Alokasi Bonus Atlet : Dari Usaha Makanan hingga Umrahkan Orang Tua

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Gelaran Asian Games 2018 telah usai. Cerita bahagia bukan hanya datang untuk kesuksesan Indonesia sebagai penyelenggara, tapi juga prestasi para atlet Merah-Putih di dalam kompetisi. Total, kontingen Indonesia berhasil meraih 98 medali dengan 31 di antaranya berupa raihan medali emas dan berhasil duduk di peringkat empat klasemen akhir di bawah China, Jepang, dan Korea Selatan.

Berhasil membawa prestasi gemilang bagi Indonesia, para atlet ini diganjar bonus Asian Games yang tak sedikit, mulai dari jutaan hingga miliaran rupiah. Rinciannya, bonus untuk perorangan, Rp 1,5 miliar diberikan kepada peraih emas, Rp 500 juta untuk peraih perak, dan Rp 250 juta untuk penyumbang perunggu.

 

 

Salah dua atlet yang diberikan bonus miliaran adalah pasangan Sarah Tria Monita (23) dan Iqba Candra Pratama (23). Keduanya diganjar bonus karena berhasil memboyong medali emas dari cabor pencak silat.

Meski menerima bonus Rp 1,5 miliar rupiah, nyatanya Sarah mengaku sempat bingung ketika menerima buku tabungan dari Presiden Joko Widodo. 

"Senang banget, langsung bingung, hehehe. Enggak pernah pegang uang segitu, hehe," ungkap Sarah saat dihubungikumparan, Senin (3/8).

Berbeda dengan Sarah, sang suami, Iqbal, sudah memiliki rencana lain terkait bonus yang ia terima. Iqbal hendak mendaftarkan orang tua untuk berhaji ke Tanah Suci.

"Empat, sih, rencana (orang tua yang berangkat haji). Eh, 6 sama Iqbal dan Sarah juga," sebut Iqbal saat dihubungi terpisah.

 

 

Setali tiga uang dengan Iqbal dan Sarah, atlet panjat tebing, Muhammad Hinayah, juga berencana memberangkatkan orang tua umrah ke tanah suci hasil dari bonus yang ia terima dari Pemerintah.

Hinayah memperoleh Rp 750 juta dari kategori beregu. Ia menyumbang emas di cabor panjat tebing nomor beregu atau speed relay putra. Selain berangkatkan orang tua umrah, rencana lain juga sudah disiapkan seperti membuka usaha dan menyimpan sebagian uang untuk ditabung. 

"Paling umrah sama bantu orang tua, terus juga usaha," ungkap Hinayah kepadakumparan, Senin (3/9).

Sementara bagi Defia Rosmaniar (23), peraih medali emas dari cabor taekwondo, bonus Rp 1,5 miliar yang ia terima akan dialokasikan untuk membangun tempat latihan taekwondo.

 

 

"Aku mau buat tempat latihan taekwondo. Ya, aku juga bisa menularkan bakatku kepada atlet-atlet muda yang bakal tumbuh. Ngasih motivasi atlet yang masih semangat,” ujar Defia.

Selain itu, tentunya Defia tetap mempunyai keinginan untuk membahagiakan orang tua. Peraih medali emas pertama bagi Indonesia di Asian Games 2018 itu juga berencana memberangkatkan keluarganya ke Tanah Suci.

Lain halnya bagi Aero Sutan Aswar (23), peraih medali perak dari cabor Jetski nomor Runabout Limited. Aero yang menerima bonus Rp 500 juta, hendak menginvestasikannya ke dalam bentuk emas.

"Paling disimpan saja, mungkin beli emas. Iya, Investasi, sih," kata Aero saat dihubungikumparan, Senin (3/9).

 

 

Sementara itu, lifter Eko Yuli mengaku masih bingung untuk menginvestasikan bonus sebesar Rp 1,5 miliar yang ia terima. Peraih emas di nomor 62 kg putra itu masih memikirkan beberapa bentuk usaha yang akan dibukanya, mulai dari rumah makan hingga tempat fitnes.

"Masih dipikirkan. Mau buka akademi, lahan yang jadi masalah. Mungkin dengan duit segini pun enggak cukup untuk beli lahan gitu kan. Mau makanan (restoran) tapi istri masih punya bayi lagi. Nah, ini masih dipikirkan lagi," jelas Eko saat dihubungikumparan, Senin (3/9).

 

Dari cabang tenis, ada nama Christoper Rungkat dan Aldila Sutiadji yang berhasil menggondol emas dari nomor ganda campuran. Prestasi di Asian Games, tak membuat perempuan berusia 23 tahun ini berpuas diri. Aldila masih ingin terus mengukir prestasi untuk negeri. 

Aldila mengatakan bonus sebesar Rp 750 juta yang ia terima hendak digunakan untuk biaya mengikuti berbagai pertandingan di klub tenis tingkat dunia.

"Bonusnya akan saya jadikan modal untuk biaya pertandingan agar bisa mencapai target pribadi saya," ucap Aldila padakumparan(3/9). 

Biaya pertandingan yang ia rencanakan bisa mencapai ratusan juta bahkan miliar rupiah. Biaya itu bisa digunakan dalam jangka waktu setahun. 

"Kalau setahun bisa sekitar Rp 750 juta sampai Rp 1 miliar," kata Adila. 

 

 

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan, bonus yang diberikan kepada para atlet murni dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia juga menyebut, cepatnya proses pencairan karena pemerintah berkoordinasi dengan pihak perbankan.

"Ini full 100% APBN. Swasta belum (ikut membantu), mungkin ada yang memberikan masing-masing ke atlet dan pelatih langsung," ucap Menpora saat ditemui di Gedung Wisma Menpora, Senin (3/9).

Selain bonus peraih medali, pemerintah juga memberikan apresiasi kepada seluruh atlet yang tampil bersama Kontingen Tim Indonesia. Total semua bonus sebesar Rp 210 miliar tersebut diambil dari anggaran Kemenpora ditambah Belanja Anggaran Umum Negara (BUN). 

"Yang tidak juara tetap diberikan bonus, awalnya Rp 10 juta kita naikkan jadi Rp 20 juta per orang. Penghargaan juga ada piagam dan diundang makan bersama. Kita semangati ke depan, yakinkan bahwa mereka bisa jadi juara," ucapnya.