Bahkan Pengemis Terima Uang Elektronik di China
Dompet warga Beijing belakangan ini tipis. Uang di dalamnya bisa dihitung dengan jari, selembar atau dua lembar, beberapa koin recehan, sisanya kosong melompong. Tapi ini bukan lantaran warga Beijing jatuh melarat.
Saat ini jutaan warga ibu kota China ini tidak lagi menggunakan uang fisik untuk bertransaksi. Mereka ramai-ramai beralih ke uang elektronik. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar, aplikasi WeChat, dan deposit uang ke rekening virtual, mereka bisa bertransaksi hanya dengan kode QR.
Kiranya inilah fenomena yang disaksikankumparan(kumparan.com) ketika menyambangi Beijing pekan ini.
"WeChat adalah segalanya bagi warga China. Kami bisa membeli apa saja, apa saja, dengan WeChat," kata seorang warga Beijing Wang Ruliu kepada kumparan, Kamis (26/10).
WeChat adalah "mbahnya" aplikasi di China. Aplikasi ini menjadi alternatif pengganti bagi WhatsApp, Facebook, dan Twitter --semuanya diblokir di China.
Menurut Wang saat ini hampir seluruh toko menerima pembayaran elektronik, baik dengan WeChat atau AliPay.
Membeli minuman divending machine, membeli pakaian, membayar taksi, bahkan jika ingin beli satu batang pensil, bisa juga dengan aplikasi ini.
"Asal harganya lebih dari 1 sen yuan," kata Wang lagi.
Cara membayar dengan uang elektronik ini juga mudah. Wang hanya perlu memindai QR code di kasir dan mentransfer uang dengan aplikasi di ponselnya. Ini bahkan lebih cepat ketimbang harus membuka dompet, menghitung uang, dan menunggu kembalian.
Pembayaran dengan WeChat juga bisa digunakan untuk penyewaan sepeda yang sedang tren di Beijing --bisa dilihat dari ratusan, bahkan mungkin ribuan, sepeda bike-sharing di pinggir jalan.
Mereka tinggal memindai QR code di kunci sepeda dan gemboknya akan terbuka. Untuk setiap 30 menit, hanya dikenakan biaya 0,5 yuan atau sekitar Rp 1.000.
Sedekah dengan Uang Elektronik
Uang elektronik ini digunakan di Beijing oleh semua lapisan masyarakat, dari kelas atas hingga bawah. Bahkan menurut Wang, pengemis di kota itu kini juga menerima sedekah dengan uang elektronik.
"Pengemis di kota ini menerima uang elektronik dengan WeChat," kata Wang.
"Mereka memiliki QR code, yang ingin sedekah hanya perlu memindainya dan memberikan uang elektronik," lanjut dia.
Sayangnya, kumparan tidak berhasil menemui pengemis di jalanan kota Beijing. Menurut Wang, para pengemis di ibu kota untuk sementara disingkirkan selama berlangsungnya Kongres Partai Komunis yang berakhir pekan ini.
Tidak hanya untuk pengemis, uang elektronik pada WeChat juga bisa digunakan untuk memberi angpao ketika perayaan Tahun Baru China. Beberapa kuil Buddha di China juga mulai menerapkan sedekah dengan uang elektronik ini.
Tencent, perusahaan pembuat WeChat, pada Juli lalu melaporkan ada 938 juta pengguna aktif aplikasi tersebut per bulannya. Jumlah ini hampir menyamai Facebook Messenger dan WhatsApp yang punya 1,2 miliar pengguna aktif per bulan.
WeChat memiliki semua fungsi dari aplikasi berbagi pesan yang ada saat ini, mulai dari chat, telepon, video call, dan mendeteksi pengguna di sekelilingnya. Tak heran, masyarakat China keranjingan WeChat --seperti halnya kita yang "kecanduan" media sosial.
Jika ponsel hilang, "Itu adalah bencana," kata warga Beijing lainnya, Andrew, kepada kumparan.
"Tapi saya tenang, karena pembayaran dengan WeChat memerlukan identifikasi pemilik, seperti sidik jari. Jadi tidak akan disalahgunakan," lanjut dia.
Laporan: Denny Armandhanu dari Beijing, China