Banyak hal yang sebenarnya kurang dipahami oleh masyarakat khususnya bidang kesehatan. Sumber-sumber yang bisa menyebabkan penyakit terkadang diacuhkan oleh masyarakat. Padahal sumber tersebut berada dalam keseharian mereka. Salah satu sumber penyebab penyakit adalah memakan sayur dan buah.
Tentu tidak semua sayur dan buah dapat menyebabkan penyakit. Menurut Arief Budi Yulianti, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Bandung, Jawa Barat, sayur dan buah yang terpapar pestisida secara berlebih akan memancing penyakit khususnya parkinson dalam tubuh.
Pestisida sendiri merupakan toksik yang akan berdampak pada kesehatan manusia. Terdapat zat aktif berbahaya yang akan memancing penyakit parkinson dalam tubuh. Parkinson merupakan penyakit neuro-degeneratif berupa kematian neuron di otak tengah bagian dari batang otak. Lebih mudahnya penyakit parkinson bisa dijelaskan sebagai penyakit yang merusak sistem syaraf. Hal ini telah diujikan kepada seekor tikus dan terbukti bahwa pestisida mampu menyebabkan parkinson.
Parkinson memiliki gejala awal berupa tremor, kaku otot, lambat gerak, serta tubuh yang tidak stabil. Penderita penyakit ini akan merasa mudah sekali ingin terjatuh, kemudian disusul oleh gerakan tubuh di luar kendali. Sebuah data yaitu epidemiologi menyatakan bahwa penderita parkinson pada 2030 akan meningkat dua kali lipat dengan jumlah penderita terbanyak di Asia.
Pestisida mungkin sudah tidak asing didengar masyarakat. Masyarakat juga sudah sering mendapatkan penyuluhan mengenai bahaya pestisida yang akan merusak tubuh. Penyakit yang ditimbulkan oleh pestisida bisa disebut juga sebagai silent disease.
Ini merupakan penyakit yang ditimbulkan dengan jangka waktu yang panjang. Penyakit tidak langsung datang secara instan, namun perlu waktu untuk merusak bagian dalam tubuh terlebih dahulu. “Bisa saja efek yang ditimbulkan oleh penyakit ini baru muncul ketika 10 atau 30 tahun yang akan datang.” ujar Arief.
Masyarakat juga terkadang meremehkan efek yang ditimbulkan. Biasanya kasus tremor dapat ditemui pada orang lanjut usia yang kemudian akan berpengaruh pada getaran tak disadari yang dialami oleh tubuhnya. Banyak anggapan bahwa ini adalah kondisi lazim ketika tua nanti. Namun jangan terlalu menyepelekannya, bisa jadi tremor ini adalah gejala parkinson yang sudah menggerogoti tubuh selama bertahun-tahun.
Petani merupakan orang pertama yang akan dengan mudahnya terpapar pestisida. Mereka hampir setiap waktu mengurus ladang dengan pestisida. Keamanan dalam melakukan penyemprotan pestisida juga terkadang tidak diindahkan oleh mereka.
“Padahal terdapat aturan jika ingin menyemprot pestisida. Seperti harus berlawanan arah angin, menggunakan masker dan sarung tangan, dan lain sebagainya.” ujar perempuan yang juga menjadi dosen Biologi Medik ini. “Tapi nyatanya apa? Mereka terkadang tidak menjalankan sesuai aturan. Seenaknya aja, bahkan sambil merokok.”
Sehubungan dengan petani yang menjadi kelompok dalam masyarakat yang berisiko terpapar pestisida, Arief beserta keempat rekannya membuat sebuah penelitian mengenai tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap pengaruh pestisida. Sebuah desa yang berada di Kecamatan Cicalengka yaitu Desa Tanjung Wangi menjadi subjek penelitian.
Kepekaan warga Desa Tanjung Wangi terhadap bahaya pestisida sudah baik. Mereka tahu sebenarnya pestisida adalah toksik yang akan mengganggu sistem kesehatan tubuh. Terdapat pula seorang penyuluh yang bekerja untuk mengingatkan akan hal tersebut.
Namun muncul sebuah masalah apabila pelarangan pestisida dilakukan. Tentu ini akan menjadi sebuah konflik antara pemerintah yang menetapkan peraturan dengan pembuat pestisida. Pabrik pembuat pestisida bisa menolak peraturan pelarangan karena akan berimbas pada kegiatan produksinya. Lagi-lagi ekonomi juga menjadi suatu hambatan dalam penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu petani yang menggunakan pestisida, bahwa jika menggunakan bahan lain tidak akan ampuh membunuh hama.
Pestisida seperti biopestisida aman digunakan oleh petani. Tidak hanya petani yang diuntungkan karena berkurangnya toksik, tapi juga bagi konsumen. Biopestisida seperti bawang merah dan serai terbukti mampu mengurangi hama yang menjadi musuh petani.
Akan tetapi biopestisida memang memerlukan waktu pembuatan yang lebih lama dibandingkan pestisida kimia. Bawang atau serai harus diproses sedemikian lama agar bisa terambil sarinya sebagai pestisida. Hal ini yang membuat petani kurang meminati biopestisida. Ditambah lagi pembelian pestisida kimia yang mudah tanpa adanya aturan membuat petani tetap bertahan.
Aturan mengenai pembelian pestisida memang telah diberlakukan oleh pemerintah. Tapi masih ada saja oknum tidak bertanggung jawab yang memudahkan pembelian pestisida, padahal pestisida tergolong racun yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Parkinson hingga kini belum ada obat penyembuhnya. Obat untuk parkinson biasanya hanya untuk penenang syaraf. Namun demikian tubuh tidak akan seutuhnya sembuh dari parkinson. Pada parkinson tingkat lanjut, pasien akan diberikan obat yang akan berpengaruh pada kerusakan lambung. Hal ini dikarenakan dosis obat dan kandungan di dalamnya yang cukup kuat untuk merusak lambung.
Pada pasien tingkat lanjut juga akan diberikan alat pada tubuhnya untuk memulihkan penyakit parkinson yang dialami. Tentu ini bukan perkara kecil. Urusan dengan nyawa akan terus terbayang jika masih berada pada siklus penggunaan pestisida ini.
“Sudah sewajarnya pemerintah menjatuhkan sanksi bagi siapa pelanggar aturan dalam menggunakan pestisida. Hal ini karena dampak yang ditimbulkan cukup kompleks bagi semua orang.” ujar Arief.
Akan tetapi masyarakat tidak perlu terlalu paranoid terhadap makan sayur dan buah. Biasakan sebelum mengonsumsi, cuci dengan air mengalir dan gunakan sabun pencuci buah dan sayur hingga bersih. Hal ini setidaknya dapat menghindari anda dari paparan pestisida. Jadi masih menganggap remeh efek pestisida?