Awalnya Proses Hijrah Arie Untung Disambut Kurang Positif oleh Fenita Arie

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Jalan yang kini ditempuh Fenita tidak lepas dari bimbingan Arie. Sejak memutuskan hijrah dua tahun lalu, Arie lebih religius. Di rumah ia kerap berdiskusi soal agama dengan Fenita. Tidak jarang diskusi mereka berujung dengan percekcokan. Kalau sudah begini, Arie mengalah.

“Di antara materi agama yang aku pelajari, beberapa mengenai wanita. Itu aku bagi kepada istri. Semestinya seperti ini, semestinya seperti itu, aku kasih masukan kepadanya. Tapi dia, kan argumentatif. Selalu mencari pembenaran atas pendapatnya. Kalau aku jelaskan lagi kepadanya tapi dia masih keras, ya sudah aku kembalikan kepada Allah. Biar dia berpikir sendiri,” bilang Arie. 

Proses hijrah Arie disambut kurang positif oleh Fenita. Ia merasa Arie kurang asyik. “Tiap berargumen lumayan parah. Beda frekuensi, menimbulkan konflik baru. Dia minta apa, aku tolak. Banyak banget perdebatan yang kami lewati,” kata Fenita.

Arie mengutarakan keinginannya agar istrinya berhijab. Fenita dingin menyikapinya. “Sampai dia bilang, kalau kamu enggak berhijab, kamu menyeret aku, Papa, dan anak-anak. Kalau kamu terus begini, aku enggak bisa masuk surga, lo,” Fenita menirukan ucapan Arie. Tetap, saat itu dia tak acuh. 

Fenita malah mengingatkan Arie untuk lebih lembut dalam menyuarakan agama. Sebab, banyak sekali hujatan dan pemutusan kerja sama semenjak Arie hijrah. 

“Banyak sekali ujian yang dia hadapi,” cetus Fenita. “Beberapa klien memutuskan tidak melanjutkan kerja sama dengan saya karena citra berhijrah sepertinya tidak berada dalam kampanye produk itu,” timpal Arie.

Arie ikhlas. Ia percaya rezeki diatur Allah. “Justru masya Allah rezeki yang datang tambah banyak. Semua diganti lebih,” tutur pemilik nama lengkap Arie Kuncoro Untung yang kini berjenggot.

Seiring waktu, berkat kesabaran Arie, Fenita mulai melunak. Mereka tidak lagi ribut soal agama. Fenita diam-diam mencari tahu dari segala sumber soal aturan perempuan berhijab dalam Islam.

“Aku sering bertanya-tanya, kenapa wanita harus berhijab? Kalau berhijab, bagaimana dengan pekerjaanku?” katanya. Di tengah proses itu, November 2017, Fenita mengalami sebuah insiden yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit.

Pagi itu, saat menyiapkan kopi untuk suami, air panas dari dalam teko tumpah ke kedua pahanya. “Enggak tahu kenapa, yang aku pegang badan tekonya. Bukan gagangnya yang sudah aku lapisi tisu. Aku enggak kuat panasnya di tangan, langsung saja teko jatuh dan air mendidih yang ada di dalam teko tumpah ke pahaku,” ceritanya. 

Teguran atau peringatan, yang jelas peristiwa itu menjadi bahan perenungan. Ia merasa air mendidih di dalam teko saja sudah sedemikian panas dan menyakitkan, apalagi di akhirat. “Ya Allah, ini panasnya belum apa-apa,” ujar Fenita. Peristiwa itu menjadi titik balik Fenita untuk segera hijrah. 

(ind / gur)