B20 Summit: 4 Hal Penting Dirut Telkom Soal Pemerataan Digitalisasi

pada 2 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Perhelatan G20 sudah berada di puncaknya. Salah satuengagement groupG20, yakni B20 Summit diadakan pada 13-14 November ini untuk membahas soal bisnis dan ekonomi digital. Dihadiri oleh tamu serta pembicara dari berbagai negara, Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah turut memberikan paparan di atas panggung.

Menjadi tahun ke-tiga pandemi, 2022 dianggap masih penuh tantangan karena sektor industri di dunia masih berjuang untuk kembali pulih. Salah satu faktor yang mendorong percepatan pemulihan pasca pandemi adalah digitalisasi. Ririek yang juga Chair B20 Digitalization Task Force memaparkan peran teknologi digital yang inovatif, inklusif, dan membawa pertumbuhan kolaboratif di B20 Summit kemarin (13/11).

Forum Digitalization Task Force yang terdiri dari co-chairs dan member B20 bekerja sama dengan knowledge partner telah merumuskan policy recommendation dari berbagai perspektif untuk dapat menjembatani kesenjangan digital.

Ekosistem ekonomi digital yang inklusif pada kenyataannya belum dapat dirasakan dengan setara oleh masyarakat. Dari penyampaian Ririek, ada beberapa hambatan utama sebagai faktor terhambatnya digitalisasi yang merata.

Baca juga: Was-was Resesi 2023, Erick Tohir: Ada 6 Sektor BUMN yang Jadi Prioritas

Hambatan pertama adalah tingkat kesiapan yang berbeda sehingga menghambat kemampuan negara dan bisnis untuk memanfaatkan digitalisasi sebagai pendorong utama pembangunan ekonomi nasional.

Kemudian ada hambatan seputar tantangan penyediaan infrastruktur dan literasi digital pada tiap kawasan, dukungan yang tidak memadai untuk digitalisasi UMKM, serta isu keamanan siber dan hak dasar di era digital.

Sebagai upaya untuk mengatasi tantangan ini, berikut empat poin policy recommendations yang diyakini relevan, tepat sasaran, dan dapat ditindaklanjuti.

Pertama, mendorong pemerataan konektivitas secara universal. Tujuannya menjembatani kesenjangan digital dengan mengatasi hambatan akses untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital dan layanan pemerintah.

Kedua,membangun fondasi bagi ekonomi digital yang berkelanjutan dan tangguh.

“Saat ini, ekonomi digital setara dengan 15,5 persen dari PDB global. Diperkirakan 70 persen dari nilai yang diciptakan dalam perekonomian pada dekade berikutnya akan bergantung pada infrastruktur digital yang mendukung bisnis berbasis digital,” ungkap Ririek.

Ia melanjutkan, “sangat penting untuk mempercepat pengembangan dan adopsi infrastruktur digital untuk membuka pertumbuhan dan membantu dalam membangun ketahanan di seluruh negara.”

Ketiga, menanamkan pola pikir dan literasi digital bagi setiap individu maupun pelaku UMKM sehingga dapat beradaptasi dengan baik mengikuti arus perkembangan ekonomi digital.

Keempat, memperkuat keamanan siber untuk memberikan perlindungan terbaik bagi pengalaman pengguna.

Baca juga: Tak Cuma Pertanian, Telkom Juga Genjot Sektor Perdagangan Go Digital

Untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, Telkom sebagai tulang punggung digitalisasi di Indonesia melakukan berbagai upaya melalui penguatan kapabilitas 3 pilar bisnisnya, yakni infrastruktur digital, platform digital, serta layanan digital. Sehingga kedepannya hal ini menjadi lebih dari sekadar daftar rekomendasi, namun dapat menciptakan dampak nyata bagi masyarakat.

“Sangat menarik untuk melihat bagaimana digitalisasi mendorong ekonomi ke depan. B20 Indonesia 2022 memberi kita kesempatan untuk merefleksikan tanggung jawab kita. Digitalisasi membuka peluang baru bagi banyak orang. Dengan digitalisasi, Saya yakin akan ada hari esok yang lebih baik,” tutup Ririek.

Diketahui dalam 15 tahun terakhir, ekonomi digital tercatat telah tumbuh 2,5 kali lebih cepat dari PDB Global. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Dunia, pada tahun 2023 mendatang menunjukan sebanyak hampir satu miliar orang baru terhubung dengan internet secara global, yang berarti penetrasi internet global mencapai 66 persen.

Populasi digital yang bertumbuh kian masif juga semakin mempercepat akselerasi ekonomi digital begitu pula dengan peluang digital yang semakin luas untuk dapat dieksplorasi.

Menurut data yang diperoleh dari Microsoft Manufacturing Report tahun 2019, dari sisi infrastruktur digital diproyeksi adanya senilai USD19,5 triliun potential value unlocked yang diperoleh dari pengembangan big data, AI, dan IoT di seluruh dunia.

Lebih luas lagi, digitalisasi juga membawa dampak positif bagi lingkungan. World Economic Forum memperkirakan bahwa digitalisasi berpotensi mengurangi emisi karbon sebanyak 15 persen, dengan terus bertransformasi, digital dapat mendatangkan nilai positif tidak hanya bagi masyarakat namun juga untuk lingkungan yang berkelanjutan.