Beban Operasional Tinggi, OpenAI Boncos Rp81 Triliun Tahun Ini

pada 2 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id —Popularitas ChatGPT memang masih terus melejit hingga sekarang. Sayang, popularitas ini tidak sejalan dengan keuntungan yang didapat oleh OpenAI sebagai induk perusahaan.

Dalam laporan terbaru, OpenAI dilaporkan memperoleh pendapatan sebesar USD300 juta pada bulan Agustus tahun ini, naik 1.700 persen sejak awal tahun 2023. OpenAI juga memperkirakan penjualan tahunan mereka mencapai USD3,7 miliar di tahun 2024.

Namun, di saat yang bersamaan OpenAI memperkirakan akan mengalami kerugian sekitar USD5 miliar atau sekitar Rp81 triliun tahun ini. Dalam laporan Pymnts, Senin, (30/09), kerugian ini disebabkan oleh biaya operasional, gaji karyawan, dan biayaoverhead.

 

 

Di momen kritis ini, OpenAI disebut sedang mengejar putaran pendanaan dengan nilai USD150 miliar dimana Thrive Capital dan Tiger Global sebagai salah satu investornya.

Pendanaan ini datang pada saat yang sangat tepat bagi perusahaan, dimana OpenAI saat ini mengalami pertumbuhan yang tak sesuai harapan, apalagi baru-baru ini beberapa eksekutif dan peneliti mereka resign secara bersamaan.

Laporan soal keuangan OpenAI juga muncul berdekatan dengan pengunduran diri beberapa orang penting OpenAI, salah satunya adalah Mira Murati yang menjabat sebagai CTO (sekaligus mantan CEO interim) OpenAI.

 

 

OpenAI sendiri mencatat adanya peningkatan besar dalam jumlah pengguna ChatGPT saat ini, hingga Agustus 2024, terdapat 350 juta orang menggunakan layanannya pada bulan Juni ini.Tahun ini, OpenAI mengantisipasi pendapatan sebesar USD2,7 miliar dari ChatGPT, naik USD700 juta dibandingkan tahun lalu. 

Oleh karena itu, untuk mencapai target ini, OpenAI berencana untuk menaikkan harga layanan dari USD20 per bulan menjadi USD22 di akhir tahun nanti. Kenaikan harga ini rencananya juga akan terus dilakukan hingga 5 tahun yang akan datang, dimana nantinya ChatGPT akan dibanderol dengan biaya langganan sebesar USD44 per bulannya.