Ayat-ayat Cinta 2: Hawa Romantis Dalam Hidup Fahri
Fahri (Fedi Nuril) ditantang berdebat oleh mantan tentara Israel, Baruch (Bront Palarae) yang selama ini menudingnya membiayai kegiatan para teroris.
“Yang paling layak kita cintai adalah cinta itu sendiri. Dan yang paling layak kita benci adalah kebencian itu sendiri,” seru Fahri di atas mimbar debat.
Fitnah ini membuat penonton debat terperenyak. Fahri yang terpojok mendapat pembelaan dari Katrina (Dewi Irawan), seorang nenek yang ditolong Fahri saat terusir dari rumahnya sendiri.
Fahri kini tinggal di Edenburgh bersama asistennya, Hulusi (Pandji Pragiwaksono) dan kawan lamanya, Misbah (Arie Untung). Di kota itu, Fahri bertemu dengan kerabatnya, Hulya (Tatjana Saphira).
Edenbrugh menandai episode baru kehidupan Fahri. Ia bertemu banyak orang, dari anak yatim Keira (Chelsea Islan) yang begitu membencinya hingga Sabina (Dewi Sandra) yang terlunta-lunta. Pertemuan dengan beragam manusia tak lantas membuat Fahri mampu melupakan Aisha, yang menghilang di jalur Gaza.
Ayat-ayat Cinta 2 (AAC2) digadang-gadang sebagai kisah cinta terbesar dekade ini. Jika dibandingkan dengan prekuelnya, AAC2 menghidangkan lebih banyak isu.
Tak sekadar drama yang mengkondisikan karakter utamanya berpoligami. Kang Abik, demikian Habiburrahman El Shirazy disapa, menghidangkan masalah dari yang paling klise hingga aktual. Salah satunya keberagaman. Isu ini terasa relevan dengan penyakit masyarakat kita tahun ini.
Keberagaman tidak divisualkan, namun dilisankan lewat mulut Fahri. Ia memberi tahu penonton, kepindahannya ke Edenburgh karena permintaan istri. Kota ini dinilai mirip Indonesia. Dialog diakhiri dengan kesimpulan, “Pancasila itu ada di sini (hati), namun Bhinneka Tunggal Ika ada dimana-mana.”
Yang patut disanjung adalah cara Guntur menjaga alur patut disanjung. Rapi hingga di tiga perempat film. Fedi sendiri mampu menjelma kembali menjadi Fahri setelah beberapa kali memainkan karakter di film lain.
AAC2 masih mampu membuat kita meneteskan air mata, khususnya di menit-menit akhir. Masih bisa pula membuat kita tertawa, saat menyaksikan Pandji dan Arie bersenyawa.
Yang bikin beda, hawa romantis di ruang keluarga saat interaksi Hulya-Fahri menghangat. Momen ini dilapisi suara empuk Isyana Sarasvati melantun “Masih Berharap.” Lirik yang dibuat Yovie Widianto, jujur, membuat kami senyum-senyum sendiri.
Film ini menyangga beban berat. Pendahulunya mendulang 3,5 juta penonton lebih. Menjadi film pertama yang mampu menembus angka fenomenal di atas 3 juta sekaligus membuka jalan bagi film lain meraih pencapaian komersial yang lebih tinggi.
Mampukah Guntur mengulang sukses yang dipahat Hanung? Jawabannya ada di tangan Anda.
Pemain : Fedi Nuril, Dewi Sandra, Chelsea Islan, Tatjana Saphira, Dewi Irawan, Arie K. Untung, Bront Palarae, Pandji Pragiwaksono
Produser : Manoj Punjabi
Sutradara : Guntur Soeharjanto
Penulis : Alim Sudio, Ifan Ismail
Produksi : MD Pictures
Durasi : 2 jam 6 menit
(wyn / gur)
Sumber :tabloidbintang.com
Berita Terkait :
Chrisye: Perjalanan Spiritual Sang Legenda yang Kurang Utuh
RESENSI FILM Ferdinand, Ketika Banteng Enggan Melawan Matador