Bersyukurlah, Maka Anda Akan Lebih Merasa Optimis

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

 

Coba ingat, kapan Anda terakhir kali merasa bersyukur?

Penelitian yang dilakukan Robert Emmons menunjukkan manfaat mengekspresikan apresiasi dan rasa syukur.

Dalam studinya tahun 2003, Robert menyebut orang-orang yang menulis rasa syukur dalam jurnalnya setiap minggu punya kecenderungan lebih optimistis, lebih sedikit bermasalah dalam hal fisik, dan lebih banyak melakukan latihan fisik.

Hasil ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat banyak agama yang mempraktekkan rasa syukur sebagai salah satu kebiasaan yang baik.

Dengan manfaat positif yang disebut Robert, mengapa tidak berlatih mengucap rasa syukur mulai sekarang?

Berikut 5 saran yang diberikan Jonathan Kaplan, PhD, pendiri Urban Mindfulness sekaligus Direktur Program Manajemen Stres di American Institute for Cognitive Therapy, New York City.

- Pertimbangkan apa yang layak Anda syukuri sepanjang tahun lalu
Tuliskan 10 hal sambil melengkapi kalimat "Saya merasa bersyukur atas....." Apa pun yang ada dalam daftar Anda, tidak harus sesuatu yang besar. Hal-hal remeh kadang kala terabaikan.

Tak usah bersyukur atas keberadaan dunia tempat Anda hidup, namun ada baiknya kalimat Anda merefleksikan apa yang benar-benar dirasakan, bukan yang semestinya Anda rasakan. Mungkin Anda butuh waktu untuk merenung sebelum benar-benar memutuskan apakah yang nanti Anda tuliskan itu layak atau tidak.

- Berbagi rasa syukur bersama teman dan kerabat
Luangkan waktu untuk mendiskusikan apa-apa saja yang patut disyukuri tahun lalu bersama kerabat dan teman-teman Anda. Berbagi rasa seperti ini bukan hanya makin mengakrabkan, tapi juga menjadi saat-saat berharga karena adanya ungkapan apresiasi secara langsung. Percaya atau tidak, ungkapan yang diucapkan di hadapan orangnya, akan terasa lebih bermakna.

- Pikirkan siapa saja yang telah mendukung Anda hingga sampai di titik ini
Coba ingat, siapa saja yang telah membantu, mengasihi, dan memberi dukungan pada Anda selama ini? Kirimkan ucapan terima kasih, apakah itu dalam bentuk doa atau mengungkapkannya secara langsung. Hal yang lumrah jika keluarga termasuk orang-orang terdekat yang mendukung selama ini. Jadi jangan pernah melupakan keluarga, merekalah orang-orang terpenting yang akan selalu terikat dengan Anda.

- Pertimbangkan lagi amarah atau penyesalan Anda yang ditujukan pada anggota keluarga
Namanya keluarga, wajar jika hubungannya seperti roller-coaster, naik turun. Dan karena masih ada ikatan keluarga, tidak jarang jika sesuatu yang positif dianggap angin lalu. Sebaliknya ada kecenderungan untuk lebih fokus pada semua ketidakadilan yang dirasakan. Artinya hanya sedikit memberikan apresiasi. "Kan sudah seharusnya dia begitu sebagai anak sulung" atau "Sudah dari sananya orangtua bertindak begitu terhadap anak-anaknya" dan banyak lagi.

Coba saja ingat, berapa kali Anda bertengkar atau beradu argumen dengan orangtua? Dulu, Anda melihat tindakan mereka seperti menghalangi pertumbuhan emosional Anda sebagai remaja. Padahal mereka sudah mencoba melakukan yang terbaik, mengendalikan dan membesarkan keluarga dengan segala kesulitannya.

Walau hasilnya tidak sempurna, ada yang bisa Anda apresiasi bahkan patut disyukuri. Mungkin ada yang mereka korbankan demi kebahagiaan anak-anak. Daripada mengingat saat-saat seru bertengkar, mendingan coba cari tahu cara-cara seperti apa saja yang dilakukan keluarga untuk membahagiakan Anda dan lupakan hal-hal buruk yang pernah ada. Bagaimana pun, mereka adalah keluarga Anda.

- Bantu orang lain
Tawarkan diri untuk membantu di dapur, menyiapkan meja (sebelum makan), atau bahkan mencuci piring. Kalaupun Anda tak punya pembicaraan menyentuh apalagi mengharukan dengan segenap anggota keluarga, tetap ada sesuatu yang berarti mana kala Anda menunjukkan rasa syukur melalui tindakan dan perilaku. Apa pun yang Anda lakukan, berikan dengan ikhlas tanpa pamrih. Lakukan karena Anda ingin melakukannya dan itu berarti bagi Anda.

(ati / gur)