Berkaca dari Rachel Vennya, Ini Tips Mencegah Doxing

pada 4 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Ilustrasi (Antoine Beauvillai - Unsplash)

Uzone.id- Rachel Vennya ramai dibicarakan netizen setelah selebram itu membagikan foto profil akun perempuan bernama Fathin di media sosial. Rachel melakukan itu karena kesal Fathin telah menghinanya.

Merasa belum cukup bikin Fathin jera, Rachel lalu membuat sayembara uang Rp15 juta GoFood kepada siapa pun yang bisa mendapatkan data pribadi Fathin secara lengkap.

"Bayar orang lacak ip address? Mager ah org masih pake akun asli, tinggal bikin sayembara, yang kenal Fathin kalo tau biodata lengkap nama alamat dll aku kasih 15 juta buat gofood sekampung yang paling lengkap yang menang ampe hobby si fathin juga boleh, email ke rachelvennya23@gmail.com,"kata Rachel Vennya.

Namun, bukannya mendapat simpati, Rachel malah mendapat kritik karena tindakannya itu bisa berubah jadi doxing. Apa yang dilakukan Rachel bisa jadi bumerang karena Fathin bisa menuntut balik jika sampai data pribadinya 'ditelanjangi'.

Kadiv Kebebasan Berekspresi SAFEnet Nenden Sekar Arum pun mengatakan kepada media, Minggu (30/5/2021) bahwa apa yang dilakukan Rachel masuk dalam kategori doxing. "Apalagi tujuannya untuk memburu," kata Nenden.

Doxing juga diatur dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE) nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan UU No 11 tahun 2008.

Kaspersky menjelaskan doxing merupakan praktik mengumpulkan informasi pribadi dengan tujuan mempublikasikannya atau menggunakannya dengan cara lain untuk merugikan seseorang.

BACA JUGA:YLKI: E-Commerce Jadi Aduan Terbanyak Kedua Setelah Jasa Keuangan

Ancaman doxing

Kaspersky menjelaskan bahwa berbagi dan memberi geotag pada foto, mengunggah dokumen ke cloud, menginstal aplikasi baru, dan bahkan menjelajahi toko ritel online – kita akan selalu dihadapkan dengan pengelolaan data pribadi setiap hari, disadari atau tidak.

Salah satu ancaman yang dihadapi pengguna online dari segala usia, profesi, dan latar belakang adalah doxing.

Untuk membantu pengguna memperoleh kembali kendali atas data mereka dan melindungi dari doxing, pakar privasi Kaspersky telah mengembangkan daftar periksa (checklist) yang komprehensif tentang cara menangani data pribadi secara bertanggung jawab, tanpa membuatnya kompleks.

Penelitian Kaspersky menunjukkan bahwa menjaga data pribadi akhirnya menjadi perhatian utama, dengan 50 persen konsumen mengklaim bahwa mereka tidak akan lagi menggunakan penyedia layanan online setelah pelanggaran data, dan 57 persen mengungkapkan kekhawatiran tentang keamanan dan privasi mereka yang terpengaruh oleh perangkat cerdas yang terhubung ke internet.

"Kekhawatiran ini beralasan, karena pengguna online menghadapi risiko data setiap hari," kata Kaspersky kepadaUzone.idmelalui email.

Semua manusia masih terus belajar mengenai cara membangun hubungan tepat dengan teknologi, sehingga kita dapat lebih mempercayainya dalam hal berbagi data pribadi.

"Misalnya, foto KTP dari seorang remaja yang baru saja mendapatkan kartu identitasnya mungkin berakhir di tangan penipu keuangan. Foto Anda dari pesta terbaru mungkin muncul secara online tanpa persetujuan dan jam tangan pintar anak Anda mungkin menyiarkan lokasi mereka live seharian penuh," imbuhnya.

Meskipun beberapa risiko - seperti kebocoran data dan serangan ransomware pada organisasi - sebagian besar berada di luar kendali pengguna, ancaman lain, seperti doxing, dapat ditangani sendiri oleh pengguna.

Doxing dimungkinkan karena ada begitu banyak saluran publik (forum, media sosial, dan catatan aplikasi) tempat data pengguna terekspos, namun itu dapat dicegah.

Pakar privasi Kaspersky, dengan bantuan dari pakar eksternal, membuat panduan singkat yang akan mengurangi risiko dan tekanan mental dari kehilangan data serta mengurangi potensi doxing bagi para pengguna.

Daftar periksa, yang dibagi menjadi tiga bagian, membahas cara menangani data yang dapat dan tidak dikontrol, seperti aktivitas browser dan pelacakan aplikasi, dan data orang lain yang mungkin kamu temui.

Dengan memberikan pengetahuan dan alat yang tepat kepada pengguna untuk membantu menavigasi internet dengan aman, mereka dapat memahami dan mengalami lebih sedikit tekanan digital, untuk menikmati teknologi, tanpa rasa khawatir.

“Dengan kehidupan manusia yang begitu erat dengan dunia digital, tidak heran jika kita menghadapi ancaman online secara signifikan. Alat untuk mengekspresikan diri juga dapat menjadi bumerang bagi kita, dengan 'doxing' yang hingga kini terus mendapatkan popularitas sebagai cara untuk menghukum dan merugikan orang," tutur Anna Larkina, pakar keamanan senior di Kaspersky..

Namun, kata Anna, sayangnya, tidak mungkin untuk mengontrol semua yang ada secara online tentang kita, tetapi jelas merupakan ide yang baik untuk mengambil beberapa langkah pencegahan.

Menurut Anna, untuk menjaga keamanan data seseorang dan mengurangi risikonya, kita perlu berhati-hati tentang dengan siapa kita membagikan data, dan mengambil tindakan pencegahan tertentu untuk tetap menjaga data berharga tersebut dalam kendali.

"Untungnya, tindakan pencegahan dapat diselesaikan dengan menginstal dan mengelola alat privasi yang tepat, seperti pengelola kata sandi atau ekstensi browser yang mengaktifkan privasi," katanya.

Adam Dodge, CEO Endtab.org, menambahkan bahwa meskipun doxing mungkin tidak ada dalam radar semua orang, namun sebaiknya itu menjadi perhatian utama. Ini terutama berlaku bagi orang tua.

"Meskipun siapa pun dapat menjadi target, Doxing kerap menjadi bahaya yang muncul dalam bentuk seperti penindasan maya dan pelecehan kencan remaja. Dengan menyadari adanya urgensi atas bahaya doxing, kita dapat membantu menjaga diri dan anak-anak kita lebih aman saat online, ” kata Adam.