Bekerja Memeluk Orang, Perempuan Ini Dibayar Rp 860 Juta per Tahun
Seorang ibu asal Australia memilih melakoni profesi unik, yaitu ahli terapis peluk. Lewat profesinya ini, ia mengaku dapat menghasilkan sekitar 58 ribu dollar atau sekitar Rp 860 juta per tahun.
MenurutFox News(26/8), ibu dari tiga anak ini bernama Jessica O'Neill (35), asal Gold Coast, Queensland, Australia. O'Neill mengaku tarif memeluk selama sejam adalah 60 dollar atau sekitar Rp 880 ribu rupiah.
Lewat profesinya ini, ia berharap dapat membantu orang-orang kesepian dan depresi agar merasa dicintai dan dihargai.
Menurut O'Neill, saat menjalani pekerjaan, ia merasa selalu menjadi orang yang sangat penyayang dan selalu memeluk orang.
"Ibu saya dulunya adalah orang yang sangat penyayang ketika saya kecil. Pelukannya selalu membuat semuanya menjadi baik-baik saja meski ada hal buruk yang sedang terjadi," sebut O'Neill.
Meski sering memeluk orang, suaminya yang bernama Jason (34) mengaku tidak keberatan dengan profesi yang digeluti istrinya ini, meski mayoritas klien O'Neill adalah pria.
"Jason sangat suportif dan mengerti akan profesi saya. Dia menyukai apa yang saya lakukan dan menganggap hal itu baik," ungkap O'Neill.
Ketika ditanya mengenai awal mula ia memulai profesi ini, O'Neill berujar "Semua berawal saat saya mulai memberikan klien saya pelukan saat konseling. Lewat cara ini, saya melihat kecemasan dan beban yang mereka hadapi berkurang, setelah itu saya dapat mengetahui akar permasalahan mereka dan menemukan cara menyembuhkan mereka."
"Pertama kali saya mendengar soal terapi peluk adalah enam tahun lalu, sejak itu, saya memberitahu semua orang kalau saya ingin melakukannya."
O'Neill memasang tarif 60 dollar per jam hanya untuk sesi 'pelukan intim', 80 dollar untuk pelukan ditambah sesi konseling, dan 110 dollar untuk sesi persahabatan, yaitu pelukan dan secangkir kopi. Selama setahun ia memperoleh penghasilan sebesar Rp 860 Juta.
Ia juga menambahkan "Sebelum kami memulai sesi pelukan, kami melakukan meditasi dulu untuk koneksi menuju ke level spritual. Kemudian, kami akan duduk di atas kursi dan saling berhadapan, lalu memulai pembicaraan kecil tentang apa yang mereka harapkan lewat terapi pelukan ini."
Menurut O'Neill, semua kliennya memiliki permasalahan yang beragam. Namun, umumnya mereka menderita akan kesepian, depresi, isolasi, dan kecemasan.
"Semua kasus itu pada dasarnya memiliki prinsip sama, mereka membutuhkan koneksi dengan seseorang."
Setelah sesi pelukan berakhir, para klien O'Neill mengaku puas dengan terapi tersebut.
"Mereka semua sangat menyukainya, hidup mereka seperti terisi kembali dengan cinta dan kasih sayang. Saya merasa sangat aman dan nyaman, saya menyukai apa yang saya lakukan."