Belajar dari Masyarakat Luar Negeri, Ini Etika Naik MRT di Jakarta
Ilustrasi. (Unsplash)
Uzone.id- Singapura merupakan salah satu negara dengan moda transportasi umum yang mumpuni. Saat ingin bepergian dari satu daerah ke daerah lain di Singapura, kamu bisa mengandalkan keretaMass Rapid Transit(MRT) yang nyaman dan mudah.
Hanya saja, ada banyak aturan yang diterapkan dalam menggunakan MRT di Singapura. Kalau tidak mematuhinya, kamu bisa kena denda, ditegur petugas setempat, atau dipandang sinis oleh masyarakat setempat.
MenurutLivinginsingapore.orgdanRapplerberikut ini beberapa panduan naik MRT di Singapura dan Manila. Kamu bisa menjadikannya bahan pembelajaran, sebelum naik MRT di Jakarta.
Baca juga:Aceh Bersiap Menjadi Destinasi Wisata Halal?
Mendahulukan penumpang yang turun
Penumpang yang ingin naik harus menunggu penumpang yang turun terlebih dahulu. Menunggu pun tidak boleh sembarangan. Kamu harus berdiri di kanan dan kiri pintu MRT, sehingga penumpang yang turun bisa berjalan lewat tengah. Setelah itu, kamu baru bisa naik.
Tempat duduk khusus
Kursi terdekat dengan pintu disediakan khusus untuk lanjut usia, penyandang disabilitas, perempuan hamil, atau orang tua dengan anak-anak. Sering kali, bahkan di jam-jam sibuk, kursi tersebut dibiarkan kosong, sehingga orang yang membutuhkan bisa langsung duduk.
Baca juga: Tanjung Puting Tawarkan Sensasi Susur Sungai Seperti Amazon
Tidak boleh makan dan minum
Stasiun dan kereta MRT Singapura bersih dan terawat. Alasan kebersihan tetap terjaga, karena penumpan dilarang makan dan minum.
Tidak boleh membawa durian
Untuk menjaga kenyamanan semua penumpang,Singaporean Transit Authoritytelah melarang penumpang membawa durian ke MRT. Kalaugaksabar ingin mencicipinya, kamu bisa memakannya di dekat tempat membeli durian. Kalau nekat membawa durian ke MRT, kamu bisa kena denda yang cukup banyak.
Baca juga: Kuliner Akhir Pekan: Icip Topokki Enak dan Murah di Yeobo Topokki
Jangan menelepon dengan suara keras
MengutipRappler, salah satu etika naik MRT di Manila, Filipina, yaitu jangan berbicara terlalu keras. Bercakap-cakap via telepon atau dengan sesama penumpang bisa membuat penumpang lain tidak nyaman.
Dengan begitu, kamu dianggap tidak dapat menghargai ketenangan orang lain di transportasi umum. Kamu lebih baik berbicara dengan nada pelan atau menunda mengangkat telepon.