Bahaya yang Mengintai Kesehatan Tubuh yang Ditato

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Banyak masyarakat yang merasa senang memiliki tato karena alasan keren dan gagah. Padahal, gambar permanen di kulit tersebut selain mencerminkan tidak bersih, juga tidak baik bagi kesehatan kulit.

Menurut dokter spesialis kulit, dr Juni Cahyati dari Islamic Medical Services (IMS), tinta yang digunakan untuk tato merupakan tinta yang tidak diperuntukkan untuk kulit, namun untuk kertas dan kain. Selain itu, tinta tersebut mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan kanker (karsinogenik) yaitu benzopiren.

"Tato permanen itu lama kelamaan akan masuk ke lapisan kulit lebih dalam. Lama-lama gambarnya juga tidak bagus. Kalau kulitnya sensitif atau punya alergi bisa jadi alergi kronis atau bengkak kronis, bisa juga kanker kulit," ungkap dr. Juni Cahyati kepada Republika.co.id dalam Layanan Hapus Tato Gratis di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Sabtu (27/1).

Belakangan banyak masyarakat yang mempunyai tato menyesal dan ingin menghapus tatonya. Sayangnya, cara untuk menghapus tato sangat sulit sehingga membutuhkan biaya yang besar.

Ada beberapa cara untuk menghapus tato secara permanen. Pertama, dengan melakukan demabrasi yaitu menggosok atau mengamplas permukaan kulit yang terdapat tato hingga halus dan tato hilang.

Kedua, dengan melakukan bedah kulit, membuang kulit bertato dan melakukan transplantasi kulit yang sehat di bekas kulit bertato. Namun, kedua cara tersebut memiliki risiko infeksi hingga timbulnya keloid atau bekas luka yang menonjol.

Cara yang relatif aman dengan menggunakan operasi laser yaitu menembakkan laser ke tato. Dalam Layanan Hapus Tato Gratis ini, mesin laser yang digunakan adalah Laser Q switch ND Yag yang menargetkan untuk menembak pigmen warna gelap atau hitam (melanin) dan warna merah (hemoglobin).

"Warna-warna ini mungkin hilang 80-90 persen, hampir bersih. Kecuali warna kuning harus dengan laser lain," ujar dr Juni.

Para pemilik tato yang ingin membersihkan tatonya wajib melakukan cek kesehatan mulai dari tekanan darah, gula darah, hepatitis B, hingga HIV. Selain itu juga akan dicek apakah pemilik tato memiliki risiko tinggi keloid.

Setelah dipastikan kesehatan pasien pemilik tato, operasi laser bisa dilakukan. Namun hanya sebagian kecil tubuh saja yang bisa ditembakkan laser, karena ada batas panas toleransi tubuh, dan itu pun harus dilakukan secara bertahap hingga bersih. Jadi untuk seseorang yang memiliki banyak tato, harus menyembuhkan sedikit demi sedikit bagian tubuhnya yang digambar tato.

Kendati relatif aman dibandingkan metode lainnya, operasi laser ini juga memiliki risiko. Apabila micro lesion (luka kecil) bekas laser tidak dibersihkan dan dirawat dengan baik, serta tidak meminum antibiotik, maka bisa menimbulkan infeksi.

"Selain itu biayanya juga mahal. Untuk tato yang panjangnya seperti handphone, bisa kena biaya Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta, belum termasuk biaya konsultasi. Tapi sayangnya yang punya tato justru banyak masyarakat ekonomi lemah," tutur dr Juni.

Untuk itu ia menyarankan agar masyarakat tidak menggunakan tinta permanen tersebut di tubuh.