peluncurannya pada November 2022, dan mencapai puncaknya pada April 2024 dengan jumlah kunjungan mencapai 2 miliar.

AI yang katanya tidak akan menggeser peran manusia, sedikit demi sedikit mengambil alih beberapa peran penting, bahkan bisa jadi memiliki kinerja lebih baik.

“Kita menyaksikan semakin banyaknya adopsi AI sebagai alat yang berharga, membantu orang-orang di berbagai bidang. Di luar aplikasi tradisional, seperti memproses dan menganalisis data, AI dipercayakan dengan peran pribadi yang lebih menarik, termasuk percintaan, pendidikan, dan pekerjaan,” kata Vladislav Tushkanov, Manajer Grup Pengembangan Riset Kaspersky.

 

 

Hal ini terlihat dalam survey Kaspersky terbaru bertajuk‘Excitement, Superstition and great Insecurity: How global Consumers engage with the Digital World’ yang meneliti peran AI mulai dari posisi manajemen di tempat kerja hingga membantu membuat keputusan penting dalam hidup.

Di survei ini, Kaspersky menemukan fakta bahwa sepertiga responden atau sekitar 34 persen orang percaya kalau AI bisa menjadi bos yang lebih baik dari manusia.

Alasannya? Karena sifat AI dinilai netral, tidak emosional dan tidak memihak. Mereka melihat AI sebagai bagian dari tempat kerja, dan seorang manajer.

Selain jadi bos, AI juga disebut bisa berperan aktif adalah pendidikan, hampir setengah responden atau 47 persen percaya kalau anak-anak akan diajari melalui pengalaman virtual dan Metaverses dalam waktu dekat.

Kehadiran AI juga dinilai bisa membantu manusia menjalankan hidup yang lebih efisien, maka dari itu sebanyak 57 persen siap menggunakan kecerdasan buatan ini sebagai rekannya hidupnya.

31 persen orang juga menilai AI sebagai ‘cupid’ dimana mereka akan menggunakan AI untuk membantu menemukan pasangan yang tepat di aplikasi kencan. Pasalnya, 48 persen orang percaya bahwa hubungan manusia akan berubah dimana karakter virtual mulai menggantikan pasangan di dunia nyata berkat AI.

 

 

Dalam survei yang sama, banyak dari manusia saat ini (48 persen) juga menggunakan AI untuk berbincang secara online. Singkatnya, AI sudah ada ditahap dimana mereka digunakan untuk mencari topik dan membuat persona seseorang di dunia digital. 

Melihat peranan AI yang semakin dalam dan semakin tak bisa dibendung, Tushkanov memperingatkan bahwa kemajuan AI ini membawa kepercayaan berlebih pada saran AI, bahkan ada phishing yang dihasilkan oleh AI, begitupun dengan deepfake, dan pencurian identitas.

“Inilah tantangan yang perlu kita atasi di berbagai level,” ujarnya.

Oleh karena itu, untuk melindungi diri dari ancaman yang digerakkan oleh AI, Kaspersky mengingatkan pengguna untuk memasang solusi keamanan siber yang terpercaya. Mereka juga diminta untuk tidak terlalu percaya pada permintaan data atau uang yang diajukan oleh teman/kolega secara daring.