Antara Film Aquaman, Fakta, dan Misteri Negeri Atlantis
Orm tak ingin Arthur menjadi Raja Atlantis. Menurutnya, Arthur bukanlah makhluk asli lautan, ia menyebut Arthur manusia setengah permukaan.
Keduanya kemudian berperang dua kali, sekali di darat dan sekali di laut. Pertarungan pertama, Orm sedikit lebih unggul, karena ia didukung massa Kerajaan Atlantis seantero lautan. Namun Arthur tak kalah, ketika ia hampir mati, Mera-yang saat itu masih menjadi kekasih Orm- menolong dan membawa kabur Arthur dari lautan dengan sebuah kapal.
Orm benar-benar gundah. Sekali lagi ia merasa dikhianatii Arthur, sang kakak. Sebelumnya Orm begitu kesal karena sang bunda memiliki hubungan khusus dengan seorang penjaga mercusuar. Hubungan ini yang kemudian menghasilkan Arthur sebagai makhluk permukaan sekaligus lautan.
Di atas adalah gambaran singkat film 'Aquaman'. Satu-satunya film produksi DC yang tayang di tahun 2018. Bahkan tak sedikit yang menyebut ‘Aquaman’ adalah film keluaran DC dengan visual terbaik.
Film ini ramai diperbincangkan di berbagai belahan dunia. Bahkan sampai saat ini. "Sampai sekarang masih tayang di beberapa negara seperti Jepang dan Brazil. Sepertinya kesuksesannya akan mengalahkan film DC lain, seperti Justcie League ataupun Wonder Woman," ungkap pemerhati film Shandy Gasiela dalam perbincangan dengan kumparan, Jumat (11/1).
Film besutan sutradara James Wann itu hingga 5 Januari 2019 sudah mencatat keuntungan hingga USD 887 juta atau setara lebih dari Rp 12 triliun. Film yang dibintangi Jason Mamoa dan Nicole Kidman itu mengalahkan beberapa film DC sebelumnya seperti Superman, hingga Justice League.
"Namun belum mengalahkan film ‘Batman The Dark Knight Rises’ yang meraup keuntungan hingga USD 1,02 miliar. Tetapi ini masih diputar enggak menutup kemungkinan bisa disusul juga," ungkapnya.
Menurutnya, film ‘Aquaman’ menawarkan sesuatu yang berbeda dari konsep visual dibanding film keluaran DC lainnya. Selain itu, jalan cerita ‘Aquaman’ juga padat dan kompleks. Hal ini yang membuat film ini sukses dan dapat dinikmati di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia.
"Di Indonesia sudah ditonton lebih dari 6,5 juta orang. Ya ini pasti karena mulut ke mulut orang yang ke bioskop terus cerita ke yang lain film Aquaman bagus lho. Di socmed juga ramai kan," tutur dia.
Di Indonesia, selain soal jalan cerita dan visual film ‘Aquaman’ yang dianggap bagus, ada satu hal lainnya yang kemudian mencuri perhatian. Dia adalah soal misteri peradaban Atlantis yang sempat heboh pada tahun 2010 sampai 2015 lalu.
Keberadaan Atlantis kembali dipertanyakan. Apakah dia benar-benar ada atau hanya mitos belaka. Dari film tersebut dikisahkan ada tujuh faksi kerajaan Atlantis. Ada satu raja utama yang kemudian menjadi pimpinan peradaban tersebut.
Di film ‘Aquaman’ secara gamblang menyebutkan bahwa Atlantis adalah suatu kerajaan besar dengan teknologi persenjataan modern. Namun di film tersebut tidak dijelaskan di mana sebenarnya Atlantis berada.
Misteri Atlantis, Semua Berawal dari Plato
Cerita tentang adanya kerajaan Atlantis bermula dari mulut Plato, seorang filsuf yang hidup sekitar 427-347 SM. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh profesor asal Brazil bernama Arysio Santos berjudul 'Atlantis: The Lost Continet Finally Found' yang terbit tahun 2005, Plato dalam karyanya yang ditulis pada tahun 3600 SM yakni 'Timeaus dan Critias' memuat referensi orisinal penting tentang Atlantis.
Dalam catatannya, Plato menyebut bahwa Atlantis terhampar di seberang pulau pilar-pilar Herkules. Plato juga menyebut, Kerajaan Atlantis memiliki angkatan laut yang telah menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun SM.
Plato menyatakan di saat peradaban Atlantis bertumbuh beriringan dengan banyaknya berbagai letusan gunung berapi secara serentak yang menimbulkan atau berbarengan dengan gempa dahsyat serta pencairan es di dua kutub dunia yang menyebabkan banjir besar.
Peristiwa inilah yang kemudian mengakibatkan permukaan bumi tenggelam. "Bagian yang tenggelam itulah yang disebut Plato benua yang hilang atau The Lost Atlantis," tulis Santos dalam bukunya.
Plato tidak secara spesifik menyebutkan lokasi Atlantis. Satu hal lain paling menarik oleh Plato terkait Atlantis lainnya yaitu tentang adanya jaringan kanal.
Jaringan kanal yang luas tersebut digunakan untuk mengairi pertanian dataran luas dan sebagai sarana transportasi perairan produk-produk mereka.
Plato meyakini ibu kota imperium Atlantis adalah berbentuk menyilang dan dikelilingi oleh kanal-kanal membentuk sosok-sosok yang dikenal sebagai 'Celtic Cross' atau 'Crossed Circle'.
Jaringan kanal ini juga berisi bendungan dan pintu air dan pintu gerbang untuk mengontrol aliran sungai. Itu adalah keajaiban hidrolik seperti yang dibuktikan oleh orang Timur Jauh dan peradaban Inka di Amerika.
"Plato secara khusus juga menyatakan bahwa Atlantis merupakan kekuatan angkatan laut yang besar dan bahwa banyak kapal yang aktif di perdagangan laut," tulis Santos yang meneliti Atlantis kurang lebih 20 tahun ini .
Ahmad Yanuana Samantho, seorang peneliti Atlantis sejak tahun 2003 mengatakan, Plato dengan sangat jujur dan detail menjelaskan ciri ciri peradaban maju Atlantis. Apa yang diceritakan Plato itu terjemahan apa yang ia dapatkan dari Mesir.
Samantho menjelaskan, Plato menemukan prasasti, enkripsi enkripsi, ada buku buku dari pendeta Mesir kuno yang bercerita soal Atlantis ini. Nah ia menyebut, Plato mendapatkan cerita dari kakeknya yang bernama Solon,
Solon ini, lanjut dia, mendapat informasi dari pendeta Mesir yang kontaknya di Alexandria perbatasan Yunani dan Mesir. Diceritakan ada suatu negeri di arah Timur yang sangat kaya dan maju, sangat berlimpah dengan sumber daya alam. Namun tidak disebutkan di mana lokasi persisnya.
Penelitian Plato ini kemudian berhasil menginspirasi banyak orang di tahun-tahun berikutnya. Mereka berupaya mencari dan membuktikan soal misteri Atlantis itu.
"5.000 buku terbit setelah Plato menulis tentang Atlantis," ungkap Samantho saat berbincang dengan kumparan di kediamannya di kawasan Parung, Bogor, Jumat (11/1).
Perjalanan Plato ini kemudian menginspirasinya untuk menulis buku berjudul 'Filsafat Republik'. Republik inilah yang dimaksudkan Plato sebagai gambaran dari sistem kerajaan Atlantis sebetulnya.
Masyarakat kerajaan tersebut dipimpin King Philosopher. Artinya, raja yang bukan hanya sekadar berkuasa dan kuat secara militer dan ekonomi tetapi juga cerdas secara otaknya dan juga arif bijaksana.
Jadi, kata Samantho, negeri ini dipimpin oleh para pandita, para filosof. Akhirnya jadi konsep republik Plato dari penemuannya soal Atlantis.
Antara yang Ingin Membuktikan dan Mendebat Plato
Suka tidak suka, masuk atau tak masuk akal, kita harus menerima bahwa apa yang dipaparkan Plato mengenai Atlantis menginspirasi banyak sarjana lainnya. Buktinya seperti yang disebutkan tadi, ada sekitar 5.000 buku yang terbit dalam kurun waktu beberapa abad terkait Atlantis.
Ada yang ingin membuktikan, tak sedikit yang juga ingin memperdebatkan pemaparan Plato. Beberapa sarjana dan pemimpin modern yang mendukung dan ingin membuktikan ucapan Plato antara lain ahli genetika Stephen Oppenheimer, Santos, hingga seorang ahli Theosopist CW Leadbeter asal Belanda.
Sementara untuk yang menolak adalah kebanyakan arkeolog dan sejarawan. Spesifiknya sejarawan yang menggunakan historiografi Eropa.
Oppenheimer dalam bukunya berjudul 'Eden in The East': Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara tahun 1998’ memfokuskan penelitian genetika di Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Thailand, Vietnam, China dan Taiwan, yang sebagian besar dihuni selama Zaman Es.
"Intinya dalam penelitiannya ia menyebut ada kecocokkan genetika antara orang Atlantis dengan mereka yang hidup di Sundaland (sekarang Sumatera dan Jawa)," ungkap Samantho saat menjelaskan karya Oppenheimer.
Lain lagi dengan apa yang diungkapkan oleh Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Bambang Budi Utomo. Dia mengatakan, apa yang disampaikan Plato hanyalah khayalan semata.
Tidak ada satupun bukti peninggalan tertentu yang menguatkan keberadaan peradaban atau bahkan kebudayaan Atlantis.
Seharusnya di beberapa wilayah seperti di Yunani atau Mesir ada beberapa tembikar yang bentuknya khas. Namun ia meyakini sejauh ini belum ada barang tersebut.
"Kalau Atlantis itu suatu kerajaan di sebuah pulau yang besar seperti yang disebutkan Plato di peradaban yang tinggi, mana hasil budayanya? Harusnya ada tembikarnya di Yunani, Italia, Libya, Mesir, Turki dan sebagainya, sekitar Mediterania mestinya ada," ungkap Bambang kepada kumparan di kantornya di kawasan Pejaten, Kamis (10/1).
Baginya, secara arkeologis, tidak ada satupun bukti yang menunjukkan eksistensi Atlantis. Seperti yang terjadi misalnya ketika para arkeolog Indonesia menemukan tembikar khas Arikamedu India berasal dari abad ke-3 M di beberapa wilayah di Jawa.
Pernah ditemukan tembikar yang bentukannya khas yaitu ada relief kotak-kotak seperti ada di India. Nah ini menurut Bambang ada bukti keterkaitan perdagangan antara orang Nusantara di awal abad Masehi dengan penduduk India.
"Sekarang dikatakan yang sederhana saja apa barang tembikar Atlantis? Itu kita aja enggak bisa jawab. Gimana mau cari tahu di mana lokasi benua itu?" katanya.
Hal itu yang membuat Budi dan peneliti yang ada di badan ia bernaung sebenarnya tak tertarik meneliti isu Atlantis. Meski ada yang menyebut Atlantis ada di Indonesia seperti di bekas Sundaland.
Kalau kamu, percaya yang mana?