Analisis: Kunci Kemenangan Prancis Ada pada Pertahanan Kuat Mereka
Semasa bermain, Didier Deschamps berperan sebagai seorang gelandang bertahan. Sekarang, ketika sudah menjadi pelatih, ia sukses menerapkan konsep pertahanan apik kepada Tim Nasional (Timnas) Prancis.
Timnas Prancis bermain gemilang kala bersua Timnas Belgia di Stadion Saint Petersburg, Rabu (11/7/2018) dini hari WIB, di semifinal Piala Dunia 2018. Lewat gol tunggal Samuel Umtiti pada menit 51, Prancis menundukkan Belgia dengan skor akhir 1-0. Prancis melaju ke babak final Piala Dunia 2018, final ketiga mereka sepanjang sejarah Piala Dunia.
Pada laga kali ini, dari segi penguasaan bola, Prancis sebenarnya kalah dari Belgia. Selama pertandingan, Belgia memenangi 64% penguasaan bola, berbanding 36% milik Prancis. Namun, dari segi peluang yang diciptakan, Prancis mampu membuat peluang lebih banyak lewat 19 sepakan yang mereka lepaskan, berbanding 9 tembakan yang dilepaskan para pemain Belgia.
Artinya, Prancis mampu tampil lebih efektif. Namun, kemenangan Prancis dalam pertandingan ini tidak hanya ditentukan oleh efektivitas mereka. Berikut adalah hal-hal yang mampu membawa Prancis pada kemenangan.
Pertahanan yang Kuat Sejak dari Depan
Prancis tidak banyak mengambil inisiatif dalam laga ini, walau mereka sempat menekan di awal-awal, baik itu awal babak pertama maupun awal babak kedua. Tapi, setelahnya, mereka lebih banyak memfokuskan diri pada pertahanan. Serangan yang mereka lakukan kebanyakan sifatnya hanya serangan balik. Serangan balik efektif yang setidaknya dapat menciptakan peluang.
Pertahanan kuat Prancis tidak disebabkan oleh apiknya permainan para bek atau permainan apik seorang N'Golo Kante di lini tengah. Di laga ini, Kante tercatat hanya menorehkan 2 tekel dan 2 intersep. Apiknya pertahanan Prancis pada laga ini disebabkan oleh skema pertahanan yang mereka terapkan.
Sejak para pemain Belgia menguasai bola di lini pertahanan sendiri, para pemain Prancis langsung membentuk skema pertahanan yang rapi. Ketika bertahan, para pemain Prancis membentuk skema rapi 4-3-3, dengan jarak antara pemain yang rapat dan tidak berjauhan. Jarak antarlini juga tidak terlalu renggang, sehingga ketika bola lolos, misalkan, dari para pemain depan, para pemain tengah sudah siap membantu merebutnya.
Kylian Mbappe, Olivier Giroud, dan Antoine Griezmann membentuk garis tiga pemain di dekat area lingkar tengah lapangan, diikuti Blaise Matuidi, Paul Pogba, dan N'Golo Kante di dekat area sepertiga akhir. Raphael Varane dan Samuel Umtiti mengatur garis pertahanan sedemikian rupa.
Skema pertahanan ini membuat Belgia kerepotan, dan hasilnya adalah sebagai berikut.
Serangan Belgia yang Tidak Seimbang
Pada laga ini, Thomas Meunier harus absen karena mendapatkan hukuman akumulasi kartu kuning (dia tak terkena pemutihan). Absennya Meunier, yang awalnya diprediksi akan berpengaruh pada serangan Belgia, nyatanya tidak terbukti.
Lewat pergantian skema yang diterapkan Roberto Martinez --mengubah skema tiga bek menjadi empat bek (4-2-3-1)-- serangan dari sisi kanan Belgia tetap terjaga. Nacer Chadli yang didapuk menjadi bek kanan rajin membantu serangan, dan tak jarang ada di lini pertahanan lawan untuk menyediakan opsi umpan bagi Kevin De Bruyne maupun Axel Witsel.
Yang menjadi masalah, serangan Belgia menjadi tidak seimbang. Bila diperhatikan, Belgia memfokuskan serangannya dari sisi kanan (46%). Sisi kiri yang dihuni oleh Eden Hazard dan Jan Vertonghen menjadi tidak efektif karena Vertonghen tidak seperti Chadli. Vertonghen jarang membantu penyerangan dengan tujuan untuk menghalau laju Kylian Mbappe.
Selain itu, buah dari pertahanan Prancis yang rapat, Belgia jadi terlalu banyak mengandalkan serangan dari kedua sayap. Marouane Fellaini yang ditempatkan di belakang penyerang, dengan tujuan menjadi pemantul baik itu untuk Lukaku, Hazard, maupun De Bruyne, jadi tidak berfungsi. Fellaini hanya 1 kali memenangi duel udara di laga ini.
Padahal, dalam laga ini, Belgia total melepas umpan silang sebanyak 26 kali, cukup banyak jika dibandingkan laga-laga sebelumnya di Piala Dunia 2018. Tujuan awalnya, mereka ingin memaksimalkan kemampuan Fellaini.
Namun, pada praktiknya, Fellaini justru dikalahkan oleh Varane (2 kali menang duel udara), Pogba (3 kali menang duel udara), bahkan Giroud (3 kali menang duel udara) soal duel udara di lini pertahanan Prancis.
Intinya, Belgia dibuat kerepotan dalam menyerang karena pertahanan Prancis yang apik, yang memancing mereka untuk terus melakukan serangan dari sayap. Serangan mereka pun dengan mudah dihentikan oleh para pemain Prancis.
***
Kualitas Prancis maupun Belgia sebenarnya tidak kalah jauh. Namun, untuk memenangi laga besar di sebuah turnamen, perlu mental kuat dari para pemain tersebut, juga skema pelatih yang apik. Prancis memperlihatkannya dalam laga tersebut.
Ditopang oleh kemampuan taktikal apik Deschamps, serta mental kuat para pemainnya, Prancis pada akhirnya dapat meraih kemenangan. Mereka memberikan pelajaran bagi skuat Belgia, bahwa untuk memenangi turnamen, materi pemain bagus saja belum cukup.