Apa yang Sebenarnya Diukur oleh Rating Televisi?

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Foto: Uzone.id

Uzone.id- Pemahaman yang salah selama ini soal rating televisi, seolah jadi mendewakan rating sebagai penentu bagus atau tidaknya sebuah tayangan di televisi.

Rating menjadi satu-satunya tujuan tiap-tiap channel untuk menayangkan konten televisi dalam bentuk dan cara apapun agar ratingnya tinggi.

Hal tersebut wajar, karena rating televisi yang selama ini ada, masih dijadikan satu-satunya patokan untuk menentukan bagus tidaknya sebuah tayangan.

Menurut Achjuman A. Achjadi dari Dattabot, salah satu perusahaan big data, mengatakan bahwa kebanyakan orang, khususnya pelaku industri televisi, hanya melihat rating sebagai angka.

“Padahal rating televisi hanya mengukur data kepermisaan. Tidak mengukur apa-apa lagi, hanya mengukur kapan televisi menyala, mati, dan channel apa yang ada,” ujar Achjuman.

Jadi tidak ada unsur suka atau tidak suka, atau kualitas dalam rating televisi. Rating televisi bisa dikatakan sebagai pola menonton dari satu stasiun televisi.

Sudah begitu, menurutnya angka tersebut hanya rata-rata dan bukan angka sesungguhnya. Jadi rating televisi tidak bisa dipakai untuk menentukan acara itu bagus atau tidak. Rating televisi hanya menentukan jumlah penonton.

Meski demikian, data dari rating masih bisa dipakai untuk mengetahui satu program itu dilihat berapa lama. Atau berapa banyak penonton yang switching atau mengganti ke stasiun televisi lain.

Di samping itu, Ananto Pratikno, former coutry manager Nielsen Indonesia juga menekankan bahwa rating itu hanya mengukur siapa yang menonton, bukan kualitas tayangan.

“Inrate merupakan metode lain. Yang akan kita lakukan adalah kolaborasi antara teknologi, riset, dan semua adalah produk lokal,” ujar Hartana, CEO Inrate.

Lebih lanjut, Hartana mengatakan, “Kemudian kami lebih mengedepankan kualitas, maka kami ada pendekatan big data analytic, sehingga lebih presisi dalam memberikan insight.”

Yang membedakan, yaitu Inrate memiliki real user, data digital, dan melakukan riset dengan big data analytic itu tadi. 

Karena itu, hasil penelitian Inrate dapat digunakan sebagai basis informasi pemetaan preferensi dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna media yang akurat.

Di samping itu, metode Inrate bersifat transparan, dapat diaudit, serta melibatkan ribuan responden yang datang dari berbagai kelas sosial dan tersebar di sepuluh pusat metropolitan di Indonesia.

“Kalau berdasarkan penonton Usee TV itu sudah ada di seluruh Indonesia. Kemudian kami akan tambah dengan data digital, kemudian kami olah dengan big data analytic. Kalau memang harus menggunakan survei panel kami juga sudah menggunakan perangkat TV Rhyme,” tambah Hartana.

Inrate memfasilitasi stasiun televisi, agensi, dan para pengiklan untuk mendapatkan raw data beserta intrepretasinya, dan dilengkapi dengan rekomendasi untuk memutuskan strategi bisnis terbalik.