Banjir Terparah Hantam Kawasan Perkotaan Cianjur

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Puluhan rumah di pinggiran Sungai Cianjur rusak akibat diterjang banjir bandang, Sabtu 7 April 2018 malam. Beberapa hunian di Kelurahan Sayang rusak parah akibat tergerus arus sungai yang deras selama beberapa jam. Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.

Banjir kiriman dari kawasan Cipanas menjadi faktor utama terjadinya banjir di kawasan perkotaan Cianjur itu. Air bah dari wilayah yang lebih tinggi tersebut membuat luapan air sungai semakin tinggi sehingga merendam jembatan dan rumah warga.

Berdasarkan data, 10 rumah mengalami rusak berat, 20 rusak ringan, dan 50 lainnya terendam banjir. Sejak Sabtu malam hingga Minggu pagi, petugas terkait yang dibantu masyarakat masih melakukan upaya pembersihan material yang terbawa banjir.

"Ini merupakan banjir terparah di perkotaan, sejak puluhan tahun lalu tidak pernah terjadi banjir seperti ini. Air sangat tinggi, lebih dari banjir yang biasanya," kata Camat Cianjur Kota, Yudi Sahartoyo, Minggu 8 April 2018.

Menurut dia, hunian yang berada tepat di pinggir sungai tidak bersisa sama sekali setelah tersapu air bah. Sejumlah akses di perkampungan juga terputus dan banyak hunian warga terendam lumpur.

Hingga Minggu pagi, area Jalan Amalia Rubini masih diselimuti lumpur yang membuat lalu lintas terhambat. Di sejumlah rumah dan pertokoan, warga sibuk membersihkan material tanah serta bangunan yang terbawa arus.

Menurut beberapa warga, banjir mencapai setinggi dada orang dewasa. Tidak heran, rumah yang berhadapan langsung dengan sungai atau saluran irigasi terdampak cukup parah.

"Proses pembersihan di sungai juga sempat terkendala karena ada batang pohon yang melintang. Makanya, sampah dan material lainnya jadi menghambat aliran air, tapi akhirnya bisa dipindahkan. Sekarang fokus ke jalan dan bangunan sekitar," ujar Yudi.

Ia memperkirakan, dibutuhkan waktu hingga dua hari ke depan untuk memulihkan kondisi jalan yang direndam lumpur. Terkait kerugian atas kerusakan bangunan, Yudi masih melakukan pendataan lebih lanjut.

Momentum tepat

Sementara itu, Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, bencana alam itu akan menjadi dorongan dilakukannya penertiban Daerah Aliran Sungai atau DAS.

"Ini sudah jadi peringatan nyata bagi masyarakat yang masih tinggal di pinggiran sungai. Sudah sejak lama diperingatkan untuk pindah, tapi mereka kekeuh tinggal. Kalau sudah begini, mau bagaimana?" kata Herman saat menyisir area banjir.

Menurut dia, padatnya pemukiman di sekitar DAS menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. Soalnya, banyaknya bangunan menyebabkan penyempitan sungai.

Selain itu, kondisi alam yang juga mulai rusak karena banyak pohon gundul dan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan turut menjadi faktor terjadinya bencana alam.
"Ketiganya jadi faktor penyebab, makanya sekarang diutamakan penertiban dulu. Ini momentum yang tepat untuk menertibkan," ucapnya.

Herman mengatakan, sejumlah wilayah yang dialiri air Sungai Cianjur seperti Cipanas, Pacet, Cugenang, hingga ke daerah hilir sungai ikut terdampak. Diperkirakan, ratusan bangunan terdampak banjir besar tersebut.

"Sementara kondisi saat ini, masyarakat tidak usah khawatir soal air bersih. Kami sudah suplai dari PDAM langsung ke daerah-daerah terdampak," kata Herman.

Informasi lanjutan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Cianjurmenyebut, hujan deras Sabtu malam menyebabkan bencana di 13 kecamatan. Namun, Cianjur kota dan wilayah Pasirkuda menjadi area terparah karena diterjang banjir serta puting beliung.

BPBD masih melakukan proses pemantauan bersama pihak terkait. Petugas telah disebar dan penanganan pascabencana juga diintensifkan.***